Hati-Hati Kecanduan Gawai pada Anak Bisa Rusak Mental

author Jenik Mauliddina

- Pewarta

Minggu, 31 Jul 2022 19:36 WIB

Hati-Hati Kecanduan Gawai pada Anak Bisa Rusak Mental

i

15fc98d7cf474d982665c0fd369c2b9f

Optika.id - Psikolog Prof Seto Mulyadi yang akrab disapa Kak Seto mengingatkan agar anak tak sampai kecanduan gawai. Kecanduan gadget (gawai) pada anak bisa menyebabkan gangguan mental jika tak segera diatasi.

Menurut Kak Seto, anak yang kecanduan gawai bisa tiba-tiba marah ketika sinyal susah atau kuota habis. Itu karena mereka merasa seolah tidak terpenuhi kenikmatan dan kenyamannya.

Baca Juga: Herry Wirawan Predator Seksual Bukan Seorang Guru

"Bahkan, ada yang sampai dirawat di rumah sakit jiwa," kata Kak Seto, Minggu (31/7/2022).

Gangguan mental terkait kecanduan gawai dapat terjadi karena sesuatu yang dinikmati dan membuat anak merasa nyaman tiba-tiba hilang secara mendadak. Kondisi itu bisa menimbulkan anak-anak stres.

"Dia tidak bisa belajar sosial, tidak bisa melihat bagaimana pergaulan," jelas Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) itu.

Lebih lanjut, Kak Seto menjelaskan ada beberapa kondisi yang harus diwaspadai oleh orang tua saat anak kecanduan gawai. Apabila anak sudah sulit untuk diatur, mengganggu pola makan, ibadah dan waktu belajar, hal tersebut perlu diwaspadai. Apalagi, jika mood sang anak sulit untuk dikendalikan jika dijauhkan dari gawai.

"Kalau anak sudah mulai nggak teratur. Kalau makan, nggak makan. Kalau ibadah, tidak. Waktunya belajar juga tidak. Terus main gadget. Kadang mengurung diri di kamar. Atau uring-uringan. Marah-marah, nah itu sudah harus waspada. Ada sesuatu yang tidak beres pada jiwa anak," kata Kak Seto.

Jika anak sudah mengalami hal tersebut, Kak Seto menyarankan agar orang tua dapat meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak. Dengan demikian, hubungan persahabatan antara orang tua dan anak pun dapat terjalin sehingga anak tak hanya terfokus pada gawainya saja.

Baca Juga: Siapkan Fitur Baru, WhatsApp Saingi Discord

Kak Seto merekomendasikan untuk membiasakan menggelar rapat keluarga atau mengobrol bareng dengan asyik. Hindari sekadar memberikan perintah saja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Tapi mulai dengan sekarang ayah dan bunda mau dengar apa yang menurut kalian kami salah? Gitu," kata Kak Seto.

Dengan dialog, menurut Kak Seto, maka terjalin persahabatan. Akhirnya, anak lebih nyaman bahwa ayah sama bunda sekarang sudah berubah. Tidak seperti dulu.

"Karena itu juga tempat pelarian anak. Begitu ibunya marah, ayahnya cuek, ya sudah. Asyik banget dia dengan gadget," tuturnya.

Reporter: Jenik Mauliddina

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU