Koalisi Gerindra-PKB Diprediksi Pecah, PKB Akan Gabung Koalisi Indonesia Bersatu?

author Seno

- Pewarta

Selasa, 05 Jul 2022 04:36 WIB

Koalisi Gerindra-PKB Diprediksi Pecah, PKB Akan Gabung Koalisi Indonesia Bersatu?

i

images - 2022-07-04T213151.910

Optika.id - Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah memprediksi koalisi Gerindra-PKB akan pecah dan PKB akan merapat ke Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

KIB merupakan koalisi yang dibentuk oleh Golkar dan PAN serta PPP.

Baca Juga: PKB Sepakat Soal Hak Angket, Tunggu NasDem dan PDIP

Dedi mengatakan bahwa PKB akan kesulitan berkoalisi dengan PDIP. Karena PDIP memiliki kedekatan dengan PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama).

Sementara ketika Prabowo Subianto Ketua Umum Gerindra mendapatkan tempat atau PDIP membuka ruang diskusi masuknya koalisi PDIP-Gerindra. Maka PKB kemungkinan besar akan terdepak dari koalisi ini.

Maka PKB besar kemungkina juga akan terdepak dari koalisi ini. Dan paling mungkin akan merapat ke Koalisi Indonesia Bersatu (Golkar PAN PPP), jelas pengamat politik alumnus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, Senin (4/7/2022).

Menurut Dedi, Koalisi Partai Gerindra-PKB ini sebenarnya menarik karena memiliki populasi suara yang cukup besar.

Hanya saja, ada beberapa masalah jika Prabowo- Muhaimin Iskandar (Ketua Umum PKB) diusung oleh koalisi ini.

Karena satu sisi Prabowo memiliki elektabilitas stagnan sementara Cak Imin (Muhaimin) dalam kondisi yang minimum. Jadi pemilih akan berhitung, katanya.

Terlebih, kata Dedi, pada Pilpres 2024 nanti nasib Cak Imin belum tentu mereplikasi suara Nahdlatul Ulama (NU) sebagaimana di Pilpres 2019.

Waktu itu ada mantan Rais Aam PBNU KH Maruf Amin yang disinyalir menyerap suara mayoritas di NU.

Tapi sekarang, lanjutnya, Cak Imin tidak demikian, ia lebih erat sebagai PKB dibandingkan sebagai NU. Sedangkan PKB saat ini disebut-sebut tengah konflik serius dengan NU.

Untuk itu konflik PBNU ini pun akan berpengaruh, jelasnya.

Hubungan PDIP-Gerindra Timbulkan Teka-Teki

Sementara itu, pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin mengatakan, hubungan PDIP dengan Partai Gerindra yang pasang surut menimbulkan teka-teki politik menjelang Pemilu 2024.

Pasalnya, jika melihat kondisi politik terkini, PDIP-Gerindra agaknya sulit bersatu.

Kalau kita lihat, Prabowo juga tidak mau hanya dekat dengan 1 partai, dalam hal ini PDIP. Nanti malah bertepuk sebelah tangan. Tentu Prabowo harus melebarkan sayap dan dekat dengan partai lain, termasuk dengan PKB, bertemu dengan Nasdem, Demokrat, PKS ya, kata Ujang, Senin (4/7/2022).

Selain itu, Prabowo juga tampak masih belum clear jika harus berpasangan dengan Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, pada Pilpres 2024 nanti.

Itu lantaran elektabilitas Puan masih belum menempati titik aman seperti tokoh lain yang masuk bursa capres-cawapres.

Apakah nanti mereka nyalon masing-masing atau bersekutu PDIP-Gerindra? Saya melihatnya saat ini mereka akan mencalonkan diri masing-masing, ujar pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia ini.

Namun begitu, Ujang menilai bahwa ke depan segala kemungkinan masih bisa terjadi mengingat waktu pendaftaran capres-cawapres ke KPU masih cukup lama, yaitu Oktober 2023 mendatang.

"Ya namanya politik, bisa bersekutu bisa juga berseteru. Kita lihat perkembangannya seperti apa ke depan. Kelihatannya Prabowo agak susah ketika berpasangan dengan Mbak Puan, tandasnya.

4 Poros Koalisi Capres

Peta politik terbaru memungkinkan terbentuknya 4 poros koalisi di Pilpres 2024. Sementara ini ada dua koalisi yang sudah terbentuk. Yakni Koalisi Indonesia Bersatu (Partai Golkar, PAN, dan PPP) dan Partai Gerindra dan PKB.

Sisa partai politik selain KIB dan Gerindra-PKB adalah PDIP, Partai NasDem, Partai Demokrat, dan PKS. Selain PDIP, ketiga partai tersisa harus membentuk koalisi ataupun merapat ke pihak lain untuk bisa bertarung di kontestasi Pilpres 2024. PDIP merupakan satu-satunya partai yang bisa mengusung calon presiden dan calon wakil presiden sendiri di Pilpres 2024.

PKS, yang sempat santer dikabarkan membentuk Koalisi Semut Merah bersama PKB dan Demokrat, masih terus membangun komunikasi. Terbaru, mereka siap merapat ke NasDem dan Partai Demokrat.

"Sampai sekarang PKS masih terus menjalin komunikasi dengan berbagai partai politik lainnya, salah satunya yang saat ini intensif kami jalin adalah NasDem dan Demokrat," ujar Juru Bicara PKS Muhammad Kholid.

"Kita selalu memastikan langkah-langkah politik dalam koalisi seirama dengan Gerindra," kata Wasekjen PKB Syaiful Huda, Senin (4/7/2022).

Sampai saat ini, KIB dan koalisi Gerindra dan PKB belum menentukan calon presiden mereka.

Untuk bisa mengusung calon presiden, partai politik ataupun gabungan partai politik harus memiliki memiliki paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR 2019. Aturan ini tertuang dalam Pasal 222 UU Pemilu.

Berdasarkan skenario dari peta politik terbaru per 4 Juli 2022, ini kemungkinan koalisi di Pilpres 2024:

1. Koalisi Indonesia Bersatu 

- Golkar 14,78% kursi DPR

- PAN 7,65% kursi DPR

- PPP 3,3% kursi DPR

Baca Juga: Hak Angket Tak Kunjung Bergulir, NasDem: Tak Ada yang Serius

- Total kursi ketiga partai, yaitu 25,73% kursi DPR

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

2. Gerindra-PKB

- Gerindra 13,75% kursi DPR

- PKB 10,09% kursi DPR

Total kursi kedua partai, yaitu 23,84%

3. PDIP

22,26% kursi DPR

4. NasDem, Demokrat, dan PKS

- NasDem 10,26% kursi DPR

- Demokrat 9,39% kursi DPR

- PKS 8,7% kursi DPR

Total kursi ketiga partai: 28,35%

Empat poros koalisi, berdasarkan peta politik terbaru, ini punya bakal calon presiden yang bisa dimajukan di Pilpres 2024. Mereka muncul di lembaga survei ataupun berdasarkan diskusi internal partai.

Koalisi Indonesia Bersatu 

Wakil Ketua Umum PPP Arsul Sani mengatakan KIB tak ingin terburu-buru menentukan calon presiden yang akan diusung pada Pilpres 2024.

Arsul mengatakan tidak tertutup kemungkinan KIB mengusung tokoh-tokoh yang masuk bursa capres. KIB, katanya, akan memprioritaskan kader internal dari partai masing-masing meski tak harus ketua umum.

Merujuk pernyataan Arsul Sani, tokoh internal KIB yang kerap masuk bursa survei pilpres adalah Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto. Dalam survei LSI Denny JA yang dilakukan pada 24 Mei-7 Juni 2022, Airlangga Hartarto merupakan tokoh KIB yang bersaing di 10 besar kandidat capres. Airlangga menempati posisi keenam dalam survei tersebut dengan elektabilitas 4,5%.

Baca Juga: PKS dan PKB Tegaskan Hak Angket Tak Ada Kaitan dengan Menang Kalah

Survei LSI Denny JA menggunakan metodologi multistage random sampling, jumlah responden ada 1.200 responden. Teknik pengumpulan data yaitu dengan wawancara tatap muka dengan responden menggunakan kuesioner. Margin of error survei ini +- 2,9%,

Gerindra-PKB

Kedua partai ini belum secara pasti menyatakan siapa capres-cawapres yang bakal diusung di Pilpres 2024. Akan tetapi, ketua umum mereka, Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, kerap masuk survei Pilpres 2024 sejumlah lembaga. Terkhusus Prabowo Subianto, Ketua Umum Gerindra itu cukup kuat di beberapa lembaga survei.

Berdasarkan survei Litbang Kompas yang digelar pada 26 Mei hingga 4 Juni 2022, elektabilitas Prabowo berada di angka 25,3%. Di peringkat kedua, ad Ganjar Pranowo dengan 22%, sedangkan ketiga Anies Baswedan 12,6%.

Responden dalam survei Litbang Kompas tersebut berjumlah 1.200 orang, yang diambil dengan metode pencuplikan sistematis di tingkat 34 provinsi Indonesia. Tingkat kepercayaan metode ini 95 persen dengan margin of error +-2,8 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana. Kesalahan di luar pemilihan sampel dimungkinkan terjadi.

PDIP

Menjadi satu-satunya partai yang bisa mengusung capres sendiri, PDIP masih belum bersikap. Namun, kedua tokoh mereka, yakni Puan Maharani dan Ganjar Pranowo digadang- gadang maju Pilpres 2024. PDIP bisa saja memasangkan Puan-Ganjar, tapi mereka memberi sinyal siap bekerja sama dengan partai lain yang artinya skenario duet tersebut kecil kemungkinan terwujud.

"Koalisi kerja sama partai politik akan dilakukan pada suatu momentum yang tepat dan komunikasi politik bagi PDIP terus dijalankan. Kami terus membangun komunikasi dengan para ketua umum partai sehingga kesamaan terhadap platform dan kerja sama dalam rangka pilpres itu ujung-ujungnya pada penetapan calon," kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto kepada wartawan di Sekolah Kader PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan (Jaksel), Senin (20/6/2022).

Dalam survei Litbang Kompas, Ganjar Pranowo mendapat elektabilitas 22%, hanya kalah dari Prabowo Subianto. Sedangkan Puan Maharani, dalam survei LSI Denny JA, mendapat 2% suara responden.

NasDem, Demokrat, dan PKS

Jika berkoalisi, ketiga partai ini sudah punya bakal calon presiden yang diusung. Calon potensial tersebut pun kerap muncul di survei.

Partai NasDem yang baru saja menggelar Rakernas telah menetapkan tiga nama sebagai bakal capres. Mereka adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.

Potensi koalisi ini dianalisis Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari. Dia yakin ketiga partai ini bisa membentuk koalisi yang dinamakan Koalisi Gondangdia. Capresnya, kata Qodari, bisa jadi Anies Baswedan.

"Menurut saya, per hari ini memang potensi NasDem-PKS mengusung Anies sangat besar. Pertama, karena di NasDem diusung oleh 32 provinsi, lebih banyak dibandingkan nama yang lain. Kedua, Anies adalah deklarator ormas Nasional Demokrat, cikal bakal Partai NasDem, sehingga ada historical atau kesejarahan," kata Qodari.

Reporter: Pahlevi

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU