Kondisi Myanmar Kian Runyam, Perang Sipil Sedang Berlangsung

author optikaid

- Pewarta

Sabtu, 23 Okt 2021 04:28 WIB

Kondisi Myanmar Kian Runyam, Perang Sipil Sedang Berlangsung

i

foto cnn

Optika- Saat ini, beberapa negara tetangga tengah ketar-ketir dengan konflik yang terjadi di Myanmar.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) baru saja mengirimkan pasukan khusus ke Myanmar.

Hal ini dilaporkan diplomat Swiss, Christine Schraner Burgener, yang mengatakan negara itu sekarang sedang dalam status perang sipil setelah kudeta militer awal tahun 2021 lalu.

Burgener adalah agen khusus yang dikirimkan PBB ke Myanmar, yang akhirnya mundur dari jabatannya itu setelah menjabat 3,5 tahun.

Menurut penilaiannya, warga Myanmar akan tetap melanjutkan menahan kudeta militer dan banyak yang menulis kepadanya: "Kami lebih baik mati daripada menerima diktator militer baru."

Ia juga mengatakan kesempatan menempatkan Myanmar di jalan demokrasi kini semakin kecil kemungkinannya.

Beberapa fakta penting mengenai Myanmar antara lain sebagai berikut:

Burgener telah memperingatkan kemungkinan terjadinya perang sipil skala penuh. Setelah dirinya tinggal selama berbulan-bulan di Myanmar, mengikuti kudeta militer yang kejam. Kala ratusan korban terbunuh dan pemimpin pemerintahan ditahan, termasuk Aung San Suu Kyi dan anggota partainya, National League for Democracy.

Ketika ditanya apakah Myanmar sudah mencapai titik terburuk perang sipil, ia menjawab, "dalam terminologi internasional kita menggunakan konflik bersenjata internal dan aku akan menggunakan terminologi ini sekarang dan bahwa militer tidak punya kepentingan berkompromi atau berdialog."

Pihak-pihak yang berseberangan dalam konflik ini telah berlomba-lomba mewakili Myanmar di PBB, yang akan diputuskan oleh anggota Dewan Umum PBB akhir tahun ini.

Burgener menyebutkan sanksi yang menargetkan Myanmar akan membantu.

Ia juga mengatakan sangatlah penting pemerintah-pemerintah dunia dan PBB tidak menunjukkan penerimaan kepada junta dan melindungi keinginan orang-orang, yang ikut voting setahun lalu untuk memilih pemerintahan Suu Kyi.

Kudeta militer Myanmar atau junta militer Myanmar terjadi pada 1 Februari 2021 ketika junta militer mengambil alih Myanmar.

Hal ini dilancarkan setelah partai Aung San Suu Kyi memenangkan pemilihan umum dengan kemenangan mutlak melawan oposisi dukungan militer.

Militer menghalau protes damai pro-demokrasi, dan telah membunuh 600 orang sejak saat itu, menurut kelompok monitoring yang dikutip dari New York Times.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya termasuk Kanada dan Inggris telah menerapkan sanksi terhadap rezim politik beberapa bulan setelah terjadinya kudeta.

Sementara itu Aung San Suu Kyi sedang dalam tahanan rumah dan akan diadili oleh junta militer.

Senin (18/10/2021) lalu, junta militer mengumumkan rencana melepas lebih dari 5600 tahanan politik yang ditahan dalam demonstrasi anti-militer tahun lalu.

Tahanan politik dilepaskan ketika Myanmar mulai merayakan hari libur tiga hari dikenal sebagai Festival Lampu sejak Selasa (19/10/2021) lalu.

Keluarga tahanan terlihat menangis dan berseru, ketika keluarga mereka dibebaskan dari bus di luar penjara Insein, kota Yangon.

Beberapa pejabat senior dari pemerintahan sipil yang diasingkan tetap berada di penjara.

Namun tidak jelas pada Senin(25/10/2021) besok, apakah mereka atau pemimpin lain akan dilepaskan.

Bagi pakar, gerakan itu, meskipun tampak ramah, adalah skema oleh militer negara tersebut untuk menumbuhkan simpati dari negara lain dan kemudian isolasi internasional bisa berakhir.

Atau untuk mengalihkan perhatian dari kekacauan yang terjadi di dalam negara, dan dari pelanggaran HAM besar-besaran di Myanmar.

Reporter: Angga Kurnia Putra

Editor: Amrizal

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU