Kesaksian Kerabat Terduga Teroris Dokter Sunardi 

author Denny Setiawan

- Pewarta

Senin, 14 Mar 2022 14:35 WIB

Kesaksian Kerabat Terduga Teroris Dokter Sunardi 

i

Kesaksian Kerabat Terduga Teroris Dokter Sunardi

Optika.id - Endro Sudarsono, perwakilan keluarga yang juga Sekretaris The Islamic Study and Action Center (ISAC) Surakarta mengatakan jika sang dokter tewas dengan dua luka tembak.

Pihak keluarga terduga teroris Dokter Sunardi (54) yang tewas ditembak Densus 88 Antiteror masih tak mempercayai pernyataan kepolisian bahwa Sunardi yang merupakan warga Kabupaten Sukoharjo terlibat kasus terorisme.

Baca Juga: Densus 88 Penuhi Panggilan Komnas HAM, Beberkan Peran Dokter Sunardi

"Sekali lagi pesan dari keluarga, keluarga sedikit pun tidak meyakini kalau pak S itu terlibat kasus terorisme," terang Endro di rumah duka, dilansir Kompas.com dikutip Optika.id, Senin (14/3/2022).

Keluarga juga turut menyayangkan adanya tindak kekerasan yang dilakukan kepolisian hingga membuat Sunardi meninggal.

"Yang jelas kita menyayangkan sikap penegakan hukum yang kemudian ada sebuah kekerasan apalagi tembak mati. Mestinya ada upaya paksa, atau upaya hukum yang sifatnya melumpuhkan, bukan mematikan," jelasnya.

Tindakan kekerasan yang dimaksud Endro adalah dua luka tembak yang dialami Sunardi. Juga fakta bahwa mobil yang dikemudikan Sunardi mengalami oleng.

"Kemudian mobil oleng, apakah kemudian olengnya itu kemudian dalam keadaan tidak sadar atau sebuah perlawanan kita tidak tahu," kata dia.

Lebih lanjut Endro menyampaikan pihak keluarga meminta maaf jika selama hidupnya, jika Sunardi melakukan kesalahan.

Dia juga meminta jika ada tanggungan sesuatu terkait Sunardi untuk segera menghubungi pihak keluarga.

Terkait kekecewaannya, keluarga masih belum akan menempuh jalur hukum karena masih berkabung dan fokus memakamkan Sunardi.

"Proses hukum sudah ada yang mendekati kami, cuma belum kami sampaikan kepada pihak keluarga, tak etis masih

berkabung," jelas dia.

Salah seorang kerabat, dr Eva Sri Diana Chaniago, lewat akun twitternya, @__Sridiana_3va, dr Eva menyebut dr Sunardi merupakan pejuang kemanusiaan yang sering membantu korban bencana alam.

"Beliau pejuang kemanusiaan. Tidak sedikit yang menyebut beliau orang baik, gratiskan pasien, bantu bencana Palu, Ambon, Sumbar dll, tulis dr Eva Sri Diana, Jumat (11/3/2022).

Menurut dokter ahli paru ini, seharusnya dr Sunardi dijemput baik-baik, bukan malah ditembak mati.

Andai menurut hukum penguasa beliau bersalah, layakkah beliau tanpa pengadilan diadili di jalan? Saya jadi ikut bertanya, apa yang diketahuinya, kata dr Eva.

Ia menegaskan bahwa seorang dokter adalah pejuang yang menghargai kehidupan. Kami anti perang, kami anti permusuhan. Demi raga yang lain kami siap berkorban jiwa raga karena kami dididik membantu sesama, jelasnya.

dr Eva pun menuntut keadilan atas penembakan yang menyebabkan dr Sunardi meninggal dunia.

Baca Juga: Densus 88 Tangkap PNS di Tangerang, Ken Setiawan: Tambah Daftar Teroris dari PNS

"Demi Allah kami menuntut keadilan untuk Dr Sunardi. Kami menyelamatkan manusia dengan jiwa raga. Kami tidak akan berkhianat demi bangsa dan negara, imbuhnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Jika siapa yang bersalah dengan mudah diputuskan dan diselesaikan dengan kematian di jalan, untuk apa ada hukum dan perangkatnya? sambungnya.

Dijelaskan dr Eva, jika di jalan hukum sudah bisa diputuskan, apa yang akan terjadi dengan bangsa ini kemudian.

Jika semua sudah merasa paling benar. Jika semua sudah merasa lebih berhak dari Tuhan, maka percayalah yang terjadi adalah ketidakpercayaan dan kehancuran. Kami menuntut keadilan, tandasnya.

Wadda Umar mencurahkan hal tersebut melalui akun facebooknya, Kamis, (10/3/2022). Wadda mengaku sempat bersamaan almarhum tahun 2009 saat jadi relawan gempa Padang.

Sungguh luar biasa beliau, sederhana, santun, dan dedikasinya untuk kemanusiaan luar biasa. Saya banyak belajar tentang pengorbanan dan pelayanan dari beliau, tulisnya.

Dia menyebut setiap ada bencana, almarhum mengirimkan relawan ke tempat bencana dalam misi kemanusiaan mengobati yang sakit tanpa memandang suku, bangsa dan agama.

Dalam setiap aksinya itu kata dia, almarhum hanya membawa peralatan medik, bukan senjata.

Dan ketika mendengar beliau ditembak mati karena melawan, rasanya tidak mungkin. Karena saya ketemu terakhir beliau hari Sabtu kemarin saat beliau takziyah ke keluarga kami setelah perjumpaan terakhir tahun 2009, beliau berjalan masih memakai tongkat, tertatih-tatih. Sepertinya tidak mungkin bisa melawan, ujarnya

Baca Juga: NII Crisis Center Apresiasi Densus 88 Terkait Penembakan Teroris Dokter Sunardi

Semoga Allah mengampuni beliau dan menerima amal beliau, serta memasukkan ke dalam janah bersama para nabi, para sidikin, orang-orang saleh dan para syuhada, tukasnya.

Diketahui, Kepala Biro Penerangan Masyatakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan, anggota Detasemen Khusus Antiteror 88 (Densus 88) terpaksa menembak mati seorang terduga teroris berinisial SU di Sukoharjo, Jawa Tengah. Karena melawan dan membahayakan petugas dan masyarakat saat akan ditangkap.

Menurut Ramadhan, SU sempat melakukan perlawanan secara agresif saat hendak ditangkap. SU melarikan diri dengan mobil dan mencoba menabrakkan kendaraan ke arah petugas Densus 88.

"Petugas yang naik di bak belakang mobil double kabin milik tersangka mencoba untuk memberikan peringatan namun saudara SU tetap menjalankan mobilnya dan melaju dengan kencang serta menggoyangkan stir ke kanan ke kiri atau gerakan zig-zag yang tujuannya menjatuhkan petugas," kata Ramadhan saat dikonfirmasi, Kamis (10/3/2022) lalu.

Ramadhan mengatakan, SU juga sempat menabrak kendaraan masyarakat yang sedang melintas. Karena situasi yang membahayakan masyarakat sekitar dan jiwa petugas, anggota Densus 88 melumpuhkan SU dengan menembaknya.

"Dengan melakukan tindakan tegas terukur dengan melumpuhkan tersangka dan mengenai di daerah punggung atas dan bagian pinggl kanan bawah," pungkasnya.

Reporter: Denny Setiawan

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU