Selama Pandemi, Penelitian Klinis di Indonesia Alami Kenaikan

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Rabu, 09 Nov 2022 23:09 WIB

Selama Pandemi, Penelitian Klinis di Indonesia Alami Kenaikan

i

chemist-g327220ea1_1920

Optika.id - Eijkman Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) Indonesia menyebut jika Indonesia gencar melakukan penelitian klinik sejak pandemi Covid-19 melanda pada awal 2020 silam.

Hal tersebut dikonfirmasi oleh Mutia Rahardjani selaku Manajer Operasional Penelitian Klinis Eijkman Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) Indonesia, yang menyampaikan bahwa sejak tahun 2020 sampai 2022 ini Indonesia mengalami kemajuan pesat dalam bidang penelitian klinis.

Baca Juga: Megawati Diminta Ambil Sikap Atasi Permasalahan BRIN

Mutia kemudian membeberkan data yang dilansir dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bahwa pada tahun 2020 yang lalu terdapat sebanyak 31 penelitian klinis yang dijalankan di Indonesia. lalu bertambah menjadi 33 pada tahun 2021, dan pada tahun 2022 hingga Juni kemarin sudah terdapat 15 penelitian klinis yang terjadi.

Diketahui angka tersebut meningkat dibanding tahun 2016 yang hanya menjalankan 12 penelitian klinis, tahun 2017 menjalankan 10 penelitian klinis dan lima pada 2018 selanjutnya 18 pada tahun 2019 silam.

Di satu sisi, Mutia juga mempertanyakan seberapa jauh keberlanjutan peningkatan penelitian klinis di Indonesia pasca pandemic nanti.

"Jumlah penelitian yang sudah cukup banyak ini, pertanyaannya apakah ini akan sustain," ujar Mutia dikutip dari keterangan tertulisnya, Rabu (9/11/2022).

Dia menilai, meskipun pandemi sudah berlalu namun penelitian klinis harus tetap gencar dilakukan. Mengingat Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki iklim tropis dan beberapa wilayahnya masih terjadi endemi penyakit menular seperti demam berdarah dengue, chikungunya, hingga malaria.

Untuk itu, Mutia mengingatkan, dunia pengetahuan di Indonesia bersama jajaran pemerintah harus bisa terus mengundang para sponsor untuk mendanai penelitian-penelitian klinis di Tanah Air.

Mutia menjelaskan jika hal tersebut bakal menemui kendala baru seiring berjalannya waktu. Kalaupun kalangan industri, yang biasanya berkenan menjadi sponsor pendanaan penelitian klinis, mereka memiliki persepsi bahwa penelitian klinis di Indonesia masih cukup berbelit-belit dalam berbagai aspek.

Baca Juga: Menarik! Ini 5 Penemuan Ilmiah Menggegerkan Sepanjang Tahun 2022, Bagaimana Tahun ini?

"Jadi mereka itu reluctant (enggan) untuk bikin (penelitian klinis) dan berinvestasi di Indonesia. Karena mintanya macam-macam, mengeluarkan sampel aja susahnya minta ampun," kata Mutia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Oleh sebab itu Mutia memberikan saran kepada pemerintah agar terus meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia (SDM) supaya menjadi investasi jangka panjang sebagai prasyarat mutlak penelitian klinis di Indonesia. serta, hal tersebut ditunjang oleh kebutuhan pemenuhan tenaga dalam menjalankan fasilitas yang diinvestasi oleh industri ke depannya.

Sebagai informasi, penelitian klinis merupakan cabang ilmu kesehatan yang menentukan keamanan serta efektivitas atau efikasi medikasi, produk diagnostic, peralatan medis dan terapi pengobatan yang ditujukan untuk digunakan oleh manusia.

Produk-produk hasil dari penelitian klinis tersebut nantinya dapat digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis, atau untuk menghilangkan gejala penyakit.

Baca Juga: Analisis Data Indef Ungkap Nama Capres Terpopuler di Internet, Siapa Saja?

Penelitian klinis memiliki perbedaan dengan praktik klinis. Dalam praktik klinis, terapi yang digunakan adalah terapi yang telah terbukti. Sedangkan, dalam penelitian klinis, bukti-bukti dikumpulkan untuk menetapkan terapi atau penanganan.

Reporter: Uswatun Hasanah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU