Jaringan Seni Perempuan Kritiki Penghapusan Mural di Indonesia

author Jenik Mauliddina

- Pewarta

Minggu, 22 Agu 2021 11:21 WIB

Jaringan Seni Perempuan Kritiki Penghapusan Mural di Indonesia

i

images (30)

Optika.id - Pekerja seni yang tergabung dalam Jaringan Seni Perempuan (Puanseni) menyoroti penghapusan dan penutupan mural yang terjadi di berbagai kota di Indonesia. Mereka meminta pemerintah untuk menghormati kebebasan berpendapat dan berekspresi di Ruang Publik.

Dolorosa Sinaga, pematung dan pengajar seni rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dalam forum diskusi yang dilakukan secara daring pada Sabtu, (21/08/2021) mengatakan, penghapusan mural sebagai bentuk rasa tidak hormat pemerintah terhadap kerja-kerja seni.

Baca Juga: Kasus KDRT Masih Marak, Ada yang Salah dengan UU Penghapusan KDRT?

"Ketika ada saja alasan untuk menurunkan mural atau kerja seni apapun itu, secara tidak langsung pemerintah ingin mengatakan peraturan yang dibuat untuk mengontrol atau menekan. Seharusnya ditata dan dijamin," ujarnya.

Wanita kelahiran Sibolga, Sumatera Utara itu juga menyayangkan tidak ada jaminan dan peraturan yang mengatur tata ruang publik yang diperuntukkan kerja seni. Serta tidak menyediakan jalan keluar untuk penyaluran kritik lewat seni.

"Saya rasa, 'Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit' pernyataan yang sangat cerdas dan jitu, Tidak bisa dibantah jika begitu caranya. Masyarakat pasti akan bertanya mengapa sampa dihapus demikian," kata wanita 68 tahun itu.

Senada dengan Dolorosa, Citra Sasmita, pelukis pemenang Gold Award Winner UOB 2017 yang juga berada dalam forum menjelaskan, bahwa mural bukan sebuah yang vandal dan merusak estetika ruang publik. melainkan sebagai bentuk power atau kekuatan kritis dari rakyat biasa.

Baca Juga: Pemerintah Tak Transparan, Honorer Jadi Korban

"Pemerintah tidak perlu over sensitif dalam menyikapi. Negara tidak akan tutup hanya dengan mural. Mural adalah bahasa, media yang paling dekat dengan masyarakat, dan dinikmati langsung oleh masyarakat. Sehingga kritik disampaikan juga lebih mudah diterima," jelasnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Perempuan 31 tahun itu juga menambahkan, perlu ada edukasi kepada masyarakat bahwa seni itu bukan cuma sesuatu yang indah namun juga ada pesan kritik dan edukasi di dalamnya.

Dalam forum yang berlangsung lebih dari satu jam tersebut ditutup dengan harapan kepada pemerintah, bahwa perlu kedewasaan dalam menyikapi seni dan menerima dengan terbuka segala bentuk kritik yang disampaikan masyarakat.

Baca Juga: Pragmatisme Partai dan Dominasi Kuasa Maskulin Dibalik Rendahnya Elektabilitas Perempuan

"Berbesar hatilah karena rakyat masih mau mengkritik, karena negara ini bukan milik penguasa tapi milik rakyat," tutup Syska la veggie sebagai moderator mengutip ucapan Dolorosa pada akhir forum. (Jen)

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU