Pakar UGM Jelaskan Perbedaan Covid-19 Varian Mu dan Delta

author optikaid

- Pewarta

Rabu, 08 Sep 2021 21:22 WIB

Pakar UGM Jelaskan Perbedaan Covid-19 Varian Mu dan Delta

i

Capture

Optika, Yogyakarta - Setelah Covid-19 varian delta, kini muncul varian baru yakni varian Mu atau B1621. Varian ini ditambahkan dalam daftar pantauan WHO pada  30 Agustus 2021 lalu dan telah dideteksi pada 39 negara yang tersebar di berbagai belahan dunia.

Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) dr.Gunadi, mengatakan varian Mu atau B1621 sebagai penyebab Covid-19 tidak lebih ganas dengan varian Delta.

Baca Juga: China Salahkan Covid-19, Jadi Penyebab Gelombang Resesi Seks

Alasannya, Organisasi Kesehatan Dunia sudah menyebutkan varian Mu sebagai kategori variant of Interest (VoI) atau yang perlu mendapat perhatian. Dibandingkan dengan varian Delta yang masuk kategori Variant of Concern (VoC) atau yang perlu diwaspadai. 

Varian Delta mampu menurunkan antibodi, penyebaran atau penularan lebih cepat dan menimbulkan gejala yang lebih besar. Sementara itu, menurutnya Varian Mu perlu diantisipasi karena varian diketahui menyebabkan penurunan kadar antibodi baik karena infeksi ataupun vaksinasi.

Hasil riset awal menunjukkan varian Mu menyebabkan penurunan kadar antibodi netralisasi baik karena infeksi alamiah maupun vaksinasi, serupa dengan varian Beta. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut, kata Gunadi, dilansir dari laman ugm.ac.id, Rabu (8/9/2021).

Meskipun begitu, walau belum terdeteksi di Indonesia,  perlu pengetatan pintu masuk ke Indonesia agar tidak sampai menyebar luas seperti varian delta sebelumnya. Namun, soal tingkat keganasannya Gunadi berkeyakinan varian ini tidak seganas varian Delta. Karena Delta kategori VoC levelnya tentunya di atas Mu yang kategori VoI, jelasnya.

Baca Juga: Kasus Positif Covid-19 Kembali Meningkat, Jatim Nomor 4 Terbanyak

Ia menambahkan, virus Covid-19 terus bermutasi dengan memunculkan varian-varian baru yang memiliki tingkat keganasan dan keparahan yang berbeda apabila terinfeksi. Namun demikian, bagi mereka yang sudah pernah terpapar Covid-19 atau pun yang sudah mendapat vaksin sudah memiliki kekebalan alami.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kekebalan alami yang ditimbulkan oleh infeksi alamiah pasti ada, tapi seberapa besar bisa melindungi dari risiko terinfeksi varian lain diperlukan riset lebih lanjut, tegasnya.

Kekebalan alami yang sudah terinfeksi walau belum vaksin menurutnya sama halnya mengukur efektivitas vaksin terhadap suatu varian dengan melakukan riset terlebih dahulu.

Baca Juga: Indonesia Dapatkan Sumbangan 35 Juta Dosis Vaksin dari Amerika Serikat

Meski demikian, bagi mereka yang sudah vaksin menurutnya mampu meminimalkan tingkat keparahan apabila terpapar virus Covid-19 meski terinfeksi dengan varian yang berbeda. Vaksin mencegah keparahan, tutupnya. (Jen/zal)

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU