Hindari Rasisme dan Stigmatisasi, WHO Ubah Nama Monkeypox Jadi Mpox

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Rabu, 30 Nov 2022 21:17 WIB

Hindari Rasisme dan Stigmatisasi, WHO Ubah Nama Monkeypox Jadi Mpox

i

monkeypox-g98a8cc584_1920

Optika.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (28/11/2022) telah mengubah nama penyakit monkeypox (cacar monyet) menjadi Mpox sebab khawatir dengan stigmatisasi dan rasisme yang beredar di masyarakat apabila mempertahankan nama cacar monyet atau monkeypox.

Adapun penamaan yang baru tersebut bakal digunakan secara bersamaan dan serempak sedangkan nama yang lama secara bertahap bakal dihapus, ujar WHO dalam rilis resminya, Rabu (30/11/2022).

Baca Juga: Epidemiolog Minta Waspada Transmisi Lokal Cacar Monyet

Tujuan masa transisi untuk adopsi nama baru penyakit tersebut yakni mengurangi rasa khawatir seperti yang disampaikan oleh para ahli. Mereka menilai bahwa aka nada kebingungan yang terjadi disebabkan dengan perubahan nama di tengah wabah global yang sedang berlangsung saat ini.

"Ketika wabah cacar monyet meluas awal tahun ini, bahasa bernuansa rasis dan menstigmatisasi terpantau menyebar di dunia maya, di lingkungan lain dan di beberapa komunitas," tulis kutipan pernyataan organisasi dunia yang berkantor pusat di Jenewa, Swiss.

WHO menjelaskan bahwa nama penyakit cacar monyet atau monkeypox dicetuskan pada tahun 1970 an ketika kasus infeksi pertama pada manusia telah terkonfirmasi. Adapun dinamakan cacar monyet sebab virus penyebab penyakit itu pertama kali ditemukan pada seekor monyet di sebuah penangkaran Denmark pada tahun 1958.

Badan kesehatan PBB kemudian mengusulkan nama Mpox guna mengikuti pedoman rilisan tahun 2015 untuk meminimalisir dampak dan efek negatif yang tidak perlu pada negara di seluruh dunia, ekonomi global, dan masyarakat ketika menamai penyakit menular baru pada manusia.

Baca Juga: Siaga Hadapi Ancaman Pandemi di Masa Depan

Pedoman tersebut mengatur sejumlah rekomendasi untuk menghindari nama-nama yang mengacu pada hewan, lokasi geografis suatu wilayah atau negara, dan kelompok etnis tertentu seperti sindrom pernafasan Timur Tengah, dan flu babi. WHO menegaskan bahwa nama penyakit harus terdiri dari istilah deskriptif generik berdasarkan gejala yang ditimbulkannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Badan kesehatan dunia itu mencatat, Mpox mulai menyebar di luar Afrika tengah dan barat, yang menjadi tempat endemiknya pada Mei lalu. Kemudian, hingga Sabtu (26/11/2022), sebanyak 81.107 kasus mpox dan 55 kematian akibat penyakit itu di 110 negara dan wilayah telah dilaporkan ke WHO pada tahun ini, terutama pada pria yang berhubungan seks dengan pria.

Meskipun masih belum pasti penyebab utamanya, hewan pengerat tampaknya menjadi pembawa alami virus tersebut, urai keterangan tertulis dari WHO.

Baca Juga: Kesenjangan Belajar Siswa Indonesia Diakibatkan Kerentanan Berlapis, Apa Solusinya?

Reporter: Uswatun Hasanah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU