Istri Solehah

author Seno

- Pewarta

Senin, 11 Jul 2022 01:10 WIB

Istri Solehah

i

images - 2022-07-10T180954.437

[caption id="attachment_19035" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Ruby Kay[/caption]

Optika.id - 100% suami ingin punya istri yang ketaatannya menyerupai Siti Hajar ibunda Nabi Ismail AS. Tapi ngaca juga bro, kesolehan dan keimanan kita belum seperti Nabi Ibrahim AS. Pantaskah mendapat istri yang perangainya seperti Siti Hajar?

Baca Juga: Persidangan Sambo dan Misteri Pembunuhan 6 Orang Laskar FPI di KM 50

100% suami ingin punya istri solehah yang setia mendampingi dikala susah maupun senang. Tapi ingat juga bro, Nabi Ayub AS pada akhirnya ditinggal oleh istri tatkala menderita koreng yang membusuk dan bernanah disekujur tubuh. Bisa jadi karena gak sabaran, sang istri pun meninggalkan Nabi Ayub AS lalu mencari pria lain yang bisa menafkahi lahir dan batin.

Pria soleh adakalanya berjodoh dengan wanita solehah. Tapi ada juga pria soleh yang berjodoh dengan wanita gak baik. Begitu juga sebaliknya, ada wanita solehah yang dijamin Allah SWT masuk surga. Tapi suaminya digambarkan oleh Al Qur'an memiliki perangai yang sangat keji. Siapa wanita itu? Dia adalah Asiyah, istri Fir'aun.

Siti Hajar istri Nabi Ibrahim AS.

Khadijah binti Khuwailid istri Nabi Muhammad SAW.

Dalam Islam, keduanya menjadi gambaran wanita solehah. Saat membaca ulang kisah mereka, gue seringkali geleng-geleng kepala. Berasa gak percaya kalau dimuka bumi ini pernah terlahir perempuan seperti itu.

Siti Hajar ditinggal seorang diri di padang pasir gersang oleh suaminya sendiri. Dipangkuan, ada bayi yang masih menyusui. Saat perbekalan yang diberi suami sudah habis, maka Siti Hajar mesti tunggang-langgang mencari air dan makanan, lari bolak-balik antara Syofa dan Marwah, semata-mata untuk mengisi perut agar tidak mati kelaparan.

Baca Juga: Langkah Anies di Antara Politisi Tua

"Lah, suaminya kemana? Kok sang istri ditinggal sendiri?" Setelah mengantarkan Siti Hajar dan buah cinta mereka kesebuah daerah yang kelak bernama Mekkah, Nabi Ibrahim AS pulang kerumah istri pertamanya di Babilonia yang kini bernama Irak. Beliau mesti melanjutkan dakwah, melawan kebathilan raja Namrud. 14 tahun kemudian, baru Nabi Ibrahim AS datang menjenguk istri dan putranya kembali. Bukan dalam rangka membawa kabar baik, bukan membawa oleh-oleh untuk istri dan mainan untuk Ismail. Melainkan beliau menyampaikan kabar kepada Siti Hajar bahwa Allah SWT memerintahkannya untuk menyembelih putra mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kebayang gak perasaan Siti Hajar kala mendengar kabar itu? Seorang suami yang tidak menafkahi lahir dan batin selama belasan tahun, tidak ikut serta mendidik dan membesarkan anak mereka, tiba-tiba datang membawa kabar duka. Hanya wanita super solehah yang bisa menerima semua itu dengan ikhlas.

Khadijah binti Khuwailid istri Nabi Muhammad SAW. Ketika sang suami sedang gundah gulana dan ingin menyepi ke gua Hira, Khadijah tanpa banyak bunyi langsung menyetujui. "Pergilah suamiku jika hal itu bisa mengobati kegalauanmu". Kira-kira begitulah Khadijah merestui keberangkatan suaminya yang sejenak ingin menjauhi hingar-bingar jahiliyahnisme yang sedang merebak di kota Mekkah.

Semudah itu Khadijah melepas kepergian sang suami. Padahal bisa jadi didalam hati kecilnya ia sangat memerlukan sosok suami. Anak-anak mereka masih kecil, belum lagi direpotkan dengan perniagaan. Otomatis saat suami pergi berbulan-bulan untuk menyepi, Khadijah mesti merawat anak sekaligus meng-handle urusan bisnis seorang diri.

Baca Juga: Aisyah dan Pernikahan Zaman Dahulu

Sepulangnya dari gua Hira, sang suami memberi tahu istrinya jika telah mendapat mandat dari Allah SWT sebagai Nabi dan Rasul. Tanpa banyak tanya, Khadijah menjadi orang pertama yang menerima Islam. Maka dimulailah periode penuh cobaan. Keluarga mereka mulai dimusuhi, dikucilkan, bisnis yang tadinya berkembang pesat diboikot oleh orang-orang Quraisy yang memusuhi dakwah suami Khadijah.

Pasutri yang semula begitu dihormati dan disegani, mendadak jadi bahan bully-an penduduk seantero kota Mekkah. Tak jarang Khadijah harus membersihkan luka dan kotoran dibadan suaminya akibat perbuatan orang-orang yang memusuhi dakwah baginda Rasulullah. Seringkali Khadijah ikut tampil kedepan untuk melindungi sang suami yang sering dicaci maki karena melarang penduduk Mekkah menyembah berhala Latta dan Uzza. Khadijah percaya penuh akan kerasulan sang suami. Dengan harta dan status ningrat yang dimiliki, ia mencoba sekuat tenaga melindungi dakwah Rasulullah yang sedang getol menyebarkan kalam illahi.

Membaca kisah istri Nabi Ibrahim AS dan istri Nabi Muhammad SAW harus disertai dengan pemahaman yang kuat akan tauhid. Bahwa semuanya itu dilakukan karena percaya akan ke-esa-an Allah SWT. Tanpa iman seseorang bisa keluar dari islam, lalu menganggap kisah tadi cuma karangan belaka. Terbahak-bahak tertawa padahal ia tak memahami essensi Islam yang sesungguhnya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU