The Republic Institute: Ganjar Kalahkan Prabowo dan Anies di Jawa Timur

author Seno

- Pewarta

Senin, 11 Okt 2021 10:26 WIB

The Republic Institute: Ganjar Kalahkan Prabowo dan Anies di Jawa Timur

i

images (99)

Optika, Surabaya - Lembaga riset The Republic Institute merilis hasil survei terbarunya terkait Pemilu 2024. Di antaranya, popularitas dan elektabilitas tokoh potensial untuk bertarung di Pemilihan Presiden 2024, dalam pandangan masyarakat Jawa Timur.

Menariknya tingkat keterpilihan atau elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mampu mengungguli tokoh sekelas Prabowo Subianto maupun Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Ya sebaran untuk elektabilitas capresnya menarik dimana Ganjar Pranowo sebesar 31,4% yang unggul atas Prabowo Subianto (23,0%) dan Anies Baswedan (12,3%) maupun tokoh lain seperti Airlangga Hartarto (4,5%), Agus H. Yudhoyono (3,3%), Khofifah (3,2%), Tri Rismaharini (2,9%), Muhaimin Iskandar (2,2%), Ridwan Kamil (1,9%), Sandiaga Uno (1,5%), dan yang belum menentukan (11,6%)," kata Dr. Sufyanto selaku Direktur The Republic Institute dalam rilisnya, Minggu (10/10/2021).

Menurut Sufyanto, alasan mengapa Ganjar sangat mendominasi dari sisi elektabilitas dikarenakan kader PDIP itu diidentifikasi oleh masyarakat Jawa Timur sebagai sosok yang memiliki kepribadian dan jiwa kepemimpinan seperti Jokowi, dan masyarakat Jawa Timur sampai sekarang masih sangat mengidolakan Jokowi.

Alasan lain elektabilitas Ganjar tinggi, karena sering muncul di media sosial, terutama televisi dan youtube, baik saat berkunjung ke lapangan maupun menyelesaikan masalah-masalah yang ditemukan di lapangan. Tingginya suara Ganjar juga disebabkan karena orangnya low profile, sehingga ketika turun di masyarakat sering langsung masuk warung dan ikut makan bersama-sama dengan masyarakat lain yang ada di warung, dan itu tidak ditemukan pada calon presiden yang lain, katanya.

Sementara itu, penjelasan mengapa elektabilitas Prabowo tidak terlalu besar dan masih di bawah Ganjar, menurut Sufyanto hal tersebut dikarenakan Prabowo selama 2,5 tahun terakhir sebagai Menteri Pertahanan dirasa belum menyelesaikan masalah-masalah di masyarakat.

"Apalagi Prabowo jarang turun ke masyarakat untuk menyapa. Prabowo juga tidak memiliki gebrakan terkait kebijakan yang pro rakyat," tandas dosen politik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) ini.

Prabowo Masih Merajai di Popularitas

Sementara, untuk popularitas tokoh di lima besar ada nama Prabowo Subianto dengan 98,8 persen, Khofifah Indar Parawansa 97,8 persen, Tri Rismaharini 85,8 persen, Sandiaga Uno 85,3 persen dan Ganjar Pranowo 83,8 persen.

"Popularitas aktor politik yang potensial untuk berkompetisi dalam Pilpres 2024, tampaknya masih juga didominasi oleh tokoh-tokoh beken yang sering dipublikasi oleh banyak media dan lembaga riset secara nasional," kata Sufyanto.

Menurut Sufyanto, popularitas berbagai tokoh yang muncul tersebut tentu juga disebabkan jabatan yang mereka emban saat ini. Yaitu, jabatan menteri misalnya maupun kepala daerah yang saat ini tengah menjabat.

Misalnya, Prabowo Subianto selain Ketua Partai merupakan Menteri Pertahanan RI. Kemudian, Khofifah Indar Parawansa merupakan Gubernur Jawa Timur. Lalu, Risma yang saat ini menjadi Menteri Sosial RI.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selanjutnya Sandiaga Uno yang saat ini menjabat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI. Kemudian Ganjar Pranowo yang merupakan Gubernur Jawa Tengah.

Selain itu menurutnya, ada faktor lain yang mengakibatkan popularitas tokoh naik. Seperti penggunaan media sosial yang langsung sampai kepada masyarakat.

Ada 20,4% Warga Jatim Tak Mau Divaksin

Terkait vaksinasi, kata Sufyanto, sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya vaksinasi perlu lebih digencarkan di Jawa Timur. Sebab, berdasar hasil survei The Republic Institute, masih ada 20,4 persen warga Jawa Timur yang tak mau divaksin.

Dia menjelaskan, berdasar hasil survei, yang menyatakan sudah divaksin 47,6 persen. Lalu, yang belum tapi bersedia divaksin 27,9 persen. Disusul yang tidak mau divaksin sebanyak 20,4 persen. Yang menjawab tidak tahu 4,2 persen. Jika dilihat dari latar belakang pendidikan, mayoritas yang bersedia divaksin adalah lulusan perguruan tinggi.

Sufyanto menjelaskan, responden yang menolak divaksin menyebutkan sejumlah alasan. Mayoritas merasa takut pada dampak setelah menerima vaksin. Misalnya, karena setelah disuntik vaksin, ada yang demam, mual, dan pusing, katanya.

Selain itu, ada yang menolak vaksin karena isu-isu politik. Karena itu, menurut dia, sosialisasi dan edukasi tentang vaksinasi perlu lebih digiatkan. Sebab, masih ada masyarakat Jatim yang belum mendapat akses memadai tentang pentingnya vaksinasi.

Untuk diketahui, lembaga riset The Republic Institute melakukan penelitian jenis survei. Adapun teknik pengambilan sampelnya adalah multistage random sampling dengan jumlah sampel keseluruhan sebanyak 1.225 responden tersebar di 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur. Proses pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 1-13 September 2021 lalu dengan margin of error sebesar 2,8 %. (Zal)

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU