Jangan Sampai Keliru ya! Ini Bedanya Hari Kesaktian Pancasila dengan Hari Lahir Pancasila

author Jenik Mauliddina

- Pewarta

Minggu, 02 Okt 2022 00:49 WIB

Jangan Sampai Keliru ya! Ini Bedanya Hari Kesaktian Pancasila dengan Hari Lahir Pancasila

i

images - 2022-10-01T174909.060

Optika.id - Peringatan hari kesaktian Pancasila dilakukan tanggal 1 Oktober setiap tahunnya. Namun jangan sampai salah, guys! Peringatan Hari Kesaktian Pancasila berbeda dengan Hari Kelahiran Pancasila.

Hari Kesaktian Pancasila juga dilakukan untuk mengenang dan menghormati jasa para pahlawan revolusi yang gugur dalam peristiwa gerakan 30 September atau lebih dikenal dengan sebutan G-30-S.

Baca Juga: Pancasila Sakti atau Sakit?

Presiden Joko Widodo melalui akun media sosial mengatakan, zaman boleh berubah, gaya hidup berganti, arus globalisasi menderas, tapi bangsa Indonesia akan tetap berpegang teguh pada Pancasila dan segenap nilai-nilai yang dikandungnya.

"Ideologi yang digali dan dirumuskan oleh para pendahulu dari akar dan karakter bangsa Indonesia sendiri, telah terbukti mampu menjadi tameng menghadapi aneka tantangan yang mengancam persatuan dan kemajemukan kita," ujar Jokowi, Sabtu (1/10/2022).

Namun, selain memperingati Hari Kesaktian Pancasila, ada peringatan Hari Lahir Pancasila. Berikut perbedaannya, mengutip Kompas.com:

Hari Kesaktian Pancasila: Diperingati setiap 1 Oktober, Hari Kesaktian Pancasila ditujukan agar bangsa Indonesia mengingat kembali peristiwa Gerakan 30 September (G-30-S).

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila ini sudah ada sejak 56 tahun yang lalu atau sejak tahun 1966 untuk memperingati peristiwa pembunuhan 6 jenderal dan satu perwira Angkatan Darat dalam Peristiwa Gerakan 30 September di Jakarta.

Mereka adalah Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Anumerta Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Anumerta Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Anumerta Donald Isaac Panjaitan, Brigadir Jenderal Anumerta Sutoyo Siswodiharjo, dan Lettu Anumerta Pierre Andreas Tendean.

Ketujuh korban kemudian dibunuh dan dimasukkan ke dalam sumur Lubang Buaya di Jakarta Timur, pada 1 Oktober 1965. Lokasi jenazah ditemukan oleh Satuan Resimen Para Anggota Komando AD (RPKAD) di kawasan hutan karet Lubang Buaya.

Baca Juga: Tahukah Kamu? Ada 2 Wali Kota Surabaya yang Lenyap Karena Dituduh PKI

Penemuan jenazah korban G30S tidak lepas dari peran seorang anggota kepolisian Sukitman. Saat peristiwa, ia sempat dibawa paksa ke Lubang Buaya, tetapi berhasil meloloskan diri. Jenazah ketujuh korban peristiwa yang melahirkan Hari Kesaktian Pancasila ini ditemukan di sumur tua dengan kedalaman kurang lebih 12 meter.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hari Lahir Pancasila: diperingati setiap 1 Juni yang merujuk pada lima pilar yang menjadi dasar berdirinya Indonesia yang dikemukakan oleh Presiden Soekarno pada 1 Juni 1945, yakni Kebangsaan, Internasionalisme, Permusyawaratan, Kesejahteraan, dan Ketuhanan.

Bung Karno menyampaikannya dalam rangkaian sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Lima konsep dasar negara itu kemudian dirangkum dengan nama Panca-Sila, atas petunjuk seorang ahli bahasa.

Setelah disahkan, Indonesia berdiri sebagai negara yang kekal dan abadi di atas lima dasar yang disebut Pancasila. Meski begitu, ternyata mulanya Hari Lahir Pancasila tidak diperingati secara rutin pada era orde baru. Sebab, pemerintah saat itu lebih memberi perhatian pada Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap 1 Oktober.

Bahkan, 1 Juni hanya diperingati sebagai peringatan pidato Bung Karno dan bukan menjadi hari nasional. Usulan Hari Lahir Pancasila sebagai hari nasional diusulkan oleh Megawati Soekarno Putri kepada Presiden ke-6 RI, Soesilo Bambang Yudhoyono.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Pemimpin Partai Komunis, Sisi Lain D.N Aidit Seorang Taat Islam dan Muazin

Penetapannya sebagai hari nasional baru terwujud di era Presiden Joko Widodo melalui Keppres Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila. Sehingga, 1 Juni dijadikan sebagai hari libur

Reporter: Jenik Mauliddina

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU