Optika.id, Surabaya – Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) Prof. Dr. Sri Sumarmi, S.KM., M.Si. menyebut bahwa kendala penurunan angka stunting salah satunya diakibatkan permasalahan regulasi dan data di tingkat daerah maupun pusat.
Prof. Mamik, sapaan akrabnya, menemukan banyak perbedaan kontras antara data stunting nasional dengan daerah saat kegiatan lapangan bersama dosen maupun mahasiswa di FKM UNAIR.
“Ketika daerah membuat perencanaan, yang dibutuhkan tentu datanya harus tahunan. Sementara Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar, red) hanya mengeluarkan data tiap lima tahun sekali,” jelasnya, Senin (8/11/2021).
Perbedaan tersebut akhirnya mengganggu proses intervensi penanganan stunting yang membutuhkan data rutin, sementara data rutin dari pemerintah pusat jauh berbeda.
Ia menyarankan pemerintah daerah untuk memakai dara rutin daerah. Namun dengan syarat, proses pengukuran dan analisis harus dilakukan dengan benar dan alat terstandar.
“Masalahnya, banyak daerah atau posyandu yang belum punya alat sesuai standar. Begitu pula dengan praktik pengukurannya yang masih seringkali tidak tepat,” imbuhnya.