Kemenkes Sebut Angka Kematian Anak di Indonesia Masih Cukup Tinggi

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Selasa, 22 Nov 2022 21:39 WIB

Kemenkes Sebut Angka Kematian Anak di Indonesia Masih Cukup Tinggi

i

99ABB780-7DD1-4958-BAC3-98D0C7EE7F15

Optika.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan bahwa angka kematian pada bayi masih terbilang cukup tinggi. Apalagi dengan munculnya kasus baru Polio yang sudah emmasuki status Kejadian Luar Biasa, sekaligus adanya kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak. Hal tersebut dikatakan Budi Gunadi Sadikin selaku Kemenkes dalam kegiatan Pekan Ilmiah Tahunan IDAI.

Saya baru saja sebulan yang lalu me-review angka kematian bayi. Angkanya sekitar 24/1000 yang harus di turunkan menjadi 14/1000 pada akhir tahun 2024, kata Budi saat temu media virtual, Jakarta, Selasa (22/11/2022).

Baca Juga: Kemenkes Buka Pendaftaran Tenaga Kesehatan Haji, Ini Posisi dan Syaratnya

Budi kemudian membandingkan kondisi Indonesia dengan negara lain yang menurutnya memiliki perbedaan besar sekali jika melihat negara tetangga Indonesia, yakni Singapura. Budi mengatakan jika angka kematian bayi di Singapura berada pada angka 1,8/1000.

Jadi walaupun kita turunkan ke 14/1000 itu masih hampir 8x lipat lebih tinggi. Malu rasanya negara kita sudah lama merdeka tapi ko masih segini angka kematiannya, tutur Budi.

Lebih lanjut, Budi menuturkan bahwa ada penyebab yang paling besar dan mendasar pada meninggalnya bayi meliputi berat badan lahir rendah, asfiksia dan genetic atau kelainan kongenital. Oleh sebab itu, Budi kemudian meminta kepada para seluruh spesialis anak fokus terhadap dua penyebab awalnya.

Jadi kita fokus ke dua awal tadi, jika dihitung 40 persen atau 50 persen dari 24 kan sudah turun jadi 12. Itu sudah turun dari target kita, ucapnya.

Baca Juga: Menkes Ungkap 2 Kunci Rakyat Indonesia Bisa Punya Gaji Rp 15 Juta/Bulan

Dalam momen tersebut, Ketua IDAI, Piprim Basarah Yanuarso menambahkan bahwa ada dua penyebab kematian pada bayi atau anak yakni ekonomi krisis dan kesehatan mental. Ekonomi krisis kemudian dinilai menjadi puncak masyarakat mendapati keterbatasan obat-obatan hingga kurangnya cakupan vaksinasi pada anak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dua tahun terakhir imunisasi rutin hanya mencapai 83 persen padahal target kita itu 93 persen, jelas Piprim.

Selain itu, tidak hanya polio penyakit lain seperti Difteri, Campak dan Rubella juga meningkat. Piprim membuat strategi baru untuk dapat mengenalkan bahaya penyakit agar masyarakat mau melakukan imunisasi secara rutin.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Naik Jelang Nataru, Kemenkes: Masih Terkendali

Reporter: Uswatun Hasanah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU