Iwate, Jepang Utara Yang Penuh Magis

author optikaid

- Pewarta

Rabu, 08 Des 2021 17:06 WIB

Iwate, Jepang Utara Yang Penuh Magis

i

Iwate, Jepang Utara Yang Penuh Magis

[caption id="attachment_9790" align="alignnone" width="159"] Syahrur Marta Dwisusilo (dosen Sastra Jepang FIB Unair)[/caption]

Saat menuntut ilmu di Jepang, tantangan terbesar dari manusia tropik seperti kita orang Indonesia ini adalah cuaca. Terutama pada saat musim dingin, dimana sengatan suhu dingin membuat kita malas, kehilangan semangat dan beraktivitas. 

Iwate Daerah Miskin

Kebetulan saya ketika itu saya tinggal di salah satu daerah dingin di wiayah utara Jepang, tepatnya di kota Morioka prefektur Iwate. Orang yang tinggal di daerah ini dulunya sering diolok-olok sebagai orang kampung yang miskin, karena sifat dari daerahnya yang dingin menyebabkan hasil pertanian memang tidak bisa tumbuh dengan baik. Bahkan akibat dinginnya cuaca, di daerah ini sering terjadi kegagalan panen yang menyebabkan wabah kelaparan. 

Di tambah lagi dari aspek kesejarahan dimana penguasa lama Morioka di jaman para Samurai dulu, dalam pergulatan politik dicurigai berpihak pada rezim Shogunat Tokugawa yang akhirnya tumbang oleh gerakan restorasi Meiji di tahun 1869. 

Sebagai akibat, di Era Meiji daerah ini mengalami diskriminasi di berbagai bentuk. Kondisi ini menyebabkan karakter masyarakatnya lebih pendiam dan tertutup. Upacara-upacara atau yang sering disebut dengan istilah Matsuri di masyarakat Iwate juga tidak segemerlap budaya di Kyoto atau Tokyo dan lekat dengan kesederhanaan masyarakat pedesaan. 

Perayaan Chagu Umako

Salah satunya adalah perayaan Chagu Umako yang di selenggarakan di musim dingin. Perayaan ini merupakan ekspresi kecintaan masyarakat Iwate terhadap ternak andalan mereka yaitu Kuda. 

Kuda daerah ini sangat kuat untuk bekerja di lahan-lahan pertanian dan menarik beban. Bahkan dalam perang Jepang dengan Rusia, sebagian besar kuda angkatan infanteri Jepang berasal dari daerah ini. Begitu cintanya masyarakat Morioka dengan kuda, dalam rumah tradisional mereka yang disebut dengan nama Nanbu Magariya letak kandang kuda menyatu dengan rumah.

Dalam upacara Chagu Umako, Kuda-kuda terbaik didaerah ini akan berparade mengelilingi desa-desa di wilayah Iwate dengan hiasan dan iringan lonceng yang memecah kesunyian musim dingin dan membawa suasana magis di rumah-rumah penduduk yang dilewatinya. Hal yang menarik lainnya dari rumah-rumah di wilayah Iwate ini adalah adanya kepercayaan terhadap hantu-hantu yang kadang bersemayam di dalamnya. 

Hantu Gadis Kecil

Hantu yang berwujud gadis kecil berbaju kimono ini dijuluki dengan nama Zashiki Warashi. Berbeda di sebagian besar hantu yang biasanya di takuti dan dihindari, kehadiran Zashiki Warashi di rumah-rumah penduduk Iwate malah diharapkan, karena kehadirannya dipercaya mendatangkan kesejahteraan dan kekayaan bagi si pemilik rumah. 

Bahkan bukan hanya bagi pemilik rumah, bagi tamu yang berkunjungpun dan berkesempatan bertemu dengan hantu inipun dipercaya akan membawa keberuntungan. Tentu saja tidak semua hantu di wilayah ini memberi keberuntungan bagi masyarakat Iwate. 

Salah satu hantu yang sering menggoda manusia yang juga dikenal meluas di Jepang dan sering diangkat dalam budaya populer modern sekarang ini, adalah monster yang bernama Kappa. Mahluk ini berujud badan seperti katak dan kura-kura yang berparuh, dengan bulatan di batok kepalanya memiliki lengan yang bisa menjulur panjang saat menangkap mangsanya.

Monster Kappa

Kappa suka sekali membunuh ternak bahkan manusia dengan cara dihirup darahnya dan dipercaya bersemayam di sungai-sungai di wilayah ini. Salah satu makanan favorit adalah ketimun, sehingga untuk dapat memancing kappa ke luar dari sarangnya banyak turis lokal di wilayah Iwate yang menggunakan umpan ketimun. Tentu saja tidak ada satupun turis yang pernah menangkap Kappa ini. 

Begitu terkenalnya legenda Kappa ini, sampai-sampai dalam dunia modern Jepang saat ini Kappa banyak dikomodifikasi menjadi komik, anime dan film bahkan menjadi satu brand terkenal dari warung sushi di Jepang. 

Begitu banyak legenda dan cerita rakyat lainnya berasal dari daerah Iwate terutama didaerah yang bernama Tono hingga dapat disusun menjadi salah satu megakarya sastra folklor Jepang yang berjudul Tono Monogatari (Cerita dari Tono) . 

Penulisnya yaitu seorang sarjana yang bernama Yanagita Kunio sendiri kemudian dikenal sebagai bapak foklor Jepang yang membawa pengaruh besar dalam perkembangan penelitian sastra foklor di Jepang. 

Iwate dan Sastra

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pengaruh alam dan kepercayaan magis dari wilayah Iwate ini juga memproduksi sastrawan terkenal dalam perkembangan sastra modern selanjutnya. Salah satunya adalah Miyawa Kenji yang terkenal dengan cerita-cerita pendek yang bergenre fantasi dan fabel yang kaya dengan pesan-pesan moral. 

Kenji terkenal melalui karyanya yang berjudul Ginga Tetsudo no Yoru (Malam Perjalanan Kereta ke Bimasakti) yang bercerita perjalanan spritual orang menuju ke lam kematian yang diibaratkan dengan menaiki kereta api menuju ke susunan bintang Bimasakti. 

Kenji sendiri sebagai orang Iwate juga mempotret kegigihan dan kesabaran orang Iwate dalam bertahan hidup di tengah tantanga cuaca di wilayah ini dalam karya sastranya. Ini salah satu satu cuplikan bait pertama dari puisinya 

Amenimo Makezu (Tidak kalah oleh tamparan hujan)

Kazenimo Makezu (Tidak kalah oleh hembusan angin)

Yukinimo Natsu no Atsusa nimo Makenu (Tidak kalah pula oleh Panas dan Salju)

Jobu na Karada o Mochi (Miliki badan yang kuat)

Yoku wa Naku (Tanpa hawa nafsu)

Keshite Ikarazu (Tanpa amarah)

Itsumo shizukani warateiru (Dan selalu tersenyumlah dalam sebuah ketenangan)

Mitos Pohon Sakura

Orang-orang Iwate tidak hanya disemangati oleh karya-karya sastra seperti ini akan tetapi banyak hal disekitarnya yang digunakan menyemangati mereka di tengah segala kesulitan hidupnya. Salah satu simbolnya adalah sebatang pohon sakura yang tumbuh di atas karang yang terhias di depan Balaikota Morioka. 

Kekuatan pohon Sakura dalam membelah karang yang keras, menjadi simbol semangat dan energi yang kuat yang mampu melewati sekeras apapun tantangan hidup. Oleh karena itu tidak heran, di tengah diskriminasi yang meliputinya, orang-orang Iwate mampu menduduki posisi-posisi strategis di militer di dalam sejarah modern Jepang. 

Hal-hal ini juga menjadi inspirasi saya juga, sebagai pelajar asing kala itu untuk mampu menyelesaikan studi dengan baik. Semoga menjadi inspirasi juga bagi pembaca artikel ini. 

Penulis: Syahrur Marta Dwisusilo (dosen Sastra Jepang FIB Unair)

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU