PPP Dalam Pemilu 2024: di Bawah atau di Atas Parliamentary Threshold?

author Seno

- Pewarta

Selasa, 22 Nov 2022 23:50 WIB

PPP Dalam Pemilu 2024: di Bawah atau di Atas Parliamentary Threshold?

i

images (22)

Optika.id - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam pemilu 2024 bakal lolos atau malahan di bawah parliamentary threshold (PT)? Menurut Habil Marati, Ketua Umum Forum Kabah Membangun (FKM), PPP bakal merosot di bawah PT, lewat keterangan tertulisnya Sabtu, 19 November 2022.

Marati mengambil simpulan tersebut lantaran ada pembelahan tajam antara pimpinan dan massa PPP. Menurut Marati PPP hanya bisa selamat jika partai yang berdiri pada 1973 ini mengusung Anies Rasyid Baswedan (ARB) sebagai calon presiden PPP.

Baca Juga: PPP: Ledakan Suara PSI Tak Masuk Akal, Apakah Ini Operasi Sayang Anak?

Menurut Marati ada sekitar 20 juta suara PPP akan memilih Anies Baswedan sebagai pemimpin Indonesia di 2024. Karena itu jika PPP tidak mengusung ARB bakal ditinggal oleh pemilihnya.

Kehadiran FKM justru untuk untuk menyelamatkan suara PPP di daerah, kata Habil Marati dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 19 November 2022.

Sebagaimana kita tahu Sebelumnya, FKM telah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024 pada Rabu, 16 November 2022. Mereka mengaku sebagai arus bawah PPP yang ingin menyelamatkan PPP agar tidak terjerembab di bawah PT 4 persen.

Sementara itu Husnan Bey Fananie, mantan Duta Besar RI untuk Azerbaijan, menilai terdapat korelasi antara elektabilitas Anies Baswedan yang diklaim sebesar 30 persen. Suara PPP, kata Fananie, dapat didongkrak hingga 7 persen jika mendukung Anies Baswedan menjadi calon presiden dalam pemilu 2024 mendatang.

Karena itu bagi Fananie FKM memiliki kewajiban mandatori harus menyelamatkan PPP. "Kami akan selamatkan PPP agar punya kursi diatas 7 persen," tuturnya.

Arsul Sani Menyindir

Wakil Ketua Umum PPP, Arsul Sani, merespon ada kader PPP yang terjangkit penyakit waham kebesaran.

"Saya kadang melihat ada kader PPP yang terjangkiti penyakit waham kebesaran, seperti ketika bilang bahwa PPP bakal kehilangan suara 20 juta kalau tidak dukung calon tertentu. Ini namanya menderita penyakit waham, karena PPP saja belum pernah mencapai suara 20 juta, kata Arsul Sani kepada Tempo, Ahad, 20 November 2022.

Arsul menyatakan dampak capres berbeda-beda dari satu daerah dengan daerah lain.

Satu daerah dengan daerah lainnya mempunyai dampak yang berbeda ujarnya. Dia menjelaskan, ada pula daerah yang bakal terkena dampak positif dari pemilihan capres maupun cawapres. Hal inilah, kata Arsul, yang sedang dicermati dengan baik oleh partai berlambang Kabah.

Arsul katakan bahwa PPP belum akan menentukan sosok yang dijagokan dalam Pilpres 2024. Dia menyebut partainya masih melihat aspirasi dan kecenderungan yang terjadi, termasuk pada partai politik lainnya.

Karena itu sekarang PPP belum menentukan sosok yang akan didukungnya dan diajukan kepada koalisinya yakni Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Kami masih melihat aspirasi dan juga kecenderungan yang terjadi termasuk pada parpol lainnya, ujar dia.

Sebagaimana kita ketahu suara PPP belum pernah mencapai 20 juta dalam pemilu. Klaim 20 juta suara PPP akan memilih Anies Baswedan tampaknya terlalu berlebihan.. Pasalnya, dalam pemilihan legislatif 2019, PPP hanya mendapat suara sah 6,323.147 (4,52 persen) atau mendapat 19 kursi.

Jika Pemilu Hari Ini, PPP Tidak masuk PT

Baca Juga: Sandiaga Enggan Bicara Oposisi Usai Suara PPP Turun

Bisa dimaklumi jika para anggota atau grass root PPP gelisah menghadapi pemilu 2024. Berbagai lembaga survei selalu meletakkan PPP elektabilitasnya di bawah PT 4 persen. SSI (Skala Survei Indonesia memprediksi tiga Partai Politik (Parpol) yang saat ini di parlemen bakal gagal memenuhi ambang batas PT pada Pemilu 2024 mendatang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Direktur Eksekutif SSI, Abdul Hakim, ketiga Parpol yang diprediksi gagal masuk ke parlemen itu merupakan PPP, PKB, dan PAN. Survei dilakukan pada 6-12 November 2022 dengan mewawancarai 1.200 orang responden dari 34 provinsi.

Menurut Hakim elektabilitas Partai Gerindra diprediksi meraih suara paling banyak dengan torehan 19 persen. Disusul oleh PDIP dengan 18,3 persen dan Golkar 8,9 persen. Sementara tiga posisi berikutnya ditempati oleh Koalisi Perubahan, yakni Demokrat 6,3 persen, PKS 5,8 persen, dan NasDem 5,1 persen.

"Sementara itu, elektabilitas PPP 2,3 persen, PKB 1,9 persen, dan PAN 1,7 persen," ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (18/11/2022). Sedangkan sisanya ditempati oleh Perindo dengan 1,2 persen suara, Garuda 0,2 persen. Sementara untuk PBB, Hanura dan PSI diprediksi hanya mampu meraup 0,1 persen suara.

Survei nasional Voxpol Center Research & Consulting dilakukan pada 22 Oktober sampai 7 November 2022 juga menempatkan PPP dalam angka elektabilitas di bawah PT. Survei dilakukan terhadap 1.220 responden menggunakan systematic random sampling. Survei ini memiliki toleransi atau batas kesalahan (margin of error) sekitar 2,81 persen.

Voxpol CRC menempatkan elektabilitas PPP di angka 3 persen. Secara urutan dalam deretan partai tengah sebagai berikut PKB sebesar 11,2 persen, PKS sebesar 9,6 persen, NasDem sebesar 7,4 persen, Demokrat sebesar 5,7 persen, PPP sebesar 3 persen, dan PAN sebesar 2,4 persen.

Hasil survei Indikator Politik pada akhir November 2021 juga menempat angka elektabilitas PPP di bawah PT. Elektabilitas juga merosot terus. PAN yang belum lama ini bergabung ke parpol koalisi Jokowi mengalami penurunan elektabilitas. Sebanyak 2,2% responden memilih PAN pada Juli lalu, sementara di bulan November 2021 hanya 1,7%.

PKB terpantau turun cukup banyak dari 9,8% pada April 2021 menjadi 7,2% di November. Adapun PKS (6,3%), Nasdem (3,7%), dan PPP (2,7%). Perindo, Hanura, PBB, Berkarya, Garuda, dan Partai Ummat ada di bawah 1,5%, sementara Gelora dan PKPI 0%.

Baca Juga: Sandiaga Ajak Masyarakat Jadikan Sivitas Akademika Panutan

Captive PPP adalah Anies

Klaim Habil Marati memang berlebihan karena suara PPP belum pernah mencapai 20 juta suara. Namun tidak terlalu aneh jika grass root PPP merupakan captive suara (pemilih sosiologis) ke Anies. Jika capres (calon presiden) yang bakal berlaga di pilpres (pemilihan umum presiden) 2024 adalah Prabowo, Ganjar Pranowo, dan Anies maka sangat besar grass root PPP bakal ke Anies.

Artinya PPP bakal terjadi kontraksi antara aspirasi elite PPP dengan grass rootnya. Elite politik PPP, utamanya pimpinan DPP (Dewan pimpinan Partai) mengikuti arahan Istana namun grass root memilih Anies sebagai simbol perubahan dan simbol Islam. Hal ini yang diungkapkan oleh Marati sebagai upaya menyelamatkan PPP dari terlemparnya angka PT 4 persen.

Sebagian besar hasil survei elektabilitas parpol dari 2019 selalu menempatkan PPP di angka di bawah PT 4 persen. Di sisi lain nilai party identification PPP semakin kabur di mata para pemilih PPP dan di sisi lain banyak tokoh PPP tingkat elektabilitasnya tidak sekuat di tahun 2004, 2009, dan 2014.

Fenomena kemerosotan elektabilitas itu memang salah satunya bisa didongkrak dengan coattail effect dari kandidat presiden. Hal itu dilematis untuk PPP saat ini.

Tulisan: Aribowo

Editor: Amrizal

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU