Perkembangan Thrifting Dari Barang Loak Hingga Menjadi Budaya Pop

author Haritsah

- Pewarta

Sabtu, 21 Agu 2021 19:06 WIB

Perkembangan Thrifting Dari Barang Loak Hingga Menjadi Budaya Pop

i

Perkembangan Thrifting Dari Barang Loak Hingga Menjadi Budaya Pop

Optika - Surabaya Thrifting adalah kebiasaan yang digemari anak muda untuk berbelanja pakaian bekas, berbelanja pakaian bekas lebih dipilih karena lebih hemat dan bisa mendapatkan merek berkualitas dengan harga terjangkau. Orang yang membeli pakaian bekas ada berbagai jenis, dari yang belanja tempat thrift shop yang memang sudah dikemas dengan baik  dan langsung berbelanja ke pasar loak.

Kapan pertama kali kebiasaan jual beli barang bekas dimulai, jika kita melihat thrifting dengan lebih luas yaitu upaya untuk memperjual belikan barang bekas, aktivitas tersebut berawal dari revolusi industri pertama di Inggris tahun 1760 1840. Menurut Friedrich Engels dalam bukunya yang berjudul kondisi kelas pekerja inggris, masa revolusi industri adalah berubahnya corak produksi masyarakat menjadi produksi masal, ketika sebuah produk diproduksi secara massal konsekuensinya adalah terjadi Overproduksi.

Overproduksi pernah terjadi saat krisis malaise 1930, peristiwa tersebut merupakan dampak dari perang dunia pertama dan melemahnya daya beli masyarakat karena wilayah yang menjadi area pemasaran sedang terjadi perang. Setelah terjadinya krisis malaise adalah awal kemunculan pasar loak, ketika barang yang dijual tidak ada yang membeli dan kualitasnya menurun.

Istilah pasar loak atau dalam bahasa inggris disebut Flea Market muncul ketika paska depresi ekonomi 1930 di berbagai negara, istilah pasar loak sebenarnya merujuk pada semua jenis barang bekas dari barang kebutuhan rumah tangga, lukisan, kebutuhan sandang, dan masih banyak lagi. Pada kurun waktu 2010 sampai sekarang istilah trifthing mulai muncul dikalangan kebiasaan anak muda.

Istilah thrift sendiri memiliki arti dalam bahasa inggris the quality of using money artinya menggunakan uang secara berkualitas atau bijak, substansi dalam movement thrifting adalah tepat sasaran dalam mengalokasikan keuangan untuk membelanjakan kebutuhan sandang. Namun kenyataannya trifthing dalam waktu belakangan ini  justru berbanding terbalik, harga pakaian di pasaran bisa mencapai jutaan, ini dikarenakan pasar mampu membaca trend anak muda.

Mulai mahalnya pakaian bekas diawali oleh selebritis seperti Kanye West, Winona Ryder, Sean Weatherspoon yang menjadi pengaruh kebiasaan belanja pakaian bekas menjadi hype, Kanye West dan Sean Weatherspoon mempopulerkan gaya trend fashion yang cukup berbeda, semakin lama tahun pakaian yang diproduksi semakin tinggi nilai jualnya. Ada beberapa jenis pakaian yang memiliki nilai jual diantaranya merchandise band, merchandise komik dan acara televisi yang dirilis tahun 1980 1990.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Berbeda dengan merek besar seperti Adidas, Nike, Converse  dan sejenisnya, mereka lebih mempelajari pasar dengan merilis ulang produk mereka yang diminati oleh pasar di masa lalu, merek bersar yang merilis ulang produknya adalah Converse Chuck Taylor 70s, Adidas Samba OG, Tracktop Adidas Firebird, Nike men's williwaw woven jacket

Dinamika bisnis thrifting juga mengalami pasang surut, dari penjelasan pebisnis thrift shop dari meraup laba yang cukup tinggi, hingga kenaikan harga yang cukup signifikan dengan harga 12 Juta satu ball  kaos bekas. Thrifting bukan lagi upaya untuk menghemat pengeluaran untuk membeli pakaian namun sebagai fetisisme terhadap barang barang yang dianggap langka/Vintage.

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU