Komisaris Utama KAI Mengaku Diminta Jadi Ketum PBNU Lagi

author Seno

- Pewarta

Rabu, 06 Okt 2021 14:45 WIB

Komisaris Utama KAI Mengaku Diminta Jadi Ketum PBNU Lagi

i

zn2zdjmgwywru7np32k4

Optika, Jakarta - KH Said Aqil Siroj yang juga Komisaris Utama PT KAI (Kereta Api Indonesia) mengaku diminta lagi menjadi Ketua umum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) oleh sejumlah kiai. Kendati demikian, dia mempersilakan kader-kader NU (Nahdlatul Ulama) yang lain untuk berkompetisi.

"Pokoknya silakan kompetisi kader-kader NU yang mau maju, silakan maju beberapa kiai sepuh antara lain Tuan Guru Turmudzi Lombok, Kiai Hasan Cirebon Kiai Muhtadi Banten meminta kepada saya agar maju lagi, kiai-kiai sepuh dan beberapa teman," ujar Komisaris Utama PT KAI ini pada wartawan, Rabu (6/10/2021).

Meski belum secara resmi mendeklarasikan diri maju menjadi Ketum PBNU, Said Aqil menyatakan siap jika diminta oleh banyak pihak.

"Kalau banyak permintaan ya saya siap dong, yang namanya kader kalau sudah banyak permintaan siap. Walaupun sampai sekarang saya belum declare secara resmi tapi permintaan sudah sangat banyak," ujar Said Aqil.

Apakah anda siap ?

"Siap aja kenapa nggak siap? Kalau untuk NU siap," jawab Said Aqil lugas.

Muncul Dua Nama Kuat

Seperti diketahui, muncul dua kandidat kuat menjelang Muktamar Ke-34 NU. Sejumlah pihak mengusulkan KH Said Aqil Siroj dan KH Yahya Cholil Staquf yang juga Katim Aam PBNU.

"Selama ini ada dua calon yang sudah menguat, satu Kiai Said Aqil Siroj sebagai incumbent, Yahya Staquf itu. Kalau Yahya Staquf itu memang sudah declare, tetapi kalau Kiai Said siap maju karena diminta oleh banyak wilayah karena dianggap membawa NU lebih bagus, terutama di dunia pendidikan," kata Ketua PWNU DKI Syamsul Maarif kepada wartawan, Jumat (1/10/2021).

Perihal mekanisme pemilihan Ketua Umum, Syamsul mengatakan sempat muncul perbedaan pendapat di Munas dan Konbes NU 2021. Menurut dia, mayoritas setuju Ketua Umum dipilih oleh pemilik suara yang sah, yaitu PWNU dan PCNU.

"Kalau untuk Ketua Umum memang kemarin sempat perbedaan pendapat, tapi masih mayoritas memilih dipilih secara one man one vote," ujar Syamsul.

Yahya Cholil Pernah Berkunjung ke Israel

Perihal pernyataan Said Aqil yang menolak berkunjung ke Israel, Yahya Cholil Staquf yang juga disebut menjadi kandidat kuat Ketum PBNU pernah menghadiri serangkaian acara di Israel.

Putra dari Alm KH Cholil Bisri ini, menjadi pembicara di forum American Jewish Committee (AJC) Global Forum yang dihadiri 2.400 orang. Dia kemudian kuliah umum di The Truman Institute di Israel pada Rabu (13/6/2018). Setelah itu, Yahya Staquf bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Gus Yahya, sapaannya, mengaku sedang melakukan upaya memperkuat gerakan perdamaian lewat kunjungannya itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Upaya saya ini mengajak atau memperkuat gerakan perdamaian di tingkat akar rumput di masyarakat menjadi konsensus sosial. Semua orang mau perdamaian," kata Gus Yahya dalam wawancara CNN Indonesia di Rembang, Jawa Tengah, yang tayang pada Kamis (21/6/2018).

Saat jadi pembicara dalam forum American Jewish Committee (AJC) di Israel, Gus Yahya bicara soal jalan 'rahmah' atau kasih sayang. Dia mengajak dunia memilih jalan tersebut.

"Kalau ini menjadi konsensus sosial, aspirasi fundamental dari seluruh masyarakat, maka kita harapkan ini akan menjadi penentu dari perilaku pemerintahnya dalam pergaulan internasional," tutur kakak kandung Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas ini.

Gus Yahya juga bicara dalam sesi lain dengan jumlah peserta yang lebih sedikit. Menurut dia, dalam kunjungannya ke Israel itu, intinya adalah mengajak orang mengubah pola pikir.

"Saya juga katakan kepada teman-teman Yahudi di sana bahwa bukan hanya mindset umat Islam yang harus berubah, mindset Yahudi harus berubah, mindset pemerintah Israel juga harus berubah. Kalau tidak berubah, tidak akan ada gunanya," tutur mantan Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid ini.

Said Aqil Tolak ke Israel

Sementara itu, Ketum PBNU, Said Aqil Siroj, mengungkap NU sempat ditawari untuk berkunjung ke Israel pada 2 tahun lalu. Namun tawaran itu ditolak Said Aqil atas alasan Israel yang tidak mau mengakui Palestina.

"Masalah kemandirian bahwa kita sama-sama NU dan presiden sama berpendapat menjaga kemandirian jangan sampai kita terpengaruh oleh kepentingan luar. Sikap Indonesia terhadap Palestina tetap jelas keberpihakan ke Palestina. Selama Israel tidak mengakui negara Palestina maka Indonesia tidak akan mengakui negara Israel secara politik. Ibu Retno pun seperti itu, selalu mengatakan seperti itu," kata Said Aqil kepada wartawan seusai bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Rabu (6/10/2021).

"Dulu pendapat saya juga begitu waktu 2 tahun yang lalu, NU ditawari berkunjung ke Israel, saya tolak selama Israel belum mengakui Palestina saya tidak akan pernah, kalau sudah saling mengakui ayo," sambung Said Aqil.

Dalam pertemuan itu, Said Aqil melaporkan soal hasil Munas dan Konbes NU yang menyepakati Muktamar NU digelar pada Desember 2021. Jokowi sempat bertanya ke Said Aqil mengenai pelaksanaan Muktamar NU yang berpotensi melibatkan banyak orang. Said Aqil menegaskan pelaksanaan Muktamar NU harus mendapatkan izin dari Satgas COVID-19.

"Presiden pun agak tanda tanya apakah sudah mungkin melihat kondisi COVID masih seperti ini apalagi di Lampung, ya nanti kita lihat pak. Itu pun dengan syarat memperhatikan prokes dan izin dari satgas nasional dan lokal," pungkasnya. (Zal)

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU