Naypyidaw, kota hantu seharga 4 miliar USD

author optikaid

- Pewarta

Kamis, 17 Mar 2022 15:05 WIB

Naypyidaw, kota hantu seharga 4 miliar USD

i

Naypyidaw, kota hantu seharga 4 miliar USD

[caption id="attachment_14301" align="alignnone" width="187"] Ruby Kay[/caption]

Belum terlambat melakukan evaluasi, jangan terburu-buru membangun ibukota baru. Ada baiknya kita sama-sama melihat dan mengambil pelajaran dari kegagalan junta militer Myanmar saat memindahkan pusat pemerintahan dari Yangon ke Naypyidaw.

Naypyidaw sedari awal dirancang sebagai pusat administratif pemerintah Myanmar. Sedangkan Yangon tetap menjadi kota penggerak perdagangan barang dan jasa. Visi pemerintah Myanmar ini mirip dengan keinginan rezim Jokowi yang ingin menjadikan Nusantara sebagai ibukota pemerintahan. Sedangkan Jakarta tetap menjadi sentral penggerak kegiatan bisnis dan perdagangan.

Naypyidaw dibangun di area padang rumput gersang yang 6x lebih luas daripada kota New York. Dana yang digelontorkan untuk membangun Naypyidaw sekitar 4 miliar USD. Selain gedung perkantoran yang megah seperti istana, kota baru itu juga dirancang dengan berbagai fasilitas penunjang seperti stadion olahraga, lapangan golf, hotel, bank, restoran, rumah sakit, sekolah, supermarket, airport, perumahan pegawai hingga apartemen untuk pensiunan pegawai pemerintah. Ruas jalan raya dikota Naypyidaw begitu luas, dibangun dengan aspal kualitas terbaik.

Sepintas pembangunan ibukota Myanmar yang baru itu terlihat sempurna. Nyaris tak ada cacat jika ditinjau dari aspek tata ruang. Maka, ketika pembangunan ibukota baru itu telah selesai 100%, pada bulan november tahun 2005, junta militer secara resmi memindahkan pusat pemerintahan dari Yangon ke Naypyidaw.

Apakah pemindahan itu berhasil? Ternyata gagal total. Hingga hari ini, Naypyidaw sepi seperti kota hantu. Kendaraan yang melintasi jalanan kota bisa dihitung dengan jari. Pegawai pemerintah sempat dipaksa untuk berkantor di Naypyidaw, namun pada akhirnya mereka kembali lagi ke Yangon. Kedutaan besar negara-negara luar pun enggan pindah ke Naypyidaw.

4 miliar USD yang didapat pemerintah Myanmar dari hasil berhutang ke lembaga moneter internasional pun menjadi sia-sia. Lalu apa penyebab Naypyidaw tak menarik untuk dihuni? Padahal secara infrastruktur jauh lebih baik daripada Yangon. Usut punya usut, rezim junta militer melakukan kesalahan fatal. Mereka hanya fokus mendesain tata ruang kota tapi lupa memikirkan akselerasi ekonomi.

Manusia perlu sandang, pangan, papan. Apartemen dan perumahan sudah disediakan, namun tak ada pasar sebagai sentra kegiatan jual beli. Memang ada warga desa didaerah pinggiran ibukota yang menjajakan bahan makanan, namun harga jualnya jauh lebih tinggi daripada harga barang di Yangon. Pengusaha retail jelas menghitung untung rugi. Membuka supermarket di Naypyidaw sama saja bunuh diri, karena customernya praktis hanya pegawai pemerintah. Begitu pula dengan pengusaha SPBU, jika dalam sehari yang mengisi bahan bakar cuma 5 unit kendaraan, sudah pasti akan tekor karena pemasukan tak sebanding dengan biaya operasional. Pengusaha hotel juga ogah-ogahan berinvestasi, tingkat okupansi sudah pasti minim, berharap untung yang ada malah merugi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pegawai pemerintah dipaksa untuk pindah ke sebuah kota yang sama sekali belum ada denyut perekonomian. Penghasilan tetap, namun biaya hidup meningkat. Akhirnya mereka berpikir pragmatis, walau kota Yangon padat nan kumuh, namun harga barang-barang kebutuhan pokok relatif terjangkau.

Yangon adalah kota pelabuhan yang berada di pesisir selatan, tepat menghadap laut Andaman. Sedangkan Naypyidaw secara geografis berada ditengah-tengah Negara Myanmar. Hal ini sekaligus mematahkan teori kuno yang menyatakan bahwa ibukota mesti berada ditengah Negara. Padahal diabad modern, cara berpikir seperti itu tidak dipakai lagi. Washington DC berada di east coast, Canberra sebagai kota administratif pemerintahan posisinya sangat jauh dari negara bagian Australia barat. Nyatanya Perth juga bisa maju, faktanya Los Angeles yang terletak di west coast tak kalah modern dibanding New York. Itu semua menjadi bukti bahwa pemerataan pembangunan tak berkorelasi dengan letak geografis ibukota Negara.

Dan Naypyidaw pun hanya ramai saat dihelat pesta olahraga Sea Games tahun 2013. Setelah itu kembali sunyi sepi. Kini Naypyidaw hanya dijadikan spot foto selfie oleh muda-mudi Myanmar. Miris, kota yang dibangun dengan anggaran 4 miliar USD ternyata cuma dihuni oleh makhluk astral.

Ruby Kay

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU