Serupa Tapi Tak Sama, Ini Beda Gejala Demam Pada DBD, Tifus, dan Malaria

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Senin, 04 Jul 2022 17:42 WIB

Serupa Tapi Tak Sama, Ini Beda Gejala Demam Pada DBD, Tifus, dan Malaria

i

mosquito-g2d244c01a_1280

Optika.id - Sebagai manusia normal, demam yang dirasakan oleh hampir banyak orang merupakan salah satu gejala umum dari beberapa penyakit, termasuk tifoid atau tifus, malaria, dan demam berdarah dengue (DBD). meski memiliki kemiripan, akan tetapi demam dari ketiga penyakit tersebut dapat dibedakan.

Kepala Staf Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Adityo Susilo memaparkan cukup susah membedakan sebab gejala demam ketiganya sama.

Baca Juga: Kondom Masih Dianggap Tabu, Kemenkes: Sudah Terdaftar, Penting Buat Tekan HIV!

Dia menjelaskan, DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus melalui gigitannya. Ciri khas nyamuk tersebut ialah mempunyai bintik-bintik putih di tubuhnya.

Lebih lanjut Adityo mengatakan jika gejala DBD yang krusial ialah demam tinggi yang muncul secara mendadak, diikuti pasien yang mengalami sakit kepala hebat, nyeri otot, lemas dan mata terasa berat.

"Infeksi ini juga bisa mengganggu proses pencernaan di lambung, maka tidak jarang pasien juga mengalami mual, nyeri ulu hati, sehingga kemampuan makan dan minum menjadi sangat turun," jelas Adityo, ketika dihubungi, Senin (4/6/2022)

Gejala tersebut muncul ketika fase awal di mana virus bekerja aktif, pada umumnya demam akan berlangsung selama tiga hari. Uniknya, setelah demam turun justru penderita memasuki fase kritis.

Hal ini terjadi sebab antibodi penderita mulai terbentuk dan sifatnya lebih destruktif. Proses perlawanan menjadi semakin hebat serta risiko syok dan pendarahan akan meningkat. Menurut Adityo, proses tersebut berlangsung tiga hari, namun dalam beberapa kasus bisa lebih lama lagi.

"Setelah di akhir fase kritis, demam bisa muncul lagi tapi tidak setinggi di awal. Setelah itu baru kita masuk fase penyembuhan, tentu keluhan lebih baik, trombosit meningkat, dan kondisi akan pulih," lanjutnya.

Sedangkan untuk tifus, Adityo menjelaskan jika penyakit itu disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi yang lazim ditemukan dalam air atau makanan yang sudah terkontaminasi. Berbeda dengan demam DBD yang cenderung mendadak, demma tifus muncul secara bertahap.

Baca Juga: Selain Melindungi dari Paparan Sinar Matahari, Apa Saja Manfaat Sunscreen?

"Demamnya mengikuti pola anak tangga, di mana dari hari ke hari, demamnya semakin tinggi," kata Adityo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Salah satu yang dapat menjadi indikator atau penanda demam tifus ialah pola yang terbalik. Artinya, demam akan lebih tinggi pada malam hari dibandingkan saat pagi atau siang hari.

Tak hanya itu, tifus juga memiliki gejala yang berkaitan dengan pencernaan. Pasien yang mengalami tifus tak jarang akan mengeluh konstipasi atau susah buang air besar. Kendati demikian, ada juga yang justru mengalami diare.

Sedangkan malaria, menurut Adityo ialah penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.

"Malaria memiliki gejala yang lebih khas. Kita mengenal trias malaria yang menjadi keluhan spesifik penyakit ini," tutur Adityo.

Baca Juga: Komitmen Pengendalian Tembakau Masing-Masing Capres Dipertanyakan

Adapun pola trias malaria tersebut, kata dia, adalah cold stage yaitu fase di mana pasien menggigil hebat, hot stage atau fase demam tinggi, dan sweating stage atau fase saat demam mulai berangsur turun tapi pasien akan sangat berkeringat. Namun, berbeda dengan DBD, demam karena malaria akan turun dengan sendirinya meskipun tanpa mengonsumsi obat.

Reporter: Uswatun Hasanah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU