Optika.id - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi mengubah skema seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) termasuk di jalur tes Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN).
Mendikbudristek, Nadiem Makarim mengatakan SBMPTN sebelumnya dilaksanakan dengan mengujikan banyak materi dari mata pelajaran. Adapun perubahan mengenai jalur ini juga diatur dalam Permendikbudristek Nomor 48 Tahun 2022.
Baca Juga: Kemendikbud Buka Rekrutmen Penerjemah Semua Lulusan Bisa Daftar
Menurutnya hal ini memicu peserta didik lebih sulit untuk lolos di jalur ini. Oleh karena itu, skema diganti dengan meniadakan tes mata pelajaran dan menggantikannya dengan tes skolastik.
"Ini akan diganti hanya ada satu tes skolastik yang mengukur kemampuan bernalar siswa, kemampuan potensi kognitif, penalaran matematika, literasi dalam bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris," jelas Nadiem, Selasa (13/9/2022).
SBMPTN Diubah?
Dalam Permendikbudristek Nomor 48 Tahun 2022 tidak lagi disebutkan istilah SBMPTN. Jalur seleksi ini diubah menjadi seleksi nasional berdasarkan tes.
Pada pasal 6 ayat 1 dijelaskan seleksi nasional berdasarkan tes yang dimaksud dilakukan dengan menggunakan tes terstandar berbasis komputer.Tes terstandar ini adalah tes yang mengukur potensi kognitif, penalaran matematika, literasi dalam bahasa Indonesia, dan literasi dalam bahasa Inggris.
Seleksi nasional berdasarkan tes yang terbaru dapat diselenggarakan beberapa kali dalam tahun berjalan. Nantinya, setiap calon mahasiswa dapat menempuh paling banyak 2 (dua) kali seleksi nasional berdasarkan tes.
Apa Tujuan Perubahan di Jalur SBMPTN?
Menurut Nadiem, perubahan pada skema SBMPTN akan memberi kesempatan sukses pada peserta didik yang mengambil jalur ini.
Baca Juga: Tantangan yang Besar yang Akan Dihadapi Guru di Masa Depan
Tujuan yang bisa dirasakan dari skema baru jalur seleksi nasional berdasarkan tes, antara lain:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
1. Peserta didik tidak tergantung pada lembaga bimbel untuk persiapan SBMPTN
2. Peserta didik tidak perlu khawatir untuk menghafalkan banyak konten
3. Orang tua tidak terbebani secara finansial untuk tambahan bimbel
4. Guru lebih berfokus pada pembelajaran yang bermakna, holistik, dan berorientasi pada penalaran bukan hafalan
Baca Juga: 19 Jurusan Kuliah Bagi Anak IPA dan Prospeknya
5. Guru lebih percaya diri bahwa pembelajaran sesuai kurikulum sudah cukup dalam menyiapkan peserta didik menghadapi seleksi perguruan tinggi.
Reporter: Jenik Mauliddina
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi