…Pertanda Buruk Bagi G20

author Seno

- Pewarta

Senin, 14 Nov 2022 18:35 WIB

…Pertanda Buruk Bagi G20

i

Screenshot_20221114-112730_Docs

[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]

Optika.id - Judul di atas adalah penggalan dari judul lengkapnya media Jepang The Japantimes: Russia, U.S fail to agree on ASEAN statement in a bad sign for G20 yang artinya Rusia, Amerika Serikat gagal untuk setuju pada pernyataan ASEAN pertanda buruk bagi G20.

Baca Juga: Perang Itu Investasi Yang Bagus

Sebelum ini saya menulis artikel di Optika tentang keberhasilan pertemuan KTT G20 di Bali dimana saya mengutip pendapat mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat DR. Dino Pati Jalal bahwa keberhasilan perhelatan KTT G20 itu dilihat apakah KTT itu berhasil menelorkan Joint Communiqué atau pernyataan bersama.

Pendapat DR. Dino Pati Jalal itu terlihat dari Kegagalan KTT ASEAN di Kamboja pada hari Minggu tanggal 13 Nopember 2022 lalu. Persoalan ini dimuat berbagai media internasional termasuk dari Jepang The Japan Times.

Dikabarkan bahwa Rusia dan A.S. gagal menyepakati bahasa untuk pernyataan bersama setelah KTT 18 negara di Kamboja, sehingga kecil kemungkinan Kelompok 20 negara akan mencapai konsensus di Indonesia minggu ini.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyalahkan AS dan sekutunya, mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka "bersikeras pada bahasa yang sama sekali tidak dapat diterima mengenai situasi di Ukraina."

Dia mengatakan AS telah berhasil memecah 10 anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan menuduh NATO meningkatkan aktivitas di kawasan itu. Rusia menolak untuk menggambarkan invasinya ke Ukraina sebagai perang, sebaliknya menyebutnya sebagai "operasi militer khusus."

"Ada tren yang jelas tentang militerisasi kawasan ini melalui koordinasi upaya sekutu lokal A.S. seperti Australia, Selandia Baru, Jepang dengan perluasan NATO" kata Lavrov, berbicara di Kamboja sebelum menuju KTT G20 di Bali. Pemimpin Rusia Vladimir Putin tidak menghadiri acara itu, yang akan mencakup Presiden AS Joe Biden dan mitra China Xi Jinping.

Baca Juga: Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H

Invasi Rusia ke Ukraina telah memecah komunitas internasional, dengan AS dan sekutunya menjatuhkan sanksi pada Moskow dan memberikan bantuan militer dan bantuan ekonomi kepada Ukraina. Konflik tersebut telah menggagalkan kerja sama internasional yang lebih luas, dengan beberapa pertemuan multilateral tahun ini berakhir dengan perselisihan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Perang Rusia Vs Ukraina itu pula yang membuat Amerika Serikat dan sekutunya untuk melobi keseluruh dunia agar ikut kebijakannya mengucilkan Rusia dari kancah percaturan dunia baik lewat pertemuan bilateral maupun multilateral seperti KTT G20 di Bali.

Apapun bentuk pertemuannya Amerika Serikat berusaha menggalang kekuatan komunitas internasional untuk mengecam dan memusuhi Rusia; sehingga walaupun tema pertemuan itu misalkan soal ekonomi global atau lingkungan global maka dalam membuat rancangan pernyataan bersama, pihak Amerika Serikat dan sekutunya memaksakan narasi mengecam invasi Rusia terhadap Ukraina.

DR. Dino Pati Jalal berpendapat bahwa posisi Indonesia sangat sulit di KTT G20 ini karena harus mampu mengakomodasi semua aspirasi politik perserta G20. Apakah Indonesia memiliki sikap mandiri tidak bisa dintervensi negara lain atau tidak. Hanya saja umumnya suatu negara yang sangat tergantung kepada negara lain, maka negara tersebut dengan sangat mudahnya untuk dipengaruhi.

Baca Juga: Kedaulatan Negara Meksiko Dilanggar

Beberapa negara mulai berani untuk menentukan sikap sendiri dan percaya bahwa era Unilateralisme sudah berakhir dan mulai era Multilateralisme.

Negara-negara itu antara lain India, Afrika Selatan, Brazil, Venezeula dan sebagainya. Bahkan negara seperti Saudi Arabia pun mencoba keluar dari cengekeraman negara Amerika Serikat.

Semoga yang terjadi di KTT ASEAN di Kamboja itu tidak terulang di KTT G20 Bali.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU