Narasi Berita Yang Rasis

author optikaid

- Pewarta

Rabu, 09 Mar 2022 00:04 WIB

Narasi Berita Yang Rasis

i

(Al-Jazeera)

[caption id="attachment_9675" align="alignnone" width="300"] Oleh: Cak A. Cholis Hamzah[/caption]

Dulu presiden pertama RI Bung Karno pernah mengatakan dengan lantang bahwa kita bukan bangsa coolie (kuli), pernyataannya itu menunjukkan bahwa bangsa Indonesia ini bukan bangsa rendahan. Bung Karno dan para pejuang bangsa ingin Indonesia merdeka dari penjajahan tidak karena hanya soal sumber-sumber alam yang dirampok penjajah tapi juga soal harga diri bangsa karena diperlakukan dengan hina ratusan tahun. Ada sikap rasis dari penjajah kepada rakyat yang dijajah. Di Afrika Selatan semasa apartheid penguasa orang kulit putih (yang minoritas) melarang orang kulit hitam bercampur dengan orang kulit putih sampai ada pengumuman Dogs and Black people are not allowed to enter dibeberapa tempat seperti toko, gedung sekolah, gedung pemerintahan dsb. Itu jaman dulu.

Baca Juga: Tahun 2023 Makin Panas! Zelenskyy dan Putin Sama-Sama Janjikan Kemenangan

Tapi ternyata di dunia modern ini ketika berlangsung perang Rusia Vs Ukraina, sikap rasis itu muncul dan dimunculkan oleh media barat.Narasi beberapa media barat itu bersifat rasis dan bias. Pemberitaan yang bersifat rasis itu dikarenakan ada banyak pertanyaan kenapa dunia barat begitu cepat merespon akibat serangan Rusia ke Ukraina dengan memobilisasi kekuatan barat untuk membantu Ukraina; sementara serangan Israel terhadap Palestina yang terjadi bertahun-tahun, atau jutaan pengungsi dari Irak, Syria, Afghanistan itu tidak menerima respon yang sama; kenapa media barat berat sebelah dalam kasus ini.

Dalam sebuah pernyataannya Asosiasi Jurnalis Arab dan Timur Tengah (AMEJA - the Arab and Middle Eastern Journalists Association) - sebuah kelompok nirlaba AS - mengutuk apa yang digambarkannya sebagai liputan berita "orientalis dan rasis", khususnya mengenai bagaimana wartawan membandingkan konflik di Ukraina dengan yang ada di Timur Tengah, yang katanya "menganggap lebih penting bagi beberapa korban perang atas orang lain."Organisasi ini memprotes penggunaan kat seperti civilized atau "beradab" untuk menggambarkan Ukraina, berbeda dengan negara-negara Timur Tengah yang telah mengalami konflik di masa lalu - mengutip beberapa contoh "bias eksplisit" dari seluruh lanskap media ketika datang untuk melaporkan perang di Ukraina, termasuk dari orang-orang seperti CBS News dan Al Jazeera.

Pada 26 Februari, di segmen CBS News, seorang reporter melaporkan soal pengungsi Ukraina: "Tapi ini bukan tempat, dengan segala hormat, seperti Irak atau Afghanistan, .Ini adalah kota yang relatif beradab, relatif Eropa seorang pembawa acara di TV Al Jazeera English mengatakan kepada pemirsa: "Yang menarik adalah, hanya melihat mereka, cara mereka berpakaian, ini (orang) makmur ... Saya benci menggunakan ekspresi ... orang-orang kelas menengah. Ini jelas bukan pengungsi yang ingin melarikan diri dari daerah-daerah di Timur Tengah yang masih dalam keadaan perang besar. Ini bukan orang yang mencoba melarikan diri dari daerah di Afrika Utara. Mereka terlihat seperti keluarga Eropa yang akan Anda tinggali di sebelahnya."

Dalam sebuah artikel di surat kabar Inggris The Daily Telegraph, seorang jurnalis menulis: "Pengungsi itu tampak sangat seperti kita. Itulah yang membuatnya begitu mengejutkan. Perang bukan lagi sesuatu yang dikunjungi pada populasi miskin dan terpencil. Itu bisa terjadi pada siapa saja." Sementara itu, seorang reporter di saluran berita 24 jam Prancis BFM TV mengatakan: "Kami tidak berbicara di sini tentang warga Suriah yang melarikan diri dari pemboman rezim Suriah yang didukung oleh Putin, kita berbicara tentang orang Eropa yang pergi dengan mobil yang terlihat seperti milik kita untuk menyelamatkan hidup mereka."

Baca Juga: Putin Ingin Akhiri Perang Rusia-Ukraina, Ini Alasannya

Di segmen berita NBC di mana reporter mengatakan kepada saluran itu: "Terus terang, ini bukan pengungsi dari Suriah, ini adalah pengungsi dari Ukraina. ... Mereka orang Kristen, mereka berkulit putih," sementara di saluran Inggris ITV, seorang jurnalis berkomentar: "Hal yang tak terpikirkan telah terjadi. ... Ini bukan negara dunia ketiga yang sedang berkembang; ini adalah Eropa." Ada juga yang mengatakan pengungsi Ukraina itu warga kulit putih, bermata biru dan berambut pirang; bahkan ada satu kepala negara di Eropa yang mengatakan bahwa pengungsi Ukrainia itu berbeda dari pengungsi Timur Tengah yang disebut tidak jelas, dan bisa-bisa mereka teroris.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

AMEJA mengutuk implikasi bahwa suatu populasi atau negara tidak beradab atau bahwa "faktor ekonomi" entah bagaimana membuat satu negara lebih layak untuk konflik, menegaskan bahwa komentar ini menormalkan tragedi di bagian dunia dan "merendahkan dan membuat pengalaman mereka dengan perang sebagai sesuatu yang normal dan diharapkan."

Pemberitaan yang bersifat rasis itu ingin mengatakan bahwa dunia barat harus menerima dan membantu pengungsi Ukraina itu karena mereka itu kelompok kulit putih, orang Eropa (bermata biru dan rambut pirang), beragama Kristen, warga yang makmur seperti kita, warga dari daerah/wilayah yang beradab; sementara pengungsi dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika atau Asia harus ditolak karena mereka miskin, dari daerah tidak beradab, orang Islam, berambut hitam dan berkulit berwarna tidak seperti kita. Ada pemberitaan sejumlah warga (mahasiswa) dari negara-negara Afrika yang mengungsi bersama lebih dari 1,5 juta orang Ukraina (kulit putih) ke perbatasan Polandia ditolak masuk karena warna kulit mereka.

Baca Juga: Bencana Militer Terbesar Rusia, Ukraina Bisa Usir Pasukan Putin di Akhir Tahun 2022

Kita ini mendapatkan pelajaran dari banyak tokoh-tokoh dari barat tentang nilai-nilai Kemanusiaan, kesetaraan, perlunya toleransi, HAM dan demokrasi dsb. Namun liputan media barat tentang perang Rusia dan Ukrainia menunjukkan hal-hal yang berlawanan dan malah menunjukkan mental penjajah, kolonialis dan imperialisme.

Semoga itu tidak mencerminkan keseluruhan sikap orang-orang barat.

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU