Jika Puan Pakai Cara kuasa? Kalah Sama Ganjar

author optikaid

- Pewarta

Jumat, 08 Jan 2021 09:32 WIB

Jika Puan Pakai Cara kuasa? Kalah Sama Ganjar

i

saya_di_jakarta-560x385

Optika.id. Surabaya. Charta Politika merilis hasil survei terbarunya, Kamis, 12 Agustus 2021 | 17:23 WIB. Survei itu  menempatkan elektabilitas Ganjar Pranowo di urutan pertama (20,6%) sedangkan Puan Maharani di urutan bawah (1,4%). Survei yang dilakukan antara 12 Juli hingga 20 Juli 2021 dengan responden 1.200 orang itu masih menunjukkan keperkasaan Ganjar atas Puan Maharani.

Survei Charta Politika sebelumnya, dilakukan pada 20 Maret hingga 24 Maret 2021, posisi Ganjar berada di urutan ke-2 dengan elektabilitas 16%. Saat itu elektabilitas diurutan pertama adalah Prabowo dengan 19,4%. Sementara Puan berada di urutan 11 (1,2%). Survei elektabilitas tokoh politik ini juga dilakukan oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). SMSR melakukan survei pada tanggal 28 Februari-8 Maret 2021 dimana posisi elektabilitas Ganjar di urutan pertama dengan angka 17, 4% sementara itu Puan hanya 0,8%.

Baca Juga: Jokowi Buka Suara Soal Dirinya Disebut Cawe-Cawe dalam Kabinet Prabowo-Gibran

Lembaga Indostrategis juga melakukan survei. Survei Indostrategis dilakukan pada 23 Maret-1 Juni 2021. Survei ini menempatkan elektabilitas Ganjar di urutan ke-3 (8,1%) sementara Puan berada di urutan ke-12 (0,6%). Elektabilitas Puan, Ketua DPR RI 2019-2024, selalu kalah dari Ganjar, Gubernur Jawa Tengah, dalam berbagai hasil survei di atas.

Ganjar Duluan Membangun Citra Diri

Hasil berbagai survei Puan selalu kalah elektabilitasnya dari Ganjar. Mengapa begitu? Ternyata Ganjar telah membangun citra dirinya sudah lama, sejak menjadi Gubernur Jawa Tengah 2013-2018. Ganjar membangun citra diri melalui berbagai media, antara lain digital. Tim Ganjar sangat sistematis membangun citra diri Ganjar. Hingga 30 Mei 2021 di Twitter pengikut Ganjar sebanyak 1,9 juta, di Instagram ada 3, 4 juta follower, dan di Facebook diikuti 789.178 orang.

Setelah konflik Puan dengan Ganjar menyeruak beberapa media terasa menggoreng rivalitas tersebut secara intensif. Ekspos media yang luas itu justru menguntungkan Ganjar dan semakin mendongkrak citra Ganjar. Sebaliknya citra diri Puan cenderung mandek dan negatif. Kasus pemasangan Baliho Puan dihampir semua kota besar Indonesia cenderung memperoleh respon negatif. Di samping isi Baliho itu tidak jelas, kurang menarik, kecuali untuk pesan Covid 19, timingnya kurang tepat juga, kata Prof Dr Kacung Marijan, ahli Ilmu Politik dari Fisip Universitas Airlangga (Unair).

Puan Tidak Bisa Diangkat dari Baliho

Baca Juga: Trengginas Sebagai Oposisi, PDIP Akan Goyahkan Rezim Selanjutnya?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pengamat politik Jamiluddin Ritonga mengomentari soal baliho Puan Berapa pun baliho dipasang, susah mengangkat elektabilitasnya, urainya kepada Pojoksatu.id di Jakarta, Selasa (10/8/2021). Politikus senior PDIP Hendrawan Supratikno mengomentari soal baliho Puan ini. Tekanan narasi dalam billboard, dan lain-lain itu bukan kampanye politik, tetapi kampanye kebersamaan, persatuan dan kemanusiaan, ujarnya kepada wartawan, Senin (2/8/2021). Hendrawan menegaskan bahwa pemasangan  baliho, spanduk, dan sebagainya itu dalam kapasitas sebagai Ketua DPR. Bukan untuk kampanye.

Sementara itu Arteria Dahlan, anggota DPR dari PDIP membela pemasangan baliho Puan. "Keliru mengaitkan baliho dengan elektoral, kata politikus PDIP yang vokal itu di DPR , Jumat 13-8-2021. Mba Puan sudah terkenal. Tidak perlu pake Baliho, urai dia lebih lanjut. Dahlan merasa heran mengapa baliho Puan dipersoalkan. Padahal sebelum mbak Puan pasang banyak politikus lain memasang baliho duluan. Bahkan ada yang main-main medsos. Malah medsos itu langsung untuk elektabilitas dia, ujar Dahlan dengan nada tinggi.

Konflik Puan lawan Ganjar Munculkan Pro Megawati lawan Pro Jokowi

Baca Juga: Penyusunan APBN 2025 Tak Libatkan KPK, Anggaran Makan Siang Gratis Tak Diawasi?

pemasangan Baliho begitu banyak jelas berkait dengan elektabilitas. Soal tak efektif itu urusan lain, sanggah Prof Dr Kacung Marijan. Masalah esensialnya adalah Timses Puan kurang bagus karena itu kurang bisa menerobos peluang. Tidak bisa mendongkrak Puan hanya dengan pendekatan kekuasaan dan formalitas, urai Prof Dr Kacung Marijan lebih lanjut saat ditelpon jam 13.00, 13-8-2021. Bahkan beberapa tampilan Puan sebagai Ketua DPR RI dinilai negatif, misalnya kasus mematikan mikrofon saat Irwan, dari Partai Demokrat, sedang berbicara di Rapat Paripurna DPR, kata Prof Dr Kacung Marijan mantan Direktur Jenderal Kebudayaan. Puan tidak mampu membangun dirinya sebagai pemimpin yang bijak, benevolent, dan merakyat kendati sebagai Ketua DPR RI, kata Prof Dr Kacung Marijan lebih detil.

Konflik Puan dengan Ganjar dengan cepat memunculkan kelompok pro Ganjar dan pro Puan. Di mata publik kelompok pro Ganjar dicitrakan pro Jokowi dan pro Puan sebagai pendukung formalitas Megawati sebagai Ketua Umum DPP PDIP. Dualisme di tubuh PDIP semakin jelas. Dari pimpinan pusat sampai dengan daerah. Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai konflik di tubuh PDI-P justru dinilai sebagai strategi mendongkrak popularita Puan. Hanya saja popularitas tidak otomatis menaikkan elektabilitas, kata Pangi pada Kompas.com, Senin (7/6/2021). Chaniago mengatakan lebih lanjut "Tetap dalam politik dewa penentunya adalah elektoral. Chaniago menduga Megawati akan ditaklukan oleh elektoral tokoh, yang tertinggi bakal diusung PDI-P," urai dia. (Aribowo)

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU