Survei SMRC: 31 persen Pemilih di Pemilu 2019 Pindah ke Parpol Lain

author Seno

- Pewarta

Senin, 31 Okt 2022 15:21 WIB

Survei SMRC: 31 persen Pemilih di Pemilu 2019 Pindah ke Parpol Lain

i

images (28)

Optika.id - Lembaga riset Saiful Mujani Research Center (SMRC) merilis hasil survei terbarunya yang menunjukkan sebanyak 31% dari total pemilih di Pemilu 2019 yang pindah ke parpol lain. Hal yang cukup menonjol yakni hampir separuh pemilih PAN dan NasDem berpindah ke partai lain.

Direktur Riset SMRC Deni Irvani memaparkan hanya ada sekitar 58% pemilih yang menyatakan setia atau akan kembali memilih partai yang dipilihnya pada Pemilu 2019. Sementara yang belum menentukan pilihan sebanyak 11%.

Baca Juga: Migrant Care Temukan Penggelembungan Suara 190 Persen di Dapil Jakarta II

Deni mengatakan dari hasil survei saat ini menunjukkan pemilih NasDem yang setia sebanyak 45%. Sementara, sebanyak 42% memilih pindah ke partai lain, 13% lainnya belum menentukan pilihan. Di sisi lain, NasDem terlihat mendapat dukungan dari pemilih Gerindra dan PAN.

"Pemilih NasDem juga banyak yang pindah ke partai lain terutama ke PDIP (9%), Demokrat (8%), dan partai-partai nonparlemen (9%). Tapi NasDem terlihat menarik dukungan dari partai lain, terutama dari Gerindra (6%) dan PAN (4%)," kata Deni dalam keterangan tertulis, Senin (31/10/2022).

Deni juga menyoroti bahwa di antara 9 partai di parlemen, PAN merupakan partai yang pemilihnya paling banyak pindah ke partai lain, terutama ke PKS sebanyak 19% dan Golkar 17%. Di saat yang sama, lanjut Deni, PAN belum terlihat menarik dukungan pemilih partai-partai lain secara signifikan.

"Ini membuat posisi PAN cukup rentan," kata Deni.

Berikut hasil lengkap survei SMRC terkait dinamika pemilih di Pemilu 2019 dan menjelang 2024:

- PDIP

Berdasarkan hasil survei ini, sebanyak 21% pemilih menyatakan pindah ke partai lain. Sementara yang menyatakan setia sebanyak 66% dan yang belum menentukan pilihan 13%. Namun demikian, partai ini cukup banyak menarik pemilih dari partai lain, seperti Demokrat (12%), Golkar (10%), dan Nasdem (9%).

- Gerindra

Sebanyak 49% pemilih Gerindra menyatakan setia. Sementara yang pindah ke partai lain sebanyak 36%, dan yang belum menentukan pilihan 14%. Partai ini menyerap 6% pemilih yang pindah dari Partai Demokrat, 6% dari PPP, dan 5% dari PKS.

- Golkar

Hasil survei menunjukkan terdapat 60% pemilih Golkar yang menyatakan setia. Yang pindah ke partai lain 36% dan belum menentukan pilihan 8%. Namun demikian, Golkar cukup banyak menarik pemilih PAN (17%) dan Nasdem (5%).

- PKB

Terlihat masih sebanyak 74% pemilih PKB menyatakan setia. Sementara pindah ke partai lain 22%, belum menentukan pilihan 4%. Survei menunjukkan PKB menarik pindahan suara dari PKS sebanyak 7%.

- NasDem

Survei SMRC menunjukkan sebanyak 45% pemilih NasDem menyatakan setia. Sementara pindah ke partai lain 42%, belum menentukan pilihan 13%. Ada 6% suara dari Gerindra yang pindah ke NasDem.

Survei ini menunjukkan pemilih yang setia sebanyak 60%. Sementara pindah ke partai lain 24%, belum menentukan pilihan 16%. Partai ini cukup efektif menarik suara PAN sebesar 19% dan Gerindra 10%.

- PPP

Survei ini menunjukkan sebanyak 79% pemilih PPP menyatakan setia. Yang pindah ke partai lain 17%, belum menentukan pilihan 3%.

- PAN

Ada 42% pemilih PAN yang kembali memilih partai ini. Yang pindah ke partai lain 45% dan belum menentukan pilihan 13%.

- Demokrat

Survei menunjukkan sebanyak 51% pemilih menyatakan setia. Sementara yang menyatakan pindah ke parpol lain sebanyak 35%, dan belum menentukan pilihan sebanyak 14%.

PDIP dan Gerindra Naik

Sementara itu, berdasarkan hasil survei SMRC, elektabilitas PDIP saat ini naik tinggi dibandingkan pada Pemilu 2019. Selain PDIP, Partai Gerindra juga mengalami kenaikan.

Deni Irvani menjelaskan, elektabilitas PDIP saat ini mencapai 24%, urutan kedua diikuti Partai Gerindra 13,4%. Selanjutnya, ada Golkar dengan 8,5%, disusul PKB 7,1%, PKS 6,9%, dan Demokrat 5,5%.

Kemudian NasDem 5,4% dan PPP 3,3%, sedangkan partai-partai lain di bawah 3 persen. Menurut Deni, masih ada 19,3% yang belum menentukan pilihan. "Dibanding hasil pemilu 2019, dukungan kepada PDIP naik dari 19,3% menjadi 24%. Gerindra stabil dari 12,6% menjadi 13,4%," jelasnya.

Partai-partai yang cenderung menurun, yakni Golkar dari 12,3% menjadi 8,5%, PKB dari 9,7% menjadi 7,1%, PKS dari 8,2% menjadi 6,9%, Demokrat dari 7,8% menjadi 5,5%, NasDem dari 9,1% menjadi 5,4%, PPP dari 4,5% menjadi 3,3%, dan PAN dari 6,8% menjadi 1,2%. Berikut hasil survei lengkapnya.

PDIP

2019: 19,3%

Saat ini: 24,0%

Gerindra

2019: 12,6%

Saat ini: 13,4%

Golkar

2019: 12,3%

Saat ini: 8,5%

Baca Juga: Klaim Boleh Memihak, Saiful Munjani: Presiden Sudah Kalap

PKB

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

2019: 9,7%

Saat ini: 7,1%

PKS

2019: 8,2%

Saat ini: 6,9%

Demokrat

2019: 7,8%

Saat ini: 5,5%

NasDem

2019: 9,1%

Saat ini: 5,4%

PPP

2019: 4,5%

Saat ini: 3,3%

PAN

2019: 6,8%

Saat ini: 1,2%

Lainnya

Baca Juga: SMRC: Hanya 7 dari 100 Orang yang Terpengaruh Polarisasi Politik

2019: 9,7%

Saat ini: 5,4%

TT/TJ

2019: -

Saat ini: 19,3%

Diketahui, survei SMRC ini dilakukan secara tatap muka pada 3-9 Oktober 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden. Response rate sebesar 1027 atau 84%. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,1% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).

Tanggapan NasDem

Selain itu, terkait NasDem yang menjadi salah satu partai yang ditinggal oleh pemilihnya. NasDem menjawab bahwa hal itu natural karena banyak pemilih partai lain pun berlabuh ke NasDem.

Ketua DPP NasDem Willy Aditya menyebut bahwa party id atau derajat kedekatan warga dengan partai, di Indonesia itu lemah. Disebut, hanya PDIP dan PKS yang memiliki banyak pemilih ideologis.

"Begini, NasDem menyadari bahwa party id kita itu lemah. Mungkin yang relatif cukup kuat itu PDIP sama PKS. Ini mengingat corak ideologi mereka yang kuat di mata pemilihnya. Sementara partai-partai lain so so aja. Terdapat pragmatisme yang kuat ketika para pemilih akan memilih partai-partai di luar dua partai tersebut," kata Willy, dalam keterangannya, Senin (31/10/2022).

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pragmatisme pemilih, seperti sosok calon presiden (capres) dan calon legislatif (caleg). Sehingga, menurut Willy, wajar jika pemilih NasDem berpindah.

"Jadi wajar kalo teridentifikasi bahwa ada pemilih NasDem berpindah pilihan, sebagaimana partai lain juga ternyata banyak yang pindah juga ke NasDem. Jadi ini seperti aliran yang natural saja. Besok pilih partai A, lusa partai B. Tidak ada masalah," katanya.

Menanggapi kondisi itu, NasDem bekerja dalam kondisi pemilih yang demikian. Sehingga, NasDem bertumpu pada kerja ketokohan caleg dan capres. Untuk diketahui, NasDem telah menentukan Anies Baswedan, yang bukan orang partai, sebagai bakal calon presiden.

"Oleh karena itu, yang paling penting bagi partai-partai seperti NasDem ini adalah bekerja dalam natur atau kenyataan pola pemilih yang ada. Bukan terjebak pada logika pemilih kita pindah atau tidak, karena sejatinya party id kita memang lemah, sebagaimana disebut di atas. Optimalisasinya ada pada kerja-kerja para caleg dan bagaimana proses endorsing calon presiden," katanya.

Reporter: Pahlevi

Editor: Aribowo 

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU