Potensi Cuan dari Wacana Penghapusan Jurusan IPA/IPS pada SMA

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Senin, 26 Sep 2022 19:02 WIB

Potensi Cuan dari Wacana Penghapusan Jurusan IPA/IPS pada SMA

i

anak sma

Optika.id - Wacana penghapusan jurusan IPA dan IPS pada SMA oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbudristek) sebagai inovasi dari kurikulum merdeka, dinilai akan berdampak positif atau berpotensi cuan (profit) kepada bisnis Lembaga Konsultasi Minat dan Bakat.

Lembaga konsultasi tersebut diproyeksi bakal mengalami kenaikan jumlah klien, utamanya kalangan siswa dan orang tua.

Baca Juga: FSGI Koreksi Visi Misi Capres Terkait Pendidikan

CEO Tes Bakat Indonesia, Monica Christian mengaku jika lonjakan klien yang menggunakan jasanya belum terjadi di tahun ini. Dia memprediksi jika lonjakan klien akan membludak di tahun depan.

"Lonjakan terjadi ketika orang berbondong-bondong ingin tahu mereka perlu mengambil kelas apa, mata pelajaran apa itu pasti di tahun depan. Jadi harusnya di tahun depan baru ada peningkatan yang signifikan untuk hal ini," ujar Monica kepada Optika.id, Senin (26/9/2022).

Monica mengamati, saat ini sudah banyak universitas yang mulai mengubah kriteria penerimaan dan penilaian mahasiswa. Penerimaan mahasiswa lebih mengacu ke tes skolastik atau penalaran dan pola berpikir.

Berbeda dengan pola penerimaan sebelumnya yang mengharuskan calon mahasiswa diwajibkan lulus ujian saringan berupa ujian mata pelajaran yang linear dengan jurusan yang diambil.

Pihaknya saat ini masih melihat dan menunggu, sebab Kurikulum Merdeka perumusannya menjadi tugas dari pihak kementerian, sekolah, lembaga dan institusi terkait.

"Tapi, kalau dari sekolah-sekolah iya sih jadi tesnya dua kali. Kalau dulu kan tes kan cuma di kelas XII pas mereka mau pilih jurusan, sekarang anak-anak kelas X-nya sudah mulai dites-in ke kita," ucap Monica.

Seolah tak rugi dihantam pandemi, Lembaga Tes Bakat Indonesia dalam beberapa tahun terakhir nyatanya mengalami tren peningkatan. Ini disebabkan Tes Bakat Indonesia memiliki beberapa terobosan yang menyesuaikan untuk para kliennya.

Seperti, tes minat, tes IQ dan tes kepribadian berbasis online mengalihkan semua operasional kerja menjadi work from home (WFH). konseling pun diarahkan menjadi konseling online.

"Bisa dibilang tiga tahun terakhir ini perkembangannya malah semakin banyak dan layanan kita tidak hanya tes penjurusan saja, tapi dimulai dari tes anak, tes rekrutmen perusahaan, dan juga banyak menangani corporate training juga maupun webinar-webinar," papar Monica.

Adapun paket tes yang ditawarkan oleh lembaga ini dibanderol dengan harga beragam. Mulai dari Rp150 ribu hingga Rp3,35 juta tergantung pada kelengkapan alat tes yang digunakan serta seakurat apa analisis yang diberikan oleh psikolog.

Klien dari lembaga tes ini juga diklaim selalu stabil. Tahun ini, sebanyak 10 ribu siswa mendaftar sebagai klien dengan mayoritas siswa sekolah di Jakarta dan Surabaya.

Segmen usia klien masih didominasi dari pendidikan, baik dari anak SMP dan SMA yang sedang bingung menentukan jurusan kuliah atau mata pelajaran. Disusul anak-anak kecil yang usianya TK dan SD.

Orang tua mereka ingin memilih kurikulum yang tepat untuk sekolah anaknya atau menentukan kursus kegiatan yang sesuai. Pelanggan dari lembaga tes ini juga ada yang dari level pekerja yang butuh tes karier dan perusahaan.

Tak para pekerja dan siswa sekolah, ada pula mahasiswa semester 7 yang melakukan tes di Tes Bakat Indonesia. Biasanya, mereka melakukan tes untuk memilih melanjutkan pendidikan S2 atau untuk pindah karier karena merasa salah mengambil jurusan kuliah.

Butuh Kolaborasi Pemerintah dan Swasta

Peneliti Kebijakan Publik dan Pendidikan Universitas Paramadina, Totok Amin Soefijanto menganggap Kurikulum Merdeka bukan sebagai jawaban yang tepat untuk problem pendidikan saat ini.

Kendati demikian, dia mendukung penghapusan jurusan IPA dan IPS di sekolah-sekolah menengah atas.

Baca Juga: Merdeka Mengajar Bakal Diberhentikan Anies, Ada Masalah Apa?

"Saat itu, kita pikir manusia hanya dua atau tiga model berfikirnya: matematis, sosial, dan lain-lain. Padahal, ketika ditemukan multiple intelligence dari Gardner, sebenarnya pendekatan itu tidak berlaku lagi. Lebih-lebih di era disruptif saat ini, lalu dipukul pandemi, sudah jauh lebih canggih lagi cara mendeteksi bakat seseorang itu," jelas Totok kepada Optika.id, Senin (26/9/2022).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tugas dari pemerintah, menurut Totok, adalah memantau situasi perubahan secara global saat ini dengan memantau dan memastikan anak-anak generasi penerus tidak gagap serta ketinggalan dibandingkan dengan anak sebaya di negara-negara lainnya.

Akan tetapi, pemerintah saat ini justru lamban dalam melakukan perubahan dan inovasi terhadap pendidikan. Sementara kalangan non-pemerintah bisa cepat tanggap dalam merespon perubahan, namun terkendala dengan sumber daya serta berbagai regulasi.

Totok menilai, potensi bisnis untuk bimbingan belajar, bimbingan konseling, dan sejenisnya bisa tetap eksis dan semakin cerah sebab, kebutuhan dalam mencari cara belajar yang tepat dan cocok untuk anak akan terus ada.

Saat ini, layanan bimbingan dan konseling merupakan jasa yang diperlukan oleh semua keluarga. Peminat jasa ini tergolong banyak, namun penyedia jasanya terbatas. Hal ini tak pelak menimbulkan efek ekonomi, yakni harganya yang mahal.

"Makin bagus mutu pelayanannya, makin mahal lagi, sehingga yang bisa mengakses hanya mereka yang berduit," tegasnya.

Keluarga yang berasal dari ekonomi menengah ke bawah menurut Totok hampir tidak mampu menggunakan jasa layanan bimbingan konseling ini. Opsinya, pemerintah bisa menyediakannya di sekolah secara cuma-cuma dan bisa diakses dari berbagai kalangan.

"Pemerintah dalam hal ini Kemendikbudristek dapat memanfaatkan mahasiswa-mahasiwa Prodi Psikologi untuk menjadi relawan bimbingan konseling tadi di seluruh sekolah yang ada, sehingga mampu menjangkau sebagian besar anak-anak kita yang membutuhkan bimbingan tersebut," ungkap Totok.

Perlunya Mengedukasi Publik

Baca Juga: Debat Final Capres Bahas Isu Pendidikan, JPPI: “Semuanya Kosong”

Pengamat Pemasaran Inventure Consulting, Yuswohady mengatakan hal lain. Menurutnya, saat ini dia belum dapat melihat potensi cuan dari bisnis konsultan minat dan bakat di Indonesia.

Kebanyakan orang tua masih mengandalkan konsultasi yang disediakan oleh sekolah, bukan langsung ke konseling swasta, apalagi dengan biaya yang mahal. Terlebih, para siswa hanya ingin masuk ke perguruan tinggi atau sekolah di luar negeri.

Yuswohady meyakini, bisnis konsultan minat dan bakat untuk saat ini tidak akan besar.

"Jadi market-nya di awal akan tidak terlalu besar. Namun seiring waktu kan makin sejahtera masyarakat, nah di situ akan semakin diperlukan juga jasa seperti ini," ujar Yuswohady.

Kendati demikian, Yuswohady tak menyangkal jika para pelaku bisnis konsultan minat dan bakat ini akan mengembangkan usahanya menjadi lebih besar dengan kebijakan pendidikan yang seolah tambal sulam.

Yang mendasar adalah edukasi kepada masyarakat mengenai perlunya jasa ini. Biasanya, mereka yang menjadi inisiator dan mengedukasi awal bisa menguasai pasar awal. Nantinya, kompetitor akan ikut, sehingga pasarnya akan besar dan lebih besar lagi, ucapnya.

Reporter: Uswatun Hasanah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU