Inovasi Baru Bedah Robotik, Ikhtiar Pemerataan Layanan Kesehatan

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Jumat, 01 Jul 2022 22:33 WIB

Inovasi Baru Bedah Robotik, Ikhtiar Pemerataan Layanan Kesehatan

i

operation-g472c02f04_1920

Optika.id - Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Ketahanan Industri Obat dan Alat Kesehatan, Laksono Trisnantoro menilai jika pemerintah memiliki kewajiban pemerataan pelayanan kesehatan. oleh sebab itu, guna mewujudkan tujuan tersebut pemerintah mencoba menerapkan program bedah robotic jarak jauh atua robotic telesurgery.

Pemerintah punya kewajiban mewujudkan pemerataan kesehatan di Indonesia melalui beberapa program, salah satunya dengan gagasan robotic telesurgery, urai Laksono, dalam keterangan pers yang diterima Optika.id, Jumat (1/7/2022).

Baca Juga: Pengamanan Ketat Dilakukan Polresta Sidoarjo Untuk Bus Tujuan Bali

Menurut Laksono, bedah robotik jarak jauh ini adalah tindakan operasi medis dnegan posisi operator yang mengendalikan console lengan robot yang berbeda tempat dengan pasiennya. Konteks beda tempat ini bisa dalam satu rumah sakit, berbeda pulau, negara, maupun benua.

Lebih lanjut, bedah robotik jarak jauh ini dikendalikan secara remote. Tentunya, posisi dokter dalam robotic telesurgery dinilai begitu ergonomis dan tidak melelahkan.

Laksono mengklaim jika gerakan instrument robotik ini sangat fleksibel sehingga memiliki derajat kebebasan gerak sejumlah tujuh arah, sehingga dokter bedah tidak perlu repot-repot datang dan berdinas ke daerah terpencil, daerah konflik, atau daerah bencana untuk dapat melaksanakan pembedahan kompleks yang tidak dapat dilakukan oleh dokter bedah di daerah-daerah tersebut.

Untuk jenis operasi yang bisa dilakukan oleh robotic telesurgery ini ialah bedah thoraks atau pembedahan jantung dan paru, bedah urologi atau pembedahan pada ginjal, kandung kencing, dan prostat, bedah digestis atau pembedahan appendektomi, kolesistektomi, reseksi kolon, pembedahan bariatric, reseksi pancreas, liver dan limpa, serta pembedahan ginekologi berupa myoma uteri, kista ovarium dan endometriosis.

Untuk mendukung bedah robotic jarak jauh ini, menurut Laksono, sejak Maret 2022 Kementerian Kesehatan telah memberikan pelatihan ke sejumlah dokter bedah di Indonesia untuk mensosialisasikan robotic telesurgery ini.

Pelatihan yang dilakukan Kemenkes untuk para dokter ini menggunakan simulator yang mana satu dokternya dilatih dalam waktu 20 jam dengan dua jam per harinya mereka harus menyelesaikan tugas-tugas yang ada di simulator. Dalam pelatihan ini, para dokter tersebut diharuskan mengerjakan 14 tugas untuk melatih keterampilan tangan dan visual mata para dokter.

Kemenkes menargetkan dokter yang dilatih dalam program ini sebanyak 60 dokter dalam setahun.

Baca Juga: Menilik Tantangan Kesehatan di Indonesia Saat Ini

Sementara itu, Reno Budiman selaku dokter spesialis bedah digestis Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung menilai jika bedah robotik ini merupakan perpanjangan tangan dari dokter bedah akan tetapi dengan akurasi yang lebih tinggi.
Menurutnya, robot yang digunakan ini mempunyai gerakan yang lebih presisi dan akurat. Kemudian, pembedahan robotic ini dilakukan dengan risiko luka sekecil mungkin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Akan tetapi, pembedahan robotik jarak jauh ini hanya bisa dilakukan pada stadium awal penyakit seperti tumor stadium awal. Jika penyakit tersebut sudah menyebar maka metode bedah robotik ini akan sulit untuk diterapkan.

Robot dikendalikan operator dan itu harus seorang dokter spesialis bedah, lanjut dia.

Dia menambahkan jika bedah robotic jarak jauh merupakan proyek jangka panjang. Roadmap yang dijalankan oleh Kemenkes saat ini baru saja dalam tahap pelatihan dokter bedah yang menggunakan simulator.

Adapun langkah berikutnya adalah latihan menggunakan hewan percobaan, setelah itu dilaksanakan uji kelayakan sambil terus mengembangkan fasilitas telesurgery-nya.

Baca Juga: Menkes Imbau Waspada Penularan Covid-19 Jelang Libur Nataru

Jangkauan telesurgery ini tergantung pada kemampuan bandwidth dari telekomunikasinya. Selama bandwidthnya bagus bukan tidak mungkin dokter operasi di Jakarta pasiennya di Indonesia Timur, tutup Reno.

Reporter: Uswatun Hasanah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU