Trust Issue Berkepanjangan, Memang Bagaimana Dampaknya?

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Sabtu, 30 Jul 2022 18:11 WIB

Trust Issue Berkepanjangan, Memang Bagaimana Dampaknya?

i

help-gd0af799bb_1920

Optika.id - Ketika memasuki fase usia dewasa, sebagian orang mungkin akan kesulitan dalam memulai sebuah hubungan yang serius. Hal ini bisa terjadi sebab terkendala beberapa faktor, salah satunya adalah sulit memberikan kepercayaan kepada orang lain.

Kondisi ini dikenal dengan istilah trust issue. Seseorang yang memiliki trust issue cenderung memiliki level kepercayaan diri yang rendah. Mereka cenderung tidak mampu memberikan kepercayaan kepada pasangan karena trauma atau takut akan pengkhianatan, pengabaian, dan manipulasi terhadap dirinya.

Baca Juga: Waspadai Tiga Kebiasaan Beracun yang Bisa Rusak Mental Diri Sendiri

Bahkan, orang dengan trust issue pada level tertentu sulit memiliki hubungan percintaan yang sehat karena kerap dibumbui dengan asumsi serta kecurigaan yang tidak berdasar dan tidak perlu. Ketika orang tersebut terikat dalam sebuah hubungan, tak menutup kemungkinan jika dirinya memiliki kecemasan berlebih hingga menimbulkan stress, serta menganggu kehidupan pribadi, baik pekerjaan maupun kehidupan sosial yang dibina.

Oleh sebab itu, kecenderungan bagi mereka ialah menarik diri dari hubungan sosial dan menghindari hubungan percintaan sebab mereka masih merasa memiliki banyak tekanan dan pesimis bahwa hubungan akan berakhir dengan baik.

Dilansir dari situs kesehatan Psychcentral.com, Sabtu (30/7/2022), menyebut bahwa orang dengan trust issue cenderung memiliki kesulitan dalam hal apapun, bukan hanya dalam soal hubungan percintaan saja. Misalnya, penderita trust issue akan banyak melakukan hal sendiri tanpa bantuan atau melibatkan orang lain.

Hal ini dikarenakan mereka tidak percaya jika orang lain mampu melakukannya untuk mereka. Seperti urusan sekolah, pekerjaan, mengasuh orang tua, mengasuh anak, dan lain sebagainya.

Kendati demikian, orang dengan trust issue cenderung bertindak lebih pasif, misalnya pada ranah pekerjaan atau kerja tim. Mereka jarang mengajukan ide dan buah pikir mereka sebab mereka takut diintimidasi, dikucilkan, atau dipermalukan karena melontarkan ide dan pandangan mereka.

Situs Psychcentral.com juga menyebut jika orang yang memiliki trust issue lebih punya banyak kecemasan, bahkan dapat pula berkaitan dengan gangguan stress pasca trauma (PTSD), dan gangguan penyesuaian.
Secara sederhana, jika masalah ini tidak ditangani dengan baik, gangguan kepercayaan dapat menurunkan kualitas kehidupan sosial seseorang secara menyeluruh.

Penyebab Trust Issue

Sebenarnya, gangguan kepercayaan ini dipicu dan berkembang akibat pengalaman trauma di masa lalu, bukan semata-mata muncul karena genetik. Pengalaman trauma tersebut bisa disebabkan oleh hubungan dengan orang tua, keluarga, guru, lingkungan, teman atau pasangan.

Dilansir dari Very Well Mind, Cara pengasuhan yang diterima anak pada fase awal kehidupan dari orang tua atau pengasuh, sangat mungkin untuk menentukan masalah kepercayaan anak ketika dewasa.

Hal ini berkaitan dengan teori perkembangan psikososial yang dikemukakan oleh ahli psikologi Erik Erikson. Ia melihat psikologi dan sosial manusia dari lahir hingga meninggal berkembang dari beberapa fase kehidupan.

Adapun salah satu fase penting dari psikososial manusia ini berada pada tahap awal kehidupan yakni usia 0-18 bulan. Fase ini disebut dengan fase trust vs mistrust (kepercayaan lawan ketidakpercayaan). Dalam fase ini, bayi memiliki ketergantungan dengan orang tua atau pengasuhnya. Relasi dalam fase ini juga terbatas dengan orang-orang terdekat saja.

Baca Juga: Mahasiswa Wajib Sadar, Ini 3 Faktor Penyebab Gangguan Mental Semasa Kuliah

Maka pada awal kehidupan orang tua akan menentukan bagaimana pandangan mereka tentang dunia serta kepribadian mereka secara keseluruhan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pada fase awal kehidupan, bayi akan belajar untuk percaya bahwa orang tua atau pengasuh selalu ada dan dapat memberikan apa yang mereka butuhkan. Sebagai contoh, ketika bayi menangis orang tua segera memberikan tindakan dengan menggendong, memeluk, mengganti popok menyusui, menyuapkan makan dan lain-lain.

Tindakan tersebut diartikan bayi segera memperoleh rasa aman dan nyaman. Ketika bayi melewati fase ini dengan optimal dan baik, maka akan memiliki trust (kepercayaan) dan juga hope atau harapan.

Oleh sebab itu, Erikson percaya bahwa penting bagi orang sekitar dalam membangun dasar kepercayaan yang kuat untuk anak di tahap ini untuk perkembangan sosial dan emosional mereka.

Pada fase ini, orang tua pada dasarnya membentuk kepribadian mereka dan menentukan bagaimana mereka akan memandang dunia saat dewasa.

Mengatasi Trust Issue

Baca Juga: Jangan Salah Istilah, Ini Perbedaan Antara Inner Child dan Childish

Tentunya, masalah trust issue yang tidak segera ditangani dengan baik bisa mengganggu kehidupan sosial bagi penderitanya. Bahkan, sulit untuk memiliki pasangan atau hubungan pertemanan yang sehat.

Pada tahap itu masalah kepercayaan ini perlu ditangani dengan bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater.

Umumnya, trust issue dapat dikurangi dengan terapi perilaku. Psikolog atau psikiater juga akan membantu pasien untuk mulai berpikir positif, untuk memisahkan hubungan masa lalu dan masa sekarang, termasuk trauma masa kecil.

Reporter: Uswatun Hasanah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU