UM Surabaya Gelar Wisuda ke 47 Secara Daring dan Luring

author Seno

- Pewarta

Minggu, 21 Nov 2021 02:10 WIB

UM Surabaya Gelar Wisuda ke 47 Secara Daring dan Luring

i

IMG-20211120-WA0016

Optika.id, Surabaya - Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) menggelar acara wisuda ke 47 periode November 2021. UMS menggelar wisuda secara daring dan luring. Prosesi wisuda dimulai dari hari Sabtu (20/11/2021) sampai dengan Senin (22/11/2021), dengan protokol kesehatan. Diketahui, lantaran ada beberapa wisudawan yang masih berada di luar Surabaya dan luar Pulau Jawa, membuat prosesi wisuda ada daring-nya. Mahasiswa yang diwisuda sebanyak 1.133 orang yang dikukuhkan secara bergelombang. Gelombang pertama dikukuhkan sebanyak 217 mahasiswa. Gelombang kedua sebanyak 220 mahasiswa, gelombang ketiga sebanyak 234 mahasiswa, gelombang keempat sebanyak 217, gelombang kelima 216 mahasiswa.

Prosesi wisuda diadakan di Gedung Auditorium At-Tauhid Tower Lantai 13 Universitas Muhammadiyah Surabaya. Dihadiri oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur (PWM Jatim) KH Dr Saad Ibrahim. Turut memberikan sambutan, Majelis Pendidikan Tinggi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Edy Suandi Hamid, M. Ec.

Dalam sambutannya Prof Edy mengatakan, prosesi wisuda sarjana ini menandai lahirnya intelektual atau cendekiawan baru dari UM Surabaya. Dan diharapkan dapat berkontribusi bagi bangsa, dengan mengimplementasikan ilmunya untuk membantu masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan dan tantangan kehidupan yang semakin kompleks.

"Saudara juga lulus di era Revolusi Industri 4.0 dengan segala tuntutan perubahan yang terjadi. Akibat disruptive technology, robotic, Digitalisasi, artificial intelligence, dan lain sebagainya, ini mengubah banyak pola kehidupan manusia. Namun bagaimanapun para sarjana jangan sampai menjadi korban dari teknologi tersebut. Bagaimana kita bisa memanfaatkan teknologi tersebut agar memberikan kemanfaatan," jelasnya.

Prof. Edy juga menuturkan, bila para wisudawan lulus berdekatan dengan milad Muhammadiyah yang ke 109. Sehingga para wisudawan diharapkan mampu mewarisi semangat KH Ahmad Dahlan dan para pimpinan Muhammadiyah sejak dulu hingga saat ini. "Spirit atau semangat untuk berdakwah mengajarkan Islam yang benar. Semangat untuk mencerdaskan umat manusia. Dari sekolah yang biasa bisa berkembang menjadi ribuan sekolah dan universitas. Semangat berkurban dan ajakannya untuk mengembangkan aktivitas Muhammadiyah, untuk kebaikan umat manusia, melalui ucapannya yang sangat terkenal 'hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari kehidupan di Muhammadiyah'," tukasnya.

"Itu suatu pesan ajaran moral untuk kita semua, para alumni baru Universitas Muhammadiyah Surabaya, untuk disamping bekerja untuk diri kita sendiri. Juga bekerja untuk membantu sesama, dan mengangkat derajat umat manusia, di manapun mengabdi kelak," imbuhnya.

[caption id="attachment_8370" align="alignnone" width="300"] Para wisudawan UMSurabaya (Humas UM Surabaya for Optika)[/caption]

Sementara itu, Dr. dr. Sukadiono., MM, Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya mengatakan, lulusan kali ini program Diploma 3 sebanyak 148 lulusan, program S1 sebanyak 939 lulusan, dan program S2 sebanyak 46 lulusan.

"Wisuda kali ini merupakan wisuda yang diselenggarakan secara kombinasi luring dan daring untuk yang kedua kalinya dalam pandemi Covid-19 ini. Hal ini untuk mengakomodasi mahasiswa yang berada di luar Surabaya dan di luar Jawa. Demikian pula tidak dapat menyertakan keluarga wisudawan, untuk menghindari kumpulan massa yang besar. Akan tetapi kami tetap melayani keluarga wisudawan, secara daring melalui kanal YouTube Universitas Muhammadiyah Surabaya," ucapnya.

"Kami selaku pimpinan UMS mengucapkan selamat kepada para wisudawan dan wisudawati. Para lulusan ini diharapkan telah memenuhi standar pendidikan nasional karena dihasilkan dari proses pembelajaran yang akuntabel," sambungnya.

Dr. Sukadiono mengatakan, seperti yang telah dirumuskan Nadiem Makarim Mendikbud Ristek (Menteri pendidikan kebudayaan riset dan teknologi) yang telah merumuskan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Pembelajaran dalam kampus merdeka memberikan tantangan dan kesempatan untuk pengembangan kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa serta mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan melalui kenyataan dan dinamika lapangan. Seperti persyaratan kemampuan, permasalahan riil, interaksi sosial, kolaborasi, manajemen diri, tuntuan kinerja, target dan pencapainnya.

"Paket kebijakan Kampus Merdeka ini menjadi langkah awal dari rangkaian kebijakan untuk perguruan tinggi. Hal ini sebagai tahap awal untuk melepaskan belenggu agar perguruan tinggi lebih mudah bergerak untuk mencapai dan memenuhi Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah ditentukan. Kepada para wisudawan sekalian, bangsa Indonesia menunggu karya inovatif saudara, bersiaplah menjadi lulusan," pesannya.

Diketahui, dibalik perayaan upacara kelulusan, banyak cerita-cerita inspiratif yang patut diapresiasi perjuanganya. Seperti yang dialami oleh Adelita Vega, Mahasiswi Fakultas Kedokteran yang hari ini (20/11/2021) mendapatkan gelar sarjana.

Vega mendapatkan gelar sarjana kedokteran dengan proses yang cukup berat, puncak Covid-19 gelombang kedua mengakibatkan Vega dan kedua orangtuanya terpapar Covid-19. Hampir semua keluarganya dirawat di rumah sakit.

[caption id="attachment_8368" align="alignnone" width="300"] Adelita Vega pada wisuda 47 UM Surabaya (Humas UM Surabaya for Optika)[/caption]

Awalnya ibu saya yang terpapar Covid-19 pada Desember 2021, saya membawa ibu ke rumah sakit dengan menggunakan APD, kemudian beberapa hari setelah itu saya dan ayah terkonfirmasi positif Covid-19, ucap wisudawati asal Surabaya ini

Menurut Vega saat itulah kondisi terberat dalam hidupnya, memikirkan ayahnya yang harus dirawat diruangan ICU dan memikirkan bagaimana kelanjutan skripsi yang sudah dalam proses penelitian. Vega mengaku kondisi pandemi yang membuatnya sulit untuk melakukan penelitian ditambah lagi dirinya yang harus terpapar covid sampai masuk ruang ICU membuatnya ragu untuk menyelesaikan skripsinya.

Di ruang ICU saya kepikiran skripsi yang harus segera saya selesaikan, dan mencoba mengerjakan skripsi semampu saya. Perjuangan selama hampir empat tahun menjadi mahasiswa kedokteran bukanlah hal yang mudah, karena itu saya ingin tetap menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Dengan membawa dokumen-dokumen questioner, saya mencoba merekap dan menganalisis hasilnya, papar Vega dengan rasa haru.

Vega beruntung, salah satu dokter yang merawatnya selama di rumah sakit adalah pembimbing skripsinya. Motivasi untuk menyelesaikan skripsi pun menjadi lebih besar, ditambah lagi dukungan dari keluarga dan teman-temanya yang percaya dirinya bisa melewati perjuangan yang hebat ini.

Lebih lanjut lagi, Vega menceritakan tepat 2 minggu setelah Vega keluar dari rumah sakit, dia mendapatkan jadwal untuk sidang skripsi. Vega menyebutkan perjuanganya dirumah sakit dengan segala keterbatasan terbalas tuntas dengan selesainya skripsi yang menjadi tanggungjawabnya selama ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tetap semangat untuk meraih cita-cita, lika-liku kehidupan itu pasti ada tapi aku tau kalian semua bakal bisa sampai ke titik yang nanti kalian inginkan. Ingat dan aku yakin perjuangan itu ngga ada yang sia-sia. Seteah kita berjuang kita hanya tinggal menunggu hari bahagia itu datang," tukasnya dengan rasa bangga.

Kisah perjuangan Vega mendapatkan gelar sarjana kedokteran mendapatkan banyak apresiasi, termasuk dari Sukadiono, Rektor UM Surabaya. Dalam sambutanya Sukadiono menjelaskan perjuangan menjadi seorang dokter yang penuh dengan tantangan akan melahirkan dokter-dokter yang punya semangat juang yang tinggi.

Saya yakin, Vega dan wisudawan/wisudawati lainya memiliki proses yang panjang dan patut diapresiasi hingga saat ini mampu bertahan dan mendapatkan gelar sarjana. Selamat kepada anda semua, semoga menjadi dokter yang memiliki kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang berwawasan global, beriman, berakhlak mulia serta berkepribadian Muhammadiyah dan menjadi teladan melalui dakwah Islam amar makruf nahi munkar sesuai dengan tujuan dari FK UM Surabaya, papar Sukadiono.

Sementara lulusan terbaik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya pada wisuda ke-47 hari ini, Sabtu (20/11/2021) diraih Clevia Revi Maretha. Clevia mahasiswa asal Jombang ini masuk di FK UM Surabaya pada tahun 2017. Memang sejak kecil mahasiswi ini ingin menjadi seorang dokter. Terdapat motivasi dari sang ayah untuk menjadi dokter yang bisa membantu orang-orang yang lemah dalam ekonomi untuk mengakses fasilitas kesehatan. Namun, di tahun 2013 Clevia harus ditinggalkan sang ayah yang meninggal karena sakit.

Clevia mengaku banyak ujian yang ia dapatkan ketika menjalani kehidupan sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran. Dipertengahan masa kuliah mamanya sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Banyak biaya yang dibutuhkan untuk perawatan mamanya dan biaya untuk uang kuliah.

Sempat kepikiran untuk berhenti kuliah karena kondisi perekonomian keluarga sedang turun. Kemudian saya memutuskan untuk kuliah sambil bekerja menjadi seorang guru les private selama lebih dari 1 semester. Jadi, mulai pagi sampai sore saya kuliah dan sore sampai malam saya mengajar. Karena kalau saya tidak bekerja, saya tidak bisa mencukupi kebutuhan saya di Surabaya, ujar Clevia.

[caption id="attachment_8369" align="alignnone" width="235"] Clevia Revi Maretha pada wisuda 47 UM Surabaya (Humas UM Surabaya for Optika)[/caption]

Wisuda kali ini menjadi momen yang tak terlupakan bagi Clevia. Dengan raut wajah haru dia mengungkapkan rasa bahagianya.

Ayah, Akhirnya anakmu ini bisa menggapai mimpiku, bisa menjalanin apa yang ayah inginkan. Alhamdulillah 4 tahun perjuangan menjadi mahasiswi kedokteran sudah terlewati dengan segala kekurangan dan perjuangannya, ungkap Clevia dengan rasa haru.

Dalam wisuda tersebut ada sesuatu yang istimewa yakni terdapat dua mahasiswa kembar identik dari Fakultas Kedokteran. Mereka adalah Mohammad Hasan dan Mohammad Husin mahasiswa asal Madura.

Hasan dan Husin berhasil menyelesaikan studi secara bersama-sama. Keduanya memang semangat dan berniat untuk lulus bersama agar segera bisa berfokus pada pengambilan pendidikan spesialis.

Keluarga kami memang dari keluarga kesehatan, tapi keinginan kami masuk Fakultas Kedokteran bukan karena paksaan, karena saya tertarik menjadi dokter sejak masih kecil. Menjadi Dokter adalah cita-cita kami. Sejak kecil ketika kami masih dudik di bangku SD di Mekkah kami memiliki ketertarikan yang dalam untuk mempelajari ilmu kesehatan, ujarnya.

Lebih jelas lagi Hasan dan Husin memilih jurusan kedokteran karena dia ingin mempelajari terkait banyak penyakit yang nantinya dapat bermanfaat bagi lingkungan, keluarga dan dirinya sendiri.

Kami merasa sangat beruntung memiliki keluarga yang sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya, Kami juga merasa sangat bersyukur menjadi kembar ternyata ada banyak hal yang bisa kita lakukan bersama, kami masih ingat betul beratnya menjadi mahasiswa FK karena harus mampu mengatur waktu degan baik, rasanya kami menjadi mahasiswa FK tak ada santai-santainya, tambah Hasan dan Husin.

Sementara ibunya dalam keterangan tertulis mengatakan harapan kepada dua anakanya yang saat ini menyandang gelar sarjana agar segera melanjutkan ke tahapan pendidikan selanjutnya dan segera kembali ke rumah, bermanfaat untuk orang lain, khususnya di Madura sendiri.

Terakhir Hasan dan Husin berpesan agar adik-adik yang sekarang masih di bangku kuliah tetap semangat, terus berjuang. "Jangan banyak main ketika sudah masuk bangku kuliah, apalagi kalau jadi mahasiswa kedokteran, selain praktik yang padat juga biaya yang tidak murah," pesannya.

(Pahlevi)

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU