Terkait Ancaman Resesi Dunia, Moeldoko: Masyarakat Tak Perlu Khawatir

author Seno

- Pewarta

Jumat, 04 Nov 2022 23:51 WIB

Terkait Ancaman Resesi Dunia, Moeldoko: Masyarakat Tak Perlu Khawatir

i

Screenshot_20221104-163653_Docs

Optika.id - Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, meminta kepada masyarakat indonesia untuk tidak khawatir terkai ancama resesi dunia yang akan terjadi di Indonesia di tahun 2023.

Masyarakat tidak perlu khawatir. Ekonomi tetap tumbuh meski trennya slowdown. Jadi yang punya banyak uang silakan belanjakan uangnya, karena itu akan menjaga perekonomian kita terus bergerak, kata Moeldoko, seperti dikutip dari Antara, Jumat (4/11/2022).

Baca Juga: Moeldoko Heran Agus Rahardjo Buka Kembali Kasus Setnov: Pasti Muatan Politik!

Moeldoko menyebut Indonesia tidak akan terkena resesi pada 2023, dan menegaskan perekonomian nasional mampu bertahan di tengah ancaman resesi dunia.

Kemudian Moeldoko menyampaikan bahwa peringatan dari Presiden Joko Widodo tentang ancaman resesi global bukan untuk menakut-nakuti, melainkan lebih kepada seruan agar Indonesia waspada terhadap kondisi pasar global karena telah terjadi perlambatan ekonomi di negara maju, serta ancaman krisis energi, pangan, dan krisis keuangan global akibat naiknya tensi geopolitik.

Ia mengatakan bahwa kondisi tersebut sudah berdampak ke indonesia, karena perlambatan pertumbuhan negara-negara maju menyebabkan permintaan terhadap barang ekspor berkurang.

Akibatnya nilai ekspor dan impor Indonesia turun, dan pada gilirannya nilai surplus perdagangan bisa mengalami penurunan.

Dampaknya terhadap perekonomian kita tentu saja ada, tapi tidak terlalu besar. Karena sejauh ini komponen utama PDB kita adalah konsumsi rumah tangga (dalam negeri). Kita harus tetap optimistis dan terus waspada, ujar Moeldoko.

Sebelumnya seperti yang disampaikan Moeldoko, ia menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia sudah memiliki skenario yang mungkin terjadi di tahun depan.

"Intinya, tahun depan juga Pemerintah sudah siapkan skenario-skenario," kata Moeldoko di Jakarta, Jumat (21/10/2022).

Moeldoko menyampaikan langkah-langkah Pemerintah tidak berubah untuk menghadapi krisis di 2023. Sebagaimana sering dikatakan Presiden Joko Widodo, lanjutnya, bangsa Indonesia boleh optimistis namun tetap harus waspada.

Kemudian, Menurutnya, secara makro pemerintah dan otoritas moneter telah melakukan antisipasi melalui kebijakan, baik fiskal maupun moneter yakni, Bank Indonesia menjalankan tugasnya untuk meredam kenaikan inflasi melalui berbagai instrumen.

Baca Juga: Moeldoko Bongkar Sederet Pejabat yang Pernah ke Al Zaytun, Siapakah Dia?

Sementara pemerintah pusat maupun daerah, bekerja keras mengendalikan harga-harga dengan memperkuat skema bantuan sosial agar dapat menjadi bantalan bagi masyarakat, khususnya kelompok menengah ke bawah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kepala Staf Kepresidenan inipun juga mengungkapkan, pada 2023, APBN akan berperan sebagai peredam kejut, dan digunakan seefektif mungkin untuk pengendalian inflasi, menjaga daya beli, dan menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia.

Mulai 2023 kita akan kembali ke defisit anggaran maksimal tiga persen terhadap PDB, seperti sebelum pandemi Covid-19, kata Moeldoko.

Sebagai informasi, ekonomi Indonesia tumbuh 5,4 persen di kuartal II 2022, dan diproyeksikan berada di atas 5,5 persen pada kuartal III 2022. Indikator dari sisi konsumsi seperti indeks penjualan ritel dan indeks keyakinan konsumen, maupun dari sisi produksi seperti PMI Manufaktur, juga masih memberikan sinyal positif.

Dari sisi eksternal, neraca dagang surplus 29 bulan berturut-turut, yakni 39,9 miliar dolar AS per akhir September 2022. Sedangkan cadangan devisa berada di level 130,8 miliar dolar AS, dan dapat membiayai 5,7 bulan impor, serta pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Juga: Ini Tanggapan Moeldoko Dituding Bekingi Ponpes Al-Zaytun

Adapun terkait dengan Inflasi, per Oktober turun di level 5,7 persen (year on year) dari sebelumnya 5,9 persen (year on year).

Secara bulanan justru terjadi deflasi 0,11 persen, yang utamanya bersumber dari deflasi di sektor makanan dan minuman sebesar 0,97 persen, yang menunjukkan bahwa meskipun ada penyesuaian harga BBM bersubsidi, namun harga-harga kebutuhan pokok masyarakat masih terkendali.

Penulis: Firman Fachrudy

Editor: Pahlevi 

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU