Subtrack dan Project-Based Learning

author Seno

- Pewarta

Selasa, 16 Nov 2021 13:01 WIB

Subtrack dan Project-Based Learning

i

FB_IMG_1637016885333

Optika.id - Pada suatu waktu di tahun 2019, sebelum masa pandemi covid 19, Forum Begandring Soerabaia pernah mengadakan jelajah sejarah yang menggandeng murid murid SMA Muhammadiyah yang beralamat di Jalan Kapasan Surabaya. Mereka terlibat tidak hanya sebagai peserta penjelajahan, tapi juga menjadi panitia penyelenggara. Rapat rapat perencanaan dilakukan di sekolah dan bahkan titik keberangkatan (start) dan selesai (finish) juga di sekolah.

Kegiatan ini selain diikuti oleh murid murid sekolah Muhammadyah itu sendiri, juga terbuka untuk umum. Bagi sekolah kegiatan ini sangat mendukung pelajaran, khususnya mata pelajaran sejarah. Lebih dari itu, dengan kegiatan di luar sekolah yang bersifat edukatif ini, murid murid bisa memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran. Misalnya mereka tidak hanya mendapat hal hal yang terkait dengan pelajaran sejarah, tetapi ada interaksi sosial, budaya dan bahkan ekonomi yang bisa mereka pelajari secara alami.

Kemudian pada penyelenggaraan jelajah sejarah Surabaya Urban Track (Subtrack) di kawasan Peneleh baru baru ini, Begandring Soerabaia kedatangan seorang guru SD yang ingin mengajak rombongan murid muridnya belajar sejarah melalui program Subtrack. Selain itu juga ada permintaan dari guru SMK di Surabaya yang berencana mengajak 50 murid muridnya mempelajari sejarah dengan konsep wisata seperti Surabaya Urban Track (Subtrack).

Begandring Soerabaia menyadari bahwa kegiatan edukatif yang selama ini diselenggarakan berpotensi menjadi media pembelajaran yang menyenangkan bagi sekolah. Bukan tidak mungkin kegiatan seperti ini bisa menjadi agenda sekolah karena bisa memberikan nilai tambah bagi peserta didik. Selain belajar sejarah, para peserta didik bisa memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran.

Menurut dosen sejarah Universitas Surabaya (Unesa) Drs. Sumarno, M.Hum, Selasa (16/11/2021), kegiatan semacam Subtrack, yang apabila diaplikasikan dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, maka menjadi proses pembelajaran yang disebut dengan Project Based Learning (PjBL) atau Pembelajaran Berbasis Proyek. Soemarno menjelaskan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik.

Selama ini pelajaran sejarah umumnya dipandang berat dan membosankan, namun jika proses belajar mengajarnya diubah menjadi atraktif dan menyenangkan, tentu akan membuat peserta didik tertarik. Belajar sejarah pun akan menyenangkan. Namun, ini semua membutuhkan kreativitas guru untuk menciptakan proses belajar mengajar menjadi efektif dan menyenangkan.

Pelatihan Pembelajaran Sejarah Berbasis Project

Bung Karno pernah berpesan dalam pidatonya yang terakhir pada Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966 agar kita bangsa Indonesia tidak meninggalkan sejarah. Pesan pidato itu terkenal dengan JAS MERAH. Jangan sekali sekali meninggalkan sejarah.

Indonesia sebagai bangsa yang besar perlu menghayati dan memahami sejarah perjuangan bangsa ketika para pejuang rela mengorbankan jiwa dan raga merebut kemerdekaan dari kaum penjajah. Tanpa jasa mereka itu kita tidak akan menikmati suasana kemerdekaan saat ini.

Karenanya, mengerti sejarah masa lalu bangsa adalah penting untuk dijadikan pedoman atau pijakan dalam membangun masa depan sehingga pembangunan masa depan senantiasa diwarnai oleh nilai nilai karakter dan jati diri bangsa. Dalam hal menanamkan karakter bangsa kepada generasi penerus melalui pelajaran sejarah di sekolah tidak lepas dari peran guru dalam mentransformasi nilai nilai itu.

Karenanya Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menyelenggarakan Pelatihan Pembelajaran Sejarah yang berbasis project bagi anggota Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Jawa Timur. Kegiatan itu berlangsung secara daring pada 4, 11 dan 18 September 2021 dengan diikuti oleh sekitar 90 guru guru sejarah dari berbagai kota baik dalam propinsi maupun luar propinsi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Peserta itu antara lain SMK Negeri 1 Kalibawang, Kab. Wonosobo; SMA Negeri 1 Torjun; Guru Sejarah SMA Tunas Baru Batam; SMA Negeri 4 Berau Kalimantan Timur; SMAN 1 Karangkobar, Banjarnegara; SMA Negeri 14 Malinau, Kalimanta Utara; SMAN 1 Ploso, Klaten; SMP Negeri 13 Simpang Hilir, Kalimantan Barat; MAN Batam dan SMKN 1 Sinunukan, Mandailing Natal, Sumut.

Materi pelatihan yang diberikan kepada peserta meliputi: Konsep Pembelajaran Berbasis Project oleh Drs. Sumarno, M.Hum., Model RPP dan LKPD Pemebelajaran Sejarah Berbasis Project oleh Septina Alrianingrum, SS., M.Pd., dan Asesment Pembelajaran Berbasis Project, Modul penguatan Profil Pelajar Pancasila, oleh Drs. Artono, M.Hum.

Dari hasil pelatihan didapatkan bahwa para guru sejarah 1. mendapat manfaat dari pelatihan pembelajaran sejarah berbasis project, 2) memahami metode Pembelajaran Berbasis Project, 3). yakin bahwa pembelajaran sejarah dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis project , 4). mendapat tambahan wawasan dalam penguasaan Pembelajaran Berbasis Project.

Sebelum ada pelatihan diketahui bahwa para guru sejarah menyatakan belum mengenal Pembelajaran Berbasis Project (Project Based Learning/PjBL). Hal itu tentu akan sangat mempengaruhi rendahnya implementasi PjBL di sekolah dimana peserta didik umumnya diharapkan bisa aktif dalam proses pembelajaran. Apalagi dalam metode pembelajaran ini peserta didik diharapkan bisa lebih aktif dalam pembelajaran, mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah kegiatan dan menyelesaikan tugas.

Dengan pembelajaran berbasis project, peserta didik tidak hanya diharapkan dapat menerima pelajaran dengan baik dan mudah, tetapi mereka bisa mendapat keterampilan baru dalam pembelajaran seperti kolaborasi antar peserta didik dalam suatu kegiatan yang bersifat kelompok.

Oleh: Nanang Purwono, Pegiat Sejarah Surabaya

Editor: Amrizal

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU