Said Didu Curiga Tes PCR Hanya Akal-akalan Saja !

author optikaid

- Pewarta

Rabu, 27 Okt 2021 12:14 WIB

Said Didu Curiga Tes PCR Hanya Akal-akalan Saja !

i

Said Didu Curiga Tes PCR Hanya Akal-akalan Saja !

Optika- Hingga saat ini, pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta agar harga tes swab PCR diturunkan telah mengundang pro kontra.

Menanggapi hal itu, mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu turut mengungkapkan kecurigaan mengenai bisnis PCR.

Baca Juga: KAI Surabaya Tolak Ribuan Orang Naik Kereta Api

Melalui akun Twitternya, Said Didu menilai tes swab PCR selama ini telah dijadikan ladang bisnis. Pasalnya, harga awal PCR dimulai dari Rp 2 juta.

"Kewajiban PCR dengan turunnya harga mulai dari Rp 2 juta menjadi Rp 300 ribu meningkatkan kecurigaan terhadap `bisnis` PCR," tulis Said Didu dalam akun twitter pribadinya, dikutip Selasa (26/10/2021).

Namun, Presiden Jokowi sekarang justru meminta agar harga PCR menjadi Rp 300 ribu. Hal ini membuat Said Didu menyimpulkan masyarakat seharusnya bisa melakukan tes PCR dengan harga Rp 300 ribu sejak lama.

"Jika sekarang bisa dengan harga Rp 300 ribu, artinya biayanya di bawah Rp 300 ribu ," jelas Said Didu.

Said Didu lantas mengkritik tajam biaya tes PCR sebelumnya yang mencapai jutaan. Ia pun mengajak masyarakat mulai menghitung keuntungan sejumlah pihak yang mengikuti aturan tes PCR seharga selangit.

"Mari menduga berapa untung yang sudah mereka nikmati dibalik aturan selama ini?" pungkasnya.

Cuitan Said Didu itu mendapatkan atensi dari masyakarat. Hingga berita ini dipublikasikan, cuitan tersebut sedikitnya telah di-retweet 1.500 kali dan mendapatkan 4.500 tanda suka.

Warganet juga ramai memberikan pendapat mereka di kolom komentar. Mereka turut menuliskan beragam kritikan dan protes mengenai aturan tes swab PCR di Tanah Air.

Baca Juga: Ternyata Ikan di China Ikut Dites Swab PCR Loh!

"Tak masalah sebenarnya, jika negara tidak banyak hutang, rakyat sejahtera dan tidak ada korupsi. Tapi jika negara kacau begini ya jadi?" sindir warganet.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Sebenarnya yang menikmati keuntungan besar adalah para pemain diawal Covid, bukan hanya pelayanan PCR tapi para pebisnis alkes yang terkait covid. Justru sekarang yang stress adalah para pemain baru karena harga sudah dipaksa turun dan sudah banyak kompetitor," komentar warganet.

"Sebenarnya kalau dihitung biaya modal nya kemungkinan timpang banget sama harga PCR nya. Modal stik colok hidung, tenggorakan dan alat analisis nya. Jadi kalau ada yang bilang bisnis menguntungkan ya untung banget. Disitulah pentingnya kebijakan pemerintah buat atur harga," tambah yang lain.

"Dengan turunnya harga tapi wilayah yang wajib PCR diperluas, pastinya dengan keuntungan 3 x lipat dari harga 2 juta dengan wilayah wajib PCR 1 saja yaitu bandara. Jadi sebenernya PCR itu yah bisa diartikan membegal rakyatnya sendiri," kritik warganet.

"Untuk diogrok-ogrok hidung, dulu saya bayar Rp 1,2 juta. Sekarang malah bisa turun ke Rp 300 ribu, terus selisihnya Rp 900 ribu. Sungguh menyengsengsarakan rakyat," curhat warganet.

Baca Juga: Komnas Ham Bakal Periksa Ferdy Sambo Terkait PCR di Rumahnya

"Dari harga Rp 2 juta hasil keluar 2 hari, sekarang Rp 300 ribu hasil 1 hari. Lebih cepat lebih murah, bisnis yang masih menjanjikan bagi mereka, pak," timpal lainnya.

Reporter: Angga Kurnia Putra

Editor: Amrizal

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU