PB IDI: Perundungan di Dunia Kedokteran Terjadi Karena Sistem Pendidikan

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Selasa, 27 Sep 2022 17:18 WIB

PB IDI: Perundungan di Dunia Kedokteran Terjadi Karena Sistem Pendidikan

i

dokter-bullying-4_169

Optika.id - Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) sekaligus Ketua Dewan Pertimbangan IDI DKI Jakarta, Slamet Budiarto mengatakan persoalan perundungan di dunia kedokteran terjadi karena sistem.

Pernyataan tersebut ia lontarkan dalam menanggapi fenomena perundungan di dunia kedokteran yang menimbulkan trauma bagi para korbannya.

Baca Juga: KPPPA Minta Kasus Perundungan Sekolah Internasional Binus Diselesaikan dengan UU Pidana Anak

Sistem dalam pendidikan kedokteran spesialis menurut Slamet harus diperbaiki dan menjadi tugas IDI untuk masuk ke dunia pendidikan spesialis serta terlibat dalam mencegah kasus perundungan.

"Jadi, permasalahan utamanya adalah sistem ini harus diperbaiki. Yang kedua, IDI juga harus masuk dalam dunia pendidikan spesialis agar bisa menangani atau mencegah terjadinya bullying, terutama untuk peserta didik karena nanti korban berpotensi jadi tidak baik," katanya, Selasa (27/9/2022).

Untuk mencegah terjadinya perundungan di dunia kedokteran yang lebih buruk lagi, Slamet menyarankan agar pemerintah, DPR, dan Kementerian Kesehatan bekerja sama.

"Kalau pendidikannya baik, hulunya baik, maka keluarannya juga akan menjadi baik. Kalau pendidikannya kurang baik, maka dokternya berpotensi kurang baik. Jadi, masalah ini suatu hal yang harus cepat dan wajib ini segera diselesaikan," ujar Slamet.

Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR RI, Muchamad Nabil Haroen juga mendukung agar perundungan dihentikan sebab menimbulkan luka traumatis bagi koran serta membuat pelayanan kesehatan bagi masyarakat terhambat.

"Perundungan di dunia kedokteran ini merupakan fenomena gunung es yang harus dicari solusinya secara bersama-sama, distop karena merupakan tindak kejahatan," kata Nabil, Senin (26/9/2022).

Adapun efek traumatis dari perundungan ini ialah meningkatnya kasus bunuh diri yang dilakukan oleh dokter muda, gangguan jiwa, dan penyakit mental akibat tekanan mental besar dan luka batin berkepanjangan.

Baca Juga: Bullying Terjadi Lagi, FSGI: Sekolah Tak Boleh Cuci Tangan dan Main Aman

Dari efek traumatik itu, kata Nabil, korban tidak mampu memberikan pelayanan kesehatan secara optimal kepada masyarakat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Oleh karena itu, dia meminta praktik perundungan di dunia kedokteran jangan sampai dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Langkah awal untuk menghentikan masalah tersebut adalah dengan membenahi dunia pendidikan kedokteran.

Pembaruan kurikulum di kampus dan fakultas kedokteran atau kesehatan harus dilakukan serta meminimalisir celah terjadinya perundungan bagi dokter, terutama dokter muda.

Selain itu, kerja sama dengan berbagai pihak juga harus segera dilakukan, seperti pelibatan aparat penegak hukum dalam memproses dan menindak tegas kasus perundungan.

Baca Juga: Dokter Muda Ini Kecewa dengan Bansos Pemberian Jokowi, Mengapa?

"Harus ada solusi serta proses hukum yang jelas dan konkret, sehingga tidak ada yang dirugikan. Praktik perpeloncoan senior-junior ini harus berhenti. Ini merugikan kita semua, merugikan bangsa Indonesia. Pelaku kejahatan ini harus diproses hukum untuk efek jera dan menghentikan perundungan ini untuk selamanya di lingkungan para dokter," jelasnya.

Reporter: Uswatun Hasanah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU