Perekonomian Umat dan Gaya Hidup Islami

author optikaid

- Pewarta

Senin, 04 Okt 2021 09:16 WIB

Perekonomian Umat dan Gaya Hidup Islami

i

sumberI shutterstock

Optika.id. Surabaya. Dr Muhammad Sholihin Fanani, Ketua Majelis Tabligh Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur (MTWM Jatim), mengatakan bahwa kehidupan Islami di Indonesia akhir-akhir ini semakin kuat, hal itu dikatakan lewat WhatsApp kepada Optika.id, Senin (04/10/2021).

Fanani membenarkan pernyataan Sri Mulyani, Menteri Keuangan Republik Indonesia, tentang semakin kuatnya gaya hidup Muslim Indonesia. Sebagai umat Islam yang mayoritas, ada gairah kuat untuk bergaya hidup Islami, ungkap Sri Mulyani saat Penandatanganan MoA Program Strategic Sharia Banking Management BSI, Rabu (22/09/2021) di Jakarta Islamic Centre.

Menurut Fanani berbagai indikator gaya hidup Islami itu tampak dari kuatnya permintaan wisata halal, makanan halal, fesyien Islami, tumbuhnya bank Syariah, sekolah dan pendidikan Islami, entertain Islami, dan bergairahnya dakwah di semua wilayah Indonesia. Tidak hanya itu, dakwah itu sudah masuk ke semua lapisan masyarakat Indonesia, urai lulusan Doktor dari Fakultas Psikologi Universitas Airlangga itu.

Khusus saat pandemi sekarang ini dakwah Islam sangat bervariasi. Media tak hanya konvensianal, seperti ruang terbuka di masjid. Banyak dan bervariasi dakwah digital. Ruang media sosial semakin banyak nilai-nilai Islam, urai lebih detil ustadz Fanani.

Kontribusi Ekonomi Islam

Diakui oleh Sri Mulyani gaya hidup Islami umat Islam ada peran perkembangan ekonominya. Menurut Sri Mulyani, peranan perempuan yang menjadi wirausaha semakin banyak. Perempuan yang bergerak dalam wirausaha meningkatkan kontribusi terhadap PDB yang sangat besar. Potensi kontribusi kepada PDB global bertambah sekitar 3% - 6% atau meningkat sekitar 5 triliun dolar AS.

Secara khusus, urai Sri Mulyani, kontribusi perempuan dalam perekonomian Indonesia, utamanya di sektor UMKM sangat besar.Sekitar 53,76% UMKM dimiliki oleh perempuan dengan 97% karyawan. Kontribusi mereka terhadap perekonomian cukup besar yaitu 61%. Selain itu, perempuan juga memiliki kontribusi dalam instrumen retail di Indonesia yang diterbitkan oleh pemerintah yaitu ORI 17 dari Rp18,43 triliun, 55,58% investornya adalah perempuan. Di situ makna mayoritas Muslim Indonesia berperan dalam bidang ekonomi nasional, ujar Sri Mulyani.

Menurut, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti Bank Indonesia telah mengembangkan usaha syariah dengan melibatkan peran perempuan baik pelaku usaha syariah secara umum maupun para santri putri yang berada di lingkungan pesantren.

Berbagai sektor usaha dikembangkan diantaranya fesyen dengan konsep sustainable fashion seperti produk handycraft, berbagai macam tas dengan bahan alami, dan tenun yang produknya sudah go global. Selain fesyen, juga dilakukan pengembangan koperasi dimana motor penggeraknya adalah para perempuan dengan berbagai produk olahan kelapa dengan kualitas ekspor.

Fenomena itu menuntun Sri Mulyani pada satu simpulan bahwa gairah gaya hidup Islami masyarakat Indonesia semakin kuat. Baik perempuan maupun laki-laki semakin kuat bergaya hidup di dasarkan nilai-nilai Islam.

Meneruskan pendapat Sri Mulyani dalam acara MoU tersebut, Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Hery Gunardi, memberikan catatan atas peran ekonomi Muslim terhadap pertumbuhan perekonomian dalam kaitannya dalam sektor perbankan.

Menurut Hery masih ada kendala antara literasi keuangan dan perbankan Syariah. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), ia menyebut literasi masyarakat soal keuangan perbankan syariah di bawah 9 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Jauh tertinggal dari literasi keuangan perbankan konvensional yang mencapai 40 persen, kata Hery.

Masih catatan Hery, angka inklusi keuangan syariah pun minim yakni 9,1 persen, jauh dari catatan inklusi bank konvensional yaitu 76,2 persen. Hal ini kemudian berimbas pada penetrasi pasar keuangan dan perbankan syariah yang saat ini belum mencapai 7 persen.

Indonesia tertinggal dari negara lain seperti Saudi Arabia 63 persen, Brunei 57 persen, dan Malaysia di kisaran 30 persen, simpulan Hery.

Gap itu urusan Orang Bank

Diakui oleh Fanani ada gab antara literasi perbankan dengan sistem perbankan, termasuk bank Syariah.

Gap itu urusan orang bank. Arahnya kan kaum Muslim diminta masuk dalam bank Syariah. Tapi kan sekarang ada fenomena sentralistik, kata Fanani kritis.

Kita yang di grass root, komitmen dengan gaya hidup, nilai-nilai, dan dakwah Islami. Khusus dakwah Islam, munculnya dakwah gaya baru yg makin variatif, seperti hijrah, mualaf center, lembaga wafaf, peduli yatim yg tumbuh luar biasa, urainya secara gamblang. Secara gamblang Fanani juga menyimpulkan perekonomian umat Islam berpengaruh terhadap gairah hidup dengan nilai Islam.

Aribowo

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU