Polemik Nama Jalan Ibu Kota, Fahri Hamzah dan Fadli Zon Gaduh di Twitter

author optikaid

- Pewarta

Jumat, 22 Okt 2021 11:47 WIB

Polemik Nama Jalan Ibu Kota, Fahri Hamzah dan Fadli Zon Gaduh di Twitter

i

Fahri Hamzah dan Fadli Zon Gaduh di Twitter

Optika - Mendapat penolakan dari Fahri Hamzah soal nama jalan di Jakarta, Fadli Zon rela tinggalkan nama Fatih Sultan Mehmat II atau Muahmmad Al Fatih, lalu mengusulkan dua nama pahlawan nasional yakni Sultan Agung dan Pangeran Diponegoro.  

Sebelumnya, nama Muhammad Al Fatih yang diusulkan Fadli Zon mendapat penolakan dari Fahri Hamzah.

Menurut Fahri Hamzah nama Fatih Sultan Mehmet II atau Muhammad Al Fatih tidak cocok dipasang di jalan DKI Jakarta.

 Alasannya, karena Pemerintah Turki telah memasang nama Achmad Soekarno di depan KBRI Ankara, Kota Ankara, Turki.

Nama jalan yang cocok untuk membalas jasa pemerintah Turki itu menurutnya adalah Mustafa Kemal Ataturk, yakni tokoh sekularisme sekaligus pendiri dan presiden pertama Republik Turki.

Hal tersebut disampaikan Fahri Hamzah lewat status twitternya @fahrihamzah pada Kamis 21 Oktober 2021.

Dirinya menilai kedua nama itu sejajar apabila disandingkan.

Alasannya merujuk beragam latar belakang mereka yang kontroversial dalam kepemimpinannya.

"Bro, Bener ini Alfatih mau disejejerin sama Soekarno? Tukerannya kan itu?" tulis Fahri Hamzah.

"Kalau ane lihat gak pas bro. Jalan alfatih di jakarta vs jalan walisongo di ankara pas lah. Ngomong ke gubernur sohib lu tu," jelasnya.

Menjawab pernyataan sahabatnya, Fadli Zon pun mengusulkan dua nama lainnya, yakni Sultan Agung Hanyokrokusumo dan Pangeran Diponegoro.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sultan Agung Hanyokrokusumo adalah sultan Mataram ketiga yang memerintah dari tahun 1613-1645.

Seorang sultan sekaligus senapati ing ngalaga (panglima perang) yang terampil ia membangun negerinya dan mengkonsolidasikan kesultanannya menjadi kekuatan teritorial dan militer yang besar.

Sedangkan Pangeran Diponegoro adalah salah pahlawan nasional Republik Indonesia yang memimpin Perang Diponegoro atau Perang Jawa selama periode tahun 1825 hingga 1830 melawan pemerintah Hindia Belanda.

Sejarah mencatat, Perang Diponegoro atau Perang Jawa dikenal sebagai perang yang menelan korban terbanyak dalam sejarah Indonesia, yakni 8.000 korban serdadu Hindia Belanda, 7.000 pribumi, dan 200.000 orang Jawa serta kerugian materi 25 juta Gulden.

"Di Ankara bisa Jalan Sultan Agung Hanyokrokusumo atau Jalan Pangeran Diponegoro," tulis Fadli Zon lewat twitternya @fadlizon pada Kamis (21/10/2021).

Reporter: Angga Kurnia Putra

Editor: Amrizal

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU