Pediang, Tradisi Tangkal Musibah yang Hidup Kembali di Tengah Pandemi

author Jenik Mauliddina

- Pewarta

Rabu, 25 Agu 2021 17:41 WIB

Pediang, Tradisi Tangkal Musibah yang Hidup Kembali di Tengah Pandemi

i

P_20210814_174834_vHDR_Auto

Optika.id - Ada hal menarik yang bisa ditemui saat petang tiba di desa-desa di Kecamatan Jabon, Sidoarjo. Warga sekitar selalu menyusun kayu bakar tepat di halaman rumah masing-masing. Kayu tersebut lalu disulut untuk dijadikan api unggun.

Setelah itu, terlihat beberapa anak menyiramkan segenggam garam laut kasar ke dalam kayu yang sudah menjadi bara, sehingga menghasilkan bunyi "kretek..kretek..kretekk," yang saling bersautan dengan rumah-rumah lainnya.

Baca Juga: 5 TPS di Kabupaten Malang Gelar Coblos Ulang Besok

Menurut Riyadi, warga Desa Keboguyang itu menuturkan bahwa hal tersebut sudah dilakukan selama satu bulan terakhir, tepatnya 2 hari setelah PPKM Darurat di terapkan. Tradisi yang sering disebut Pediang oleh masyarakat sekitar merupakan tradisi turun temurun yang diwariskan oleh orang terdahulu.

"Pada dasarnya tradisi ini hanya dilakukan waktu ada bayi baru lahir, tapi karena ada musibah wabah ini, jadi dihidupkan lagi dan dilakukan terus dari petang samapai fajar," tutur laki-laki yang 'dituakan' di wilayahnya tersebut saat ditemui, Selasa, (24/08/2021).

Menurutnya, Tradisi Bakar Garam atau Pediang ini bertujuan menolak bala' atau musibah. Ia menggambarkan bahwa api diibaratkan dengan musibah dan garam adalah obat penangkalnya. Sementara bunyi yang dihasilkan adalah doa atau niat dari yang punya hajat.

"Menungso iku isoke usaha lan ndungo nak gusti, mugo-mugo ndang mari, wes ngunu ae. Kabeh iku ndeloke teko niate nak gusti alloh."

Artinya Manusia cuma berusaha dan berdoa kepada yang maha kuasa semoga pandemi ini segera berakhi, itu saja. Semua dilihatnya dari niat kepada sang pencipta." Kata Riyadi dalam Bahasa Jawa.

Baca Juga: Muncul Pemilih Penyusup, Sejumlah TPS di Malang Adakan Coblos Ulang Besok

[caption id="attachment_1770" align="aligncenter" width="300"] Salah Satu Warga Desa Keboguyang sedang membuat Pediang di Halaman Rumahnya, Selasa, (24/08/2021). Optika.id/Jenik Mauliddina[/caption]

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tidak hanya terjadi di Kecamatan Jabon, namun masyarakat di beberapa Kecamatan di Sidoarjo, Pasuruan dan Malang juga melakukan hal serupa. Seperti yang dilakukan Purnomo warga Singosari, Malang. Ia mengatakan, ini merupakan inisiatif warga sendiri tidak ada arahan dari siapapun.

"Ini murni dari masyarakat sendiri. Katanya orang dulu, biar gak dapat musibah, apalagi corona begini. Was-was jadinya," ujarnya.

Baca Juga: Gelora Delta Sidoarjo Siap Berbenah Jadi Stadion FIFA, Mulai Dikerjakan Akhir Januari Nanti

Sementara itu, kisah berbeda diungkap Siti Sundari. Ibu dua anak di Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo itu telah kehilangan anak sulung dan kakaknya di waktu yang berdekatan akibat Covid-19 akhir Juli lalu. Hal itu mendorongnya melakukan Tradisi Pediang dengan harapan bahwa wabah ini segera berakhir.

"Saya cuma bisa berdoa supaya cepat berakhir. Siapa yang mau hidup begini terus. Doannya semoga semua sehat saja, wes mandek nak anakku ae," artinya 'cukup berhenti di anakku saja' ujar Siti dengan mata berkaca-kaca. (Jen)

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU