Peran Kaum Intelektual dan Cobaan Kekuasaan

author Seno

- Pewarta

Senin, 08 Nov 2021 19:52 WIB

Peran Kaum Intelektual dan Cobaan Kekuasaan

i

images - 2021-11-08T123918.535

Optika.id. Surabaya. Peran kaum intelektual sejatinya sangat beragam orang mendefinisikannya, pandangan Fenomenologis mengatakan, kaum intelektual adalah orang-orang yang melaksanakan pekerjaan berfikir sambal memiliki keberanian untuk mengatakan kebenarana kepada kekuasaan, bukan malah tergiur akan iming-iming yang ditawarkan.

Konsep Karl Menheim mengungkapkap, seorang intelektual mengambang bebas, yang pada umunya dipandang sebagai kapasitas intelektual untuk melampaui pribadi mereka atau motif dan minat. Namun, dengan kata lain kemampuan seorang intelektual untuk melepaskan diri dari latar belakang sosial mereka sendiri memungkinkan para seorang intelektual untuk mencapai pengetahuan yang objektif.

Tentunya seorang intelektual akan melalui proses yang bertahap, baik itu lewat Lembaga Pendidikan dan yang paling penting salah satunya adalah universitas, dimana disaat di universitas ide serta pandangan sangat beragam di dalam, sehingga hal tersebut menghasilkan tingkat pemahaman yang lebih mendalam lagi.

Intelektual Sebagai Mediator

Manheim juga berpandangan bahwa seorang intelektual sering sekali menjadi seorang mediator, dan memahami lebih banyak dunia nyata, dari pada yang lain. Sehingga mau tidak mau, tanggung jawab sosial sangat melekat dengan seorang intelektual, dan pada akhirnya ia harus menjadi penyelamat bagi masyarakat

Penting kiranya untuk memahami lebih lanjut, peran yang cenderung dimainkan oleh para intelektual dalam entitas politik yang dominan, dan penting kiranya untuk mempertimbangkan kolektif kepentingan di dalam masyarakat sipil, sehingga jelas arah dan tujuan tindakan dari seorang intelektual.

Di dalam membangun argumen mengenai intelektual, dibangun atas pemahaman Gramsci tentang intelektual sebagai strata sosial yang mempartikulasikan dan mengorganisir, serta memberikan legitimasi sosial, bagi setiap kelompok sosial, untuk kelas dominan, kaum intelektual bertindak sebagai agen legitimasi utama bagi tatanan sosial dan politik yang ada serta membantu menghasilkan kesepakatan bersama di dalam masyarakat sipil.

Intelektual Mampu Meruntuhkan Rezim

Begitu-pun sebaliknya, kaum intelektual yang dominan mencoba untuk memperpanjang tantangan proyek hegemonik kelas dominan dan memajukan kontra hegemonik untuk mengartikulasikan kepentingan politik kelas mereka masing-masing, sehingga mereka harus mengkaji sesuatu secara rigit agar tepat dalam menafsirkannya.

Penjelasan yang sudah disampaikan, menandakan betapa pentingnya peran seorang intelektual dalam konteks sosial dan politik, tentu kita semua bisa melihat secara historis bagaimana kaum intelektual mampu meruntuhkan rezim yang sangat otoriter pada tahun 1998, maka patut kiranya bertanya sejauh mana peran intelektual pada masa kini, apakah mereka masih ada dan menjaga idialisme mereka.

Persoalan kaum intelektual di Indonesia

Pada kesempatan kali ini, kaum intelektual akan dikerucutkan langsung pada seorang mahasiswa, kenapa demikian, karena mereka langsung bersentuhan dengan ilmu pengetahuan dalam kesahariannya dan melakukan berbagai macam kajian di dunia kampus untuk mencari ke objektifan ilmiah, ada juga orang yang mengkontekskan seorang intelektual dengan peranannya pada konteks pemilihan calon kepala daerah atau legislatif.

Spirit perjuangan pada tahun 1998 patut diresapi secara bersama oleh mahasiswa sekarang. Dalam perjuangannya mahasiswa dalam merebut kedaulatan rakyat banyak menelan korban, seakan tetesan darah dari hantaman popor senjata aparat negara, tidak membuat seorang mahasiswa mundur.

Jatuhnya korban tidak membuat mahasiswa takut, justru semakin membuat semangat mereka berkobar-kobar. Kawat berduri disetiap aksi massa, tidak menjadi alasan untuk melangkah maju, tekanan atau represif yang mereka alami, bahkan terus memicu semangat untuk tetap konsisten di garis perjuangan untuk meruntuhkan rezim dictator.

Mahasiswa Kekuatan Organik

Pada konteks hari ini, aktivis dan gerakan mahasiswa kalau meminjam istila Gramsci disebut sebagai intelektual organik, namun torehan semangat gerakan aktivis 45 dan 98 yang mampu terlibat langsung dalam control of power terhadap pemerintah yang selalu abai akan kepentingan masyarakat.

Dimana saat ini mahasiswa lebih nyaman berdialog di Gedung, hotel dengan jamuan makan, ketimbang menjadi imam demonstrasi yang dilakukan di berbagai Gedung pemerintahan, dan memenuhi sesak jalanan, melalui gerakan ekstra parlemen, sehingga mereka lebih kepada hedon dan apatis saat ini.

Gerakan mahasiwa saat ini, sudah tereduksi pada orientasi yang lebih mengedepankan syahwat politik individu, dengan iming-iming mendapatkan kekuasaan, dari golongan elite politik maupun penguasa, seakan sudah ikut bersumbangsih untuk mensukseskan jagoannya di dalam pertarungan pilkada ataupun pemilu presiden.

Perpecahan di Tubuh Mahasiswa

Terbaru, kita bisa melihat bagaimana perpecahan organisasi mahasiswa di tubuh internal masing-masing, BEM-Nusantar pecah menjadi dua, sehingga orang menilai ada kesepakatan yang belum selesai di organisasi tersebut, sehingga patut kiranya diduga bahwa ada orientasi kekuasaan yang mereka ingin dapatkan.

Ketua organisasi mahasiswa sering sekali melakukan kompromi dengan kekuasaan, apa yang mereka lakukan tidak lain untuk mendapatkan jatah kue kekuasaan, terkadang cara yang dipakai, melalui aksi demontrasi yang dilakukan oleh junior-junior mereka, sehinga seorang seniorpun tinggal melakukan kompromi politik.

Dulu dan sekarang tentunya sudah banyak mengalami perubahan bagi kaum intelektual, makin kesini mereka seolah hidup di dalam cengkraman kekuasaan dan mau tidak mau dituntut untuk mempunyai sikap yang jelas, dari sinilah awal dmana keintelektualan mengalami kemunduran dan kegalauan dalam menyikapi persoalan kemasyarakatan karena terkadang berbenturan dengan kekuasaan.

Oleh: Diki Wahyudi: Aktivis IMM Malang Raya, Mahasiswa Magister Politik Unair

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU