Eri Cahyadi Ingin Lepas dari Bayang Bayang Risma?

author optikaid

- Pewarta

Minggu, 03 Okt 2021 14:59 WIB

Eri Cahyadi Ingin Lepas dari Bayang Bayang Risma?

i

Optika: 2021, modifikasi berbagai bahan

Optika.id, Surabaya - Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, merotasi 129 pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya, Jumat (01/10/2021). Menurut Eri, langkah tersebut untuk memberikan layanan terbaik kepada masyarakat Surabaya. Kelurahan dan Kecamatan adalah ujung tombak bagi pelayanan masyarakat. Karena itu pegawai yang dirotasi harus mengubah mindsetnya, sambutan Eri saat pelantikan 129 pegawai  di Graha Sawunggaling, lantai 6, Gedung Pemerintah Kota Surabaya.

Langkah Eri mendapat perhatian masyarakat: di samping dinilai sebagai langkah cepat dan progresif juga dimaknai sebagai langkah pemimpin baru yang baik.

Surabaya membutuhkan pemimpin yang cepat, progresif, dan demokratis, kata Prof Rahma Ida, MA, Ph.D kepada Optika.id lewat telpon, Minggu (03/10/2021).

Saya melihat Eri mempunyai visi kuat tentang kemajuan Surabaya. Tidak itu saja, dia mempunyai skills dan kapabilitas untuk mewujudkan visinya, urai dosen Fisip Universitas Airlangga itu.

Eri merotasi 4 orang Kepala Dinas dan Kepala Bagian, Camat 5 orang, Lurah 30 orang, Kasi Kecamatan, Kasubag Kecamatan, Kasi Kelurahan sebanyak 76 orang dan Sekretaris Kecamatan, Badan/Dinas/Kabid sebanyak 14 orang. Dengan rotasi tersebut Eri ingin ujung tombak pelayanan kepada masyarakat semakin kuat di kelurahan dan kecamatan: wilayah paling dekat dengan masyarakat.

Rotasi atas Dasar Asesmen

Yang menarik adalah rotasi pejabat Pemerintah Kota itu dilakukan berdasarkan sistem asesmen dan mengikutkan pihak ketiga untuk menentukan dan menempatkan jabatan seseorang. Sebenarnya Eri dengan Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatana) bisa lakukan sendiri rotasi staf Pemkot, tetapi ternyata dipilihnya ada sistem asesmen dan mengikutkan pihak ketiga.

Menurut Rahma Ida, organisasi besar memang memerlukan manajemen yang akuntabel, transparan, dan demokratis.

Setiap penempatan jabatan di lingkungan Pemkot bagus kalau ada asesmen dan pihak ketiga, kata Rahma Ida.

Hasil asesmen bisa meminimalisir unsur like dan unlike. Lebih dari itu ada ukuran kuat kesesuaian kapabilitas seseorang dengan jabatan yang dipegangnya, uranya lebih lanjut.

Senada dengan pendapat Rahma Ida, peneliti Pusat Studi Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (PuSDeHam) Arif Afandi menyatakan bahwa pengalaman matang Eri di birokrasi, utamanya di Bappeko (BadanPerencanaan dan Pembangunan Kota), memberikan pengaruh kuat langkah-langkahnya yang bagus itu.

Saya melihat Eri secara cepat mengisi kekurangan program yang belum sempat dikerjakan oleh Risma. Bidang kesejahteraan masyarakat, percepatan dan peningkatan kualitas pelayanan, komunikasi politik dikerjakan oleh Eri, urai Andi (panggilan akrab Arif Afandi) saat memberikan keterangannya melalui WhattsApp ke Optika.id, Minggu (03/10/2021).

Infrastruktur tetap diteruskan, namun membangun kualitas manusia Surabaya semakin diperkuat. Ada sosial, budaya, dan transportasi, katanya lebih rinci.

Memperkuat Identitas Kepemimpinanya

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saat ditanya lebih dalam tentang langkah-langkah Eri sejak 2020, Andi mengatakan bahwa kelebihan Eri dibandingkan Risma adalah kemampuan komunikasi politik dengan berbagai elemen masyarakat.

Menurut Andi pada Rabu (15/09/2021) ada 10 parpol (partai politik) mendatangai rumah dinas Walikota Eri Cahyadi. Saat itu 10 parpol menyerbu rumah dinas Eri untuk menyatakan dukungan dan apresiasinya dalam menangani pandemic Covid 19 di Surabaya.

Peristiwa itu sangat menarik, 8 parpol itu kan mengusung Machfud Arifin saat pilwali lalu, tapi belum setahun Eri berkusa sudah bagus komunikasinya sehingga kompetisi pilwali tidak tampak lagi. Itu tidak terjadi saat Risma menjadi walikota, kata Andi.

Seperti kita ketahui, Rabu (15/09/2021) ada 10 parpol datang ke rumah dinas Eri Cahyadi. Adapun 10 parpol tesebut meliputi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Demokrat dan Partai Nasional Demokrat (NasDem).

Perwakilan 10 parpol yang hadir meliputi Adi Sutarwijono (Ketua PDIP Surabaya), Sutadi (Ketua Gerindra Surabaya), Arif Fathoni (Ketua Golkar Surabaya), Johari Mustawan (Ketua PKS Surabaya), Mahsun Jayadi (Ketua PAN Surabaya), Robert Simangunsong (Ketua Nasdem Surabaya), Buchori Imron (Ketua PPP Surabaya), Musyafak Rouf (Ketua PKB Surabaya), Tjutjuk Supariono (PSI Surabaya) dan Junaedi (Sekretaris Demokrat Surabaya).

Kami apresiasi upaya-upaya wali kota dalam menangani COVID-19 di Surabaya termasuk mampu mendorong partisipasi publik untuk bahu membahu bersama pemerintah, kata Juru Bicara Silaturahmi 10 Parpol Surabaya Arif Fathoni saat pertemuan di rumah dinas Wali Kota Surabaya, Rabu, (15/9/2021).

Kemampuan komunikasi Eri tampak saat Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, berkoordinasi dengan Eri tentang rencana pembangunan transportasi satu jalur Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. Eri dengan cepat menyetujui hal tersebut. Kuat beredar pandangan masyarakat bahwa Risma, saat menjadi Walikota Surabaya, kurang akrab berkomunikasi dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Jika melihat dari rangkaian langkah yang dikerjakan Eri saya memaknai mutasi 129 staf Pemkot dengan cara asesmen dan pihak ketiga itu sebagai pernyataan Eri untuk mengambil jarak dengan model kepemimpinan Risma, kata Andi kritis. Menurut Andi sejak Walikota dipegang Eri sebagian besar staf birokrasinya masih didominasi orang-orangnya Risma.

Dengan melibatkan pihak ketiga, Eri ingin menyatakan tidak ingin mengubah orang-orangnya Risma, tetapi sebagai kebutuhan obyektif pelayanan dan aspek kapabilitas semata-mata. Apalagi itu hasil asesmen, pihak ketiga, keterangan Andik lebih detil.

Secara analitis Andik menganggap hal yang wajar setiap pemimpin ingin menyatakan jati dirinya. Jati diri sebagai pemimpin yang mempunyai visi yang baik untuk Surabaya.

Memang pemimpin yang baik pada umumnya harus lepas dari bayang-bayang pemimpin masa lalu, simpulan Andik yang dosen Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya itu.

Aribowo

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU