Febriyanti: Penonton TV Merosot Sementara YouTube Menguat

author Seno

- Pewarta

Sabtu, 25 Jun 2022 03:31 WIB

Febriyanti: Penonton TV Merosot Sementara YouTube Menguat

i

IMG-20220624-WA0044

Optika.id. Surabaya. Saat ini audiens televisi (TV) semakin merosot sementara You Tube makin menguat dan berkembang, urai Syafrida Nurrachmi Febriyanti, saat mempertahankan disertasi doktoralnya di depan Sidang Ujian Terbuka Doktor (UDT), di ruang R Adi Sukadana, Fisip Universitas Airlangga (Unair), Jumat, 24/6/2022. UDT itu berlangsung mulai pukul 09.00 hingga 11.30 WIB secara luring dengan Ketua Dewan Penguji Prof Dr Yusuf Irianto, Drs. M.Com. UDT untuk Febri, sapaan akrab Safrida N.F, secara luring pertama kali bagi Fisip Unair itu, setelah masa pandemi 2 tahun.

Febri, dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Surabaya itu, menguraikan hasil survei Global Web Index terhadap 391.130 responden di 41 negara untuk mengetahui pola konsumsi media. Survei sejak 2014 itu menghasilkan temuan menarik yaitu dari 33 negara yang disurvei , audiens TV mengalami penurunan di 29 negara, termasuk Indonesia. Di sisi lain, penonton TV online (termasuk YouTube) naik di 28 negara. TV konvensional hanya tumbuh di negara dengan populasi lansia yang banyak, seperti pada sebagian negara Eropa dan Jepang.

Baca Juga: Tiktok Munculkan Fitur Video Horizontal! Akankah Menyaingi Youtube?

Penonton TV terbesar di negara Eropa dan Jepang itu adalah masyarakat berusia lebih dari 50 tahun. Padahal pengiklan mengincar masyarakat berusia produktif dan punya uang untuk dibelanjakan. Ditahun 2019, Public Kompas.com mengeluarkan data tentang iklan digital jauh lebih besar dibandingkan iklan TV konvensional.

Menurut Febri di Indonesia iklan TV cenderung menurun dan macet, sementara iklan digital melesat terus. Sekitar 2018 ke 2019 pertumbuhan iklan digital di Indonesia mencapai 26 persen dengan nilai Rp 36,5 triliun. Pertumbuhan iklan itu dipicu pemilikan ponsel pintar sangat pesat sekali selama 5 tahun terakhir. Menurut AC Nielsen peningkatan pemilikan ponsel mencapai 250 persen. Di sisi lain waktu masyarakat untuk media digital naik rata-rata 2 jam 26 menit menjadi 3 jam 20 menit perhari.

Riset tentang Anak Muda Pengguna YouTube Post TV

Atas dasar fenomena di atas itulah Febri meneliti tentang perilaku anak muda dalam mengkonsumsi You Tube di era Post TV. Audiens anak muda mengkonsumsi YouTube dianalisis dalam dua teori yaitu ekonomi politik dan cultural studies (CS). Teori CS menyatakan kehadiran media digital tidak lagi menjadikan hubungan audiens dan media dalam posisi tidak berimbang. Ada kesadaran audiens untuk tidak menjadi obyek tetapi berubah menjadi subyek yang bersifat partisipatif dan kontributif terhadap kanal YouTube.

[caption id="attachment_30362" align="aligncenter" width="788"] Prof Rachma Ida memberi ucapan selamat kepada Febri. Foto Optika.id[/caption]

Sementara kajian ekonomi politik memandang audiens sebagai free labour yang menghasilkan nilai surplus untuk kepentingan pemilik media sehingga audiens masih berada pada posisi subordinasi, tereksploitasi, dan teralienasi.

Baca Juga: MrBeast Jadi Raja YouTube Dengan Subscriber Terbanyak Lampaui PewDiePie

Terjadi Pergeseran Peran

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Febri ternyata saat ini telah terjadi pergeseran peran dan posisi audiens sebagai pekerja digital dari era TV ke arah Post TV. Di lapangan Febri menemukan bahwa audiens telah mengalami eksploitasi berlapis sebagai free-labour pada platform YouTube. Audiens tidak hanya bekerja pada korporasi kapitalis yang menjual kata-kata pribadi audiens pada pengiklan, mereka juga menjadi tulang punggung korporasi kapital melalui konten-konten video yang mereka produksi.

Selain itu audiens juga bekerja untuk audiens lain yang menjadi kreator konten. Namun ketika anak muda sebagai audiens bekerja di platform digital, mereka tidak hanya menerima dan memproduksi makna yang mereka suka. Mereka bisa memutarbalikkan makna, membengkokkan konten berhak cipta hingga seringkali menghasilkan counter-discourse untuk menunjukkan makna pilihan sendiri. Meski mereka tidak bisa lepas dari platform YouTube, mereka punya cara untuk melawan dominasi yang terjadi.

Berbagai pertanyaan penguji dijawab dengan cerdas oleh Febri. Dia menguasai materi, teori, dan memberikan narasi secara tepat. Materi disertasi ditulis dengan baik dan kemudian dipertahankan dengan cerdas oleh Febri. Tidak heran kalau Sidang UDT akhirnya menyatakan Febri lulus Doktor dengan status Cum Laude (Lulus dengan Pujian).

Baca Juga: YouTube Shorts Bagikan 45% Hasil Iklan Dengan Kreator

Sidang UDT itu dihadiri pimpinan Fisip secara lengkap. Dari dekanat Fisip UPN hingga dosen Departemen Ilmu Komunikasi. Febri merupakan Doktor ke 273 di Fisip Unair.

Tulisan: Aribowo

Editor: Amrizal

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU