Optika, Jakarta – Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menilai faktor loyalitas menjadi pertimbangan bagi Presiden Joko Widodo dalam memilih Panglima TNI.
“Secara politik, saya kira kebutuhan Presiden hari ini adalah sosok panglima yang memiliki loyalitas total, terutama untuk memuluskan agenda-agenda politik kenegaraan dan pemerintahan,” kata Fahmi seperti dilansir Antara, Rabu (6/10/2021).
Menurut alumnus Universitas Airlangga ini, Panglima TNI tidak boleh memiliki agenda sendiri di luar agenda politik negara, terlebih terkait politik kekuasaan. Karena itu, Jokowi maupun DPR diharapkan tidak terjebak dalam pembangunan citra dan reputasi di ruang-ruang digital.
“Realitas yang ada harus dilihat secara jernih dan objektif,” tukasnya.
Pertimbangan lain, lanjutnya, adalah pentingnya menjaga kesetaraan posisi dan kesempatan bagi tiap matra, faktor usia, dan memperhatikan bentuk-bentuk ancaman potensial. Fahmi menegaskan siapa pun yang menjadi Panglima TNI akan dihadapkan pada sejumlah tantangan besar.
Fahmi menyinggung kekhawatiran yang sering muncul terkait kemampuan menyelesaikan masalah sebagai salah satu kriteria ideal Panglima TNI. Dia menilai kekhawatiran itu tidak berdasar.