Mahasiswa UGM Teliti Sentimen Negatif Indonesia-Malaysia

author optikaid

- Pewarta

Rabu, 22 Sep 2021 18:23 WIB

Mahasiswa UGM Teliti Sentimen Negatif Indonesia-Malaysia

i

bendera_indonesia_dan_malaysia

Optika, Yogyakarta - Mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM)  yang tergabung dalam tim PKM-RSH melakukan penelitian terkait adanya sentimen negatif Indonesia-Malaysia 

Riqko Nur Ardi Windayanto, salah seorang anggota Tim mengatakan penelitian terhadap sentimen negatif Indonesia-Malaysia dilakukan dengan metode etnografi yang terbaru, yaitu netnografi.

Tim peneliti mengobservasi dan menelusuri media-media sosial dengan analisis sosial media, salah satunya adalah twitter. Selain itu digunakan pula kuesioner daring dan wawancara terhadap warga negara Indonesia di Malaysia dan warna negara Malaysia di Indonesia.

"Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tarik ulur antara sentimen negatif dengan media," katanya melansir laman UGM, Rabu (22/9/2021).

Tim tersebut terdiri dari Absherina Olivia Agatha (Antropologi Budaya), Adinda Dwi Safira (Antropologi Budaya), Riqko Nur Ardi Windayanto (Bahasa dan Sastra Indonesia), dan Arif Akbar Pradana (Ilmu Sejarah), di bawah bimbingan Aprillia Firmonasari.

Pada lima tahun terakhir dari 2016 hingga 2021, Berdasarkan hasil penelusuran melalui Google Trends diketahui bahwa sentimen negatif kedua negara terus meningkat. Beberapa ujaran sentimen yang muncul seperti Indon, indonesial, malingsial, ganyang Malaysia, dan lain sebagainya. Hal ini menjadi perhatian karena Indonesia-Malaysia merupakan dua negara serumpun.

Riqko menyebutkan sentimen negatif bukanlah permasalahan yang muncul dengan tiba-tiba. Selain ditemukan pada media sosial, media massa secara tidak langsung juga melanggengkan sentimen negatif. Dia mengungkapkan, banyak berita yang menggunakan frasa ganyang Malaysia untuk judul sebuah berita.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di sini terjadi nasionalisme semu yaitu rasa kebangsaan yang dilandasi oleh konflik. Bukan hanya itu, konflik dua negara pada masa lalu juga menjadi penyebabnya.

Atas hasil penelitian tersebut, timnya berpendapat gagasan rekonsiliasi budaya sebagai jalan keluar. "Budaya harusnya dijadikan alat untuk memperbaiki hubungan Indonesia dan Malaysia, sehingga tidak semata-mata bergantung pada upaya politik-diplomatik," ujarnya.

Rekonsiliasi ini dilakukan dengan mengacu pada konsep negara serumpun. Dalam praktiknya, penelusuran kesamaan budaya, gelaran festival, dan internalisasi konsep serumpun dapat dilakukan antara Indonesia dengan Malaysia.

Selain merupakan bagian dari PKM-RSH,  penelitian ini juga akan dipresentasikan pada konferensi nasional November 2021 mendatang. (Jeni/Rizal)

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU