Siapakah Ketum PBNU Selanjutnya, KH Said Aqil atau KH Yahya Staquf?

author Seno

- Pewarta

Rabu, 22 Des 2021 16:28 WIB

Siapakah Ketum PBNU Selanjutnya, KH Said Aqil atau KH Yahya Staquf?

i

20211216035500_normal

Optika.id - Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) resmi digelar hari ini , Rabu (22/12/2021) hingga besok Kamis (23/12/2021), dengan sejumlah agenda, termasuk pemilihan Ketua Umum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama).

Pemilihan ketum PBNU sorotan publik. Lantaran ada dua tokoh kuat yang akan berebut menjadi Ketum PBNU. Dalam muktamar ini, dua tokoh kuat ini memiliki basis pendukung besar.

Keduanya adalah KH Said Aqil Siradj sebagai incumbent dan KH Yahya Cholil Staquf yang kini menjabat Khatib Aam PBNU.

Diketahui, KH Said dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat, pada 3 Juli 1953. Tercatat, Said sudah menjabat Ketum PBNU selama dua periode, yakni 2010-2015 dan 2015-2020.

Pada Oktober 2021, Said mengaku mendapat dukungan dari banyak pihak untuk mencalonkan diri kembali memimpin PBNU.

Usai mendapat dukungan, dia menyatakan siap maju kembali sebagai calon ketum pada Rabu (8/12/2021).

Said menuturkan, sejumlah kiai sepuh memintanya kembali memimpin PBNU, antara lain Habib Luthfi, Tuan Guru Turmudzi, KH Muhtadi Dimyati, KH Dimyati Rois, KH Agoes Ali Masyhuri, dan Kiai Bustomi.

"Saya terima permintaan atau perintah dari para kiai sepuh," kata Said dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (8/12/2021).

Sementara itu, calon kedua adalah KH Yahya Cholil Staquf. Dia merupakan Ketua Tanfidziyah Katib Aam PBNU.

Dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah, pada 16 Februari 1966. Gus Yahya sapaan akrabnya, merupakan mantan juru bicara Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Dukungan terhadap Gus Yahya berbasis di Jawa Timur. Sebanyak 42 pengurus cabang NU di Jawa Timur diklaim solid mendukung Gus Yahya sebagai calon ketum. Gus Yahya mengakui dirinya memang menawarkan diri agar dapat menjadi orang nomor satu di PBNU.

Keinginan itu tak lepas karena Gus Yahya ingin mengubah konstruksi organisasi NU agar menjadi organisasi yang lebih optimal.

"Saya memang menawarkan diri untuk dipilih sebagai ketum dalam muktamar nanti karena saya melihat ada sejumlah hal penting yang harus dilakukan NU segera, yaitu yang tema besarnya adalah transformasi konstruksi organisasi NU supaya NU ini bisa lebih optimal di dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya," tuturnya dalam keterangannya, Selasa (21/12/2021).

Muktamar Kali Ini, Muktamar Tersepi

Selain itu Gus Yahya juga menyebut Muktamar NU ke-34 sebagai agenda paling sepi sepanjang sejarah Nahdlatul Ulama. Sebabnya, ujar Yahya, forum tertinggi NU yang salah satu agendanya memilih Ketua PBNU baru itu, berlangsung tanpa percekcokan.

"Ini muktamar paling sepi sepanjang sejarah, karena enggak ada percekcokan," ujar Yahya Cholil Staquf saat berbincang bersama media secara daring.

Yahya kemudian mengungkit sejumlah konflik di NU menjelang muktamar yang kerap terjadi. Di masa orde baru, bahkan jauh lebih tajam lagi. Menjelang Muktamar Situbondo 1984, misalnya, konflik antara Syuriyah dan Tanfidziyah demikian keras hingga terbelah menjadi Kubu Cipete (Ketua Umum PBNU KH Idham Chalid dan kalangan politisi) vis a vis Kubu Situbondo (KH As'ad Syamsul Arifin dan jajaran Syuriah).

"Itu NU sudah seperti mau bubar waktu itu, tetapi nyatanya habis itu baik-baik aja," ujar Yahya.

Demikian pula saat Muktamar Cipasung 1994, bahkan intervensi pemerintah sangat jelas. Saat itu, Gus Dur mendapatkan perlawanan langsung dari Abu Hasan yang nyata-nyata disokong oleh kekuatan negara. "Terakhir Muktamar Jombang kayak apa itu. Sampai masuk pengadilan lagi, lalu sekarang kan baik-baik saja," ujar dia.

Menjelang Muktamar NU, memang sempat ada intrik mengenai jadwal pelaksanaan lantaran adanya rencana Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 secara nasional yang diterapkan pemerintah. Kubu Yahya sempat mengusulkan agar Muktamar dipercepat, namun kubu Said ingin Muktamar dimundurkan. Belakangan, kedua kubu bersepakat pelaksanaan Muktamar NU ke-34 tetap dilaksanakan pada 22-23 Desember 2021.

Jokowi Direncanakan Buka Muktamar

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan membuka Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) di Pondok Pesantren Darussaadah, Lampung pada Rabu (22/12/2021) hari ini. Wakil Presiden Ma'ruf Amin dijadwalkan turut hadir dalam agenda tersebut.

Berdasarkan agenda Muktamar NU, Jokowi akan meresmikan Muktamar dan berpidato pada pembukaan acara tersebut sekitar pukul 11.30 WIB.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Iya. Insya Allah Presiden Jokowi dan Wapres Kiai Ma'ruf sudah fix bakal hadir pembukaan Muktamar," ujar Ketua Panitia Muktamar ke-34 NU, Imam Aziz pada Selasa (21/12/2021) kemarin.

Setelah dibuka oleh Jokowi, muktamar yang diperkirakan berlangsung hingga Kamis (23/12/2021) itu akan ditutup oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

Imam menegaskan acara Muktamar NU telah mensyaratkan protokol kesehatan (prokes) bagi para peserta. Karenanya, panitia hanya membatasi jumlah peserta maksimal 500 orang.

"Kita sudah mendesain itu semua sesuai dengan aturan Pemerintah," kata dia.

Setelah agenda pembukaan, peserta akan melanjutkan kegiatan menggelar agenda sidang pembacaan tata tertib dan laporan pertanggungjawaban jajaran PBNU masa bakti 2015-2020 di Gedung Serbaguna (GSG) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung sore hingga malam.

Kegiatan dilanjutkan esoknya, Kamis (23/12/2021) dilanjutkan dengan agenda sidang komisi-komisi membahas mengenai isu-isu organisasi, keagamaan dan kebangsaan.

Pemilihan Ketum PBNU, One Man One Vote

Sementara itu, mekanisme pemilihan dan penetapan Rais Aam dan Ketua Umum PBNU memiliki mekanisme yang berbeda satu sama lain.

Untuk jabatan Rais Aam, dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat dengan sistem Ahlul Halli wal 'Aqdi atau Ahwa. Metode Ahwa ini diisi oleh 9 orang ulama yang ditetapkan secara langsung dalam forum muktamar. Mereka nantinya akan bermusyawarah untuk memilih seorang Rais Aam PBNU periode 2021-2026.

Kriteria ulama yang dipilih untuk masuk sebagai anggota Ahwa pun memiliki syarat tersendiri. Di antaranya harus berakidah Ahlussunnah wal Jama'ah Annahdliyah, bersikap adil, alim, memiliki integritas moral, tawadu, berpengaruh dan memiliki pengetahuan untuk memilih pemimpin yang organisatoris (munadzdzim), penggerak (muharrik), meninggalkan yang haram dan/atau samar hukumnya(wara'), dan zuhud.

Nantinya, Rais Aam yang terpilih akan menunjuk seorang untuk mengisi posisi Wakil Rais Aam PBNU.

Berbeda pula dengan mekanisme pemilihan Ketua Umum. Pada muktamar ke-34 nanti, Ketua Umum PBNU nantinya bisa dipilih secara langsung oleh muktamirin melalui musyawarah mufakat atau pemungutan suara.

Namun, kandidat Ketum nantinya harus menyampaikan kesediaannya secara lisan atau tertulis dan mendapat persetujuan dari Rais Aam terpilih.

"Wakil Ketua Umum ditunjuk oleh Ketua Umum terpilih," bunyi AD/ART NU.

Salah satu hasil rekomendasi dari Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar NU yang digelar di Jakarta, pada September 2021 lalu menyepakati Calon Ketua Umum PBNU akan dipilih melalui metode one man one vote atau pemilihan suara.

AD/ART NU juga mengatur bahwa peserta Muktamar NU nantinya terdiri dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang/Cabang Istimewa.

Muktamar akan sah apabila dihadiri dua pertiga jumlah Wilayah dan Cabang/ Cabang Istimewa yang sah.

Reporter: Amrizal

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU