Optika.id-Salep 88 masuk dalam jajaran trending teratas Twitter hari ini, Selasa (19/4/2022). Apa yang menyebabkan Salep 88 banyak dibicarakan?
Seperti ditelusuri Haloyouth.com, rupanya Salep 88 ini trending bermula dari penangkapan tiga orang terduga teroris dari jaringan Negara Islam Indonesia (NII) Sumatera Barat oleh Densus 88 Antiteror Polri.
Baca Juga: Diduga Jaringan Jamaah Islam, Densus 88 Tangkap ASN di Madura
Dalam penangkapan tersebut, Densus 88 menyatakan bahwa terduga teroris tersebut memiliki rencana melengserkan pemerintahan Jokowi saat ini dengan mempersiapkan golok sebagai senjata perlawanan.
Pernyataan itu pun menimbulkan berbagai respons tak wajar dari netizen. Banyak yang menilai bahwa pernyataan Densus 88 sangat tidak masuk akal karena meributkan golok sebagai senjata untuk meneror pemerintah.
Bahkan ada pula yang menyebut Densus 88 mengada-ngada dan tidak becus kerja.
Makin nggak waras aja ini salep 88. Biar keliatan gawe gitu. Wkwk kocak banget dagelannya, tulis @Powell2310.
Yaaaahh..salep..salep...Main teroris-terorisan mulu. Teroris asli noh di Papua. Salep 88. Bubar aja. Bikin gaduh, tulis @rowby_jr.
Ni salep 88 mending ngurus klitih di Jogja sana yang jelas jelas meresahkan masyarakat, tulis @Almiira22.
Baca Juga: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Riau
Salep 88 sebaiknya dibubarkan, hanya menyebarkan fitnah dan berita bohong, tulis @La_Viola1.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Goloknya segede apa kok bisa melengserkan rezim tolol ini. Sama Tuhan gak takut, kok sama golok takut. Sales salep 88 lagi framing hoax yang kesekian kali. Dan hoaxnya valid unlogic juga, tulis @xifenghoetang.
Gua khawatir sama pandai (tukang bikin golok). Takutnya nanti digerebek salep 88 eh densus 88. Gua juga khawatir sama bapak gua, sekarang lagi di sawah, mana bawa golok, takut diciduk, tulis @JunaKahfi.
Sejak kapan teroris bawa golok? tulis @MonangDjihado.
Baca Juga: Densus 88 Tangkap 13 Teroris Jaringan JAD dan JI
Salep 88 makin ngadi-ngadi, tulis @CoozBlue.
Reporter: Angga Kurnia Putra
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi
