Sebabkan Stunting, Bupati Muhdlor: Jangan Minum Air Tanah Mengandung Timbal

author Jenik Mauliddina

- Pewarta

Kamis, 10 Mar 2022 14:05 WIB

Sebabkan Stunting, Bupati Muhdlor: Jangan Minum Air Tanah Mengandung Timbal

i

Dok: Pemkab Sidoarjo

Optika.id, Sidoarjo - Bupati Sidoarjo Ahmad Mudhlor mengimbau masyarakat di daerahnya tidak lagi mengonsumsi air tanah mengandung logam berat timbal (Pb) yang kadarnya melebihi batas aman. Karena menjadi salah satu penyebab stunting.

Menurut Gus Muhdlor, sapaan akrab bupati, kasus stunting atau masalah pertumbuhan pada anak di Sidoarjo disebabkan sebagian masyarakat masih mengonsumsi air tanah atau air sumur yang tidak layak. Dan mengandung logam berat timbal (Pb) lebih dari standar ukuran yang diperbolehkan pemerintah.

Baca Juga: BKKBN: Seluruh Pemda se-Indonesia Wajib Terlibat Tangani Stunting

"Catatan kami, bahwa stunting di Sidoarjo itu buka karena gizinya, tapi edukasi di masyarakat yang masih mengonsumsi air tanah," ucapnya saat membuka kegiatan Hari Gizi Nasional ke-62 di Sidoarjo, Rabu (9/3/2022)

Perkembangan kasus stunting di Kabupaten Sidoarjo saat ini sudah menurun dari 28 persen pada tahun 2018 menjadi 14 persen pada tahun 2022. Menurutnya, angka kasus stunting 14 persen tersebut berdasarkan hitungan anak antara usia 0--59 bulan atau anak di bawah 5 tahun yang jumlahnya sekitar 34 ribu orang.

"Untuk kasus stunting yang disebabkan gizi buruk jumlahnya lebih kecil dibanding kasus stunting karena mengonsumsi air tanah yang mengandung timbal," ucapnya.

Ia mengatakan dalam Permenkes RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 dijelaskan kandungan timbal (Pb) dalam air yang aman untuk dikonsumsi sekitar 0,1 mg per liter. Di Sidoarjo ini kadar timbalnya tinggi sebagai konsekuensi menjadi daerah industri.

"Jadi, polusi karbonnya tinggi. Oleh karena itu, hal ini yang harus kita edukasi ke masyarakat lewat Germas. Edukasi di masyarakat harus diperbanyak, hidup sehat, gizi cukup dan menghindari mengonsumsi air tanah," katanya.

Dari 18 Kecamatan di Sidoarjo, dua kecamatan yang saat ini masih tinggi angka stunting-nya, yakni Kecamatan Jabon dan Krembung. 

Total ada 24 desa yang membutuhkan intervensi dari Pemkab Sidoarjo untuk menurunkan kasus stunting, salah satunya menjamin pemenuhan gizi anak.

Sebanyak 24 desa itu akan kita intervensi secara gizi, tetapi sekali lagi saya sampaikan di Sidoarjo petanya bukan karena gizinya, tetapi karena masyarakat menyamakan dengan sekian tahun yang lalu menganggap air tanahnya masih bisa dikonsumsi. Ini yang akan kita edukasi, tuturnya.

Sementara itu, Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo Syaf Satriawarman merinci bentuk intervensi yang akan ambil pemkab untuk menangani masalah stunting.

Baca Juga: Bupati Lamongan Launching Ferrameg Untuk Cegah Stunting

"Pendekatan melalui dua hal, yang pertama adalah menggerakkan semua pemangku kepentingan lintas instansi, kemudian gencar melakukan edukasi dan membantu pemenuhan gizi," ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Beberapa waktu lalu, Syaf mengadakan rapat koordinasi dengan Satgas Penakib, yakni tim percepatan satuan tugas yang mengurusi angka kematian ibu dan anak.

"Ternyata sedang diurus keppres yang nanti akan menggabungkan antara penanganan angka kematian ibu dan anak serta penanganan stunting, katanya.

Kemudian langkah kedua yang akan dilakukan adalah sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat untuk tidak mengonsumsi air tanah.

"Air tanah dipakai untuk mandi dan cuci masih tidak ada masalah, tapi kalau untuk konsumsi sebaiknya jangan," kata Syaf.

Baca Juga: BKKBN Masih Optimis Penuhi Target Angka Stunting Turun

Di Kecamatan Jabon yang airnya yang mengandung timbal pernah mendapat intervensi dari Pemkab Sidoarjo dengan menyediakan air bersih PDAM. Masyarakat diberi akses air bersih PDAM gratis selama dua bulan tapi sayangnya untuk melanjutkan itu masyarakat tidak mau membayar retribusi air bersih.

Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Sidoarjo akan melakukan uji laboratorium terhadap air tanah. "Kami akan menguji kadar air tanah di 24 desa yang saat ini terdapat kasus stunting," kata Syaf.

Reporter: Jenik Mauliddina

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU