Economic Art Festival: Kasetyaning Budaya

author Seno

- Pewarta

Sabtu, 19 Nov 2022 19:49 WIB

Economic Art Festival: Kasetyaning Budaya

i

IMG-20221118-WA0080

[caption id="attachment_34017" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Nanang Purwono[/caption]

Optika.id - Anak-anak muda milenial, yang berstatus mahasiswa, tampil etnis dengan busana hitam berbalut kain batik pada bagian bawah di lingkungan Balai Pemuda Surabaya pada Jumat siang, 18 November 2022. Mereka sibuk sebagai panitia penyelenggaraan kegiatan Economic Art Festival dengan tema Kasetyaning Budaya, yang dihelat oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Baca Juga: Selama 10 Tahun Kota Surabaya Tidak Punya Wali Kota

Selain ada pentas seni, juga digelar pemeran UMKM dan kuliner serta pameran lukisan. Pentas seni dan UMKM diadakan di teras gedung pamer Balai Pemuda. Sedangkan pameran lukisan dihelat di ruang galery DKS Surabaya.

Hadir dalam acara pembukaan pada jumat sore, 18 November 2022 adalah Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unesa, Dr. Anang Kistyanto, S.Sos., M.Si dan Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, Dra. A.H.Thony, M.Si. Bertempat di ruang pamer Balai Pemuda, AH Thony, yang didapuk memberi sambutan memuji dan bangga dengan apa yang dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unesa dalam gelaran ini.

[caption id="attachment_47711" align="aligncenter" width="788"] Ketua BEM FEB Unesa Bima, AH Thony, Dr. Anang dan kedua kurator pameran. Foto: Nawi[/caption]

Ini sungguh kegiatan yang luar biasa, Radikal, karena Fakultas Ekonomi dan Bisnis menyelenggarakan kegiatan yang berbasis budaya dengan tema 'Kasetyaning Budaya'," ungkap AH Thony dengan heran.

Sesungguhnya, mengambil peran dalam pelestarian nilai nilai budaya dan kearifan lokal adalah hak siapa saja: insan dan lembaga, yang ada di kota Surabaya. Namun, yang dilakukan oleh BEM FEB Unesa tidak biasa. Mereka mengusung tema budaya untuk aksi kreativitas ekonomi.

Kegiatan semacam ini sudah menjadi tradisi BEM. Biasanya, kami menggelar pentas seni musik. Kali ini berbeda. Kami mengusung konten budaya mulai dari kuliner, busana bermotif batik hingga seni rupa," jelas Bima Yunka Pratama, Ketua BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Unesa.

Berbicara dan beraktualisasi ekonomi dan bisnis tidak harus terjebak dalam format pameran UMKM. Dengan berpijak pada seni budaya serta kearifan lokal sebagai ekspresi kegiatan, maka aktivitas UMKM, yang menjadi wadah student-preneurship, akan semakin marak.

Ada 30 stans dalam pameran ini. Mereka adalah pelaku pelaku ekonomi, UMKM, dari Surabaya yang menyajikan aneka jajanan dan makanan kekinian. Tidak ketinggalan makanan khas Surabaya yang melegenda. Yakni semanggi Suroboyo. Wakil Ketua DPRD AH Thony dan Dekan FEB Dr. Anang Kistyanto, menyempatkan diri mampir ke stan makanan tradisional yang masih dilestarikan di kecamatan Benowo, Surabaya.

Makanan khas Surabaya ini patut dilestarikan dan diberi tempat dalam perhelatan UMKM seperti ini," ujar AH Thony yang memesan sepincuk kudapan semanggi.

Pameran Seni Lukis

Di tempat terpisah, tetapi masih di lingkungan Balai Pemuda, tepatnya di ruang galery DKS, digelar pameran lukisan. AH Thony, yang didampingi Anang, dipersilakan untuk menggunting pita sebagai tanda dibukanya secara resmi pameran lukisan. Tema tema yang diusung dalam setiap karya seni lukis ini adalah wayang.

[caption id="attachment_47712" align="aligncenter" width="788"] Meninjau stan pameran UMKM.[/caption]

Berdasarkan pengertian atau makna kata wayang, maka wayang dapat diartikan sebagai bentuk tiruan (bayang bayang) manusia, yang terbuat dari kulit, yang melambangkan berbagai watak, manusia.

Baca Juga: Karya HP Berlage: Gedung Singa dan Mijn Indiesche Reis

Dalam interaksi sosial ekonomi, disana tidak lepas dari beragam perwatakan manusia. Ada orang jujur, ada orang jahat sebagai pelaku pelaku ekonomi dimana pun di muka bumi ini. Dari perwatakan manusia itu, tentu perilaku yang baiklah yang layak ditiru dalam interaksi sosio ekonomi secara nyata kelak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Ketua BEM FEB Unesa, Bima Yunka Pratama, para peserta pameran seni lukis ini sifatnya partisipatif. Mereka menyumbangkan karyanya untuk kegiatan seni budaya yang bertema Kasetyaning Budaya (Kesetiaan pada Budaya). Ada sekitar 20 karya yang dipamerkan mulai Jumat hingga Minggu (18-20 November 2022).

Jalur Rempah

Melihat geliat mahasiswa yang peduli seni budaya, meski mereka berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, AH Thony, inisiator Raperda Pemajuan Kebudayaan dan Kepahlawanan Kota Surabaya, mengajak Dekan FEB Unesa, Dr. Anang, dalam menggaungkan isu Jalur Rempah yang tengah diperjuangkan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk mendapat pengakuan dunia melalui UNESCO. Yakni pengakuan dunia bahwa rempah rempah adalah milik Nusantara. Jalur Rempah adalah milik Indonesia.

Untuk mendapat pengakuan itu, ada lima pilar yang menjadi platform diplomasi. Rempah rempah tidak hanya diperkenalkan dalam bentuk komoditas fisik rempah seperti cengkeh, kayu manis, pala dan lada. Tapi melalui lima pilar rempah. Yakni melalui seni, budaya, kuliner, ramuan dan fashion.

Menurut AH Thony, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) sebagai payung besar sebuah institusi layak sebagai penggerak intelektual dalam memperkenalkan rempah rempah melalui lima pilarnya: seni, budaya, kuliner, ramuan dan fashion.

Unesa memiliki program program pendidikan yang bersentuhan dengan kelima pilar itu. Ada program studi S1 Pendidikan Tata Boga Boga yang terkait dengan kuliner," kata Dr. Anang, Dekan FEB Unesa.

Baca Juga: Tingkatkan Nasionalisme Mahasiswa, Unesa Gelar Pelatihan Bela Negara Bagi Mahasiswa ADIK Papua

Dikutip dari laman UNESA, unesa.ac.id, fakultas dan program studi yang terkait dengan lima pilar Rempah adalah Prodi S-1 Pendidikan Tata Busana yang terkait dengan fashion. Juga ada Fakultas Seni dan Industri Kreatif, dan Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Saya kira Unesa sebagai payung besar bisa mulai menginisiasi dalam andil sosialisasi Rempah Rempah yang menjadi program pemerintah pusat, yang ada di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)," tambah AH Thony.

Sosialisasi Rempah Rempah tidak harus menunjukkan produk rempahnya seperti cengkih, kayu manis, lada dan pala, tapi cukup melalui lima pilarnya, maka diharapkan masyarakat dapat mengenalnya (rempah-rempah).

Di tangan para mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, produk-produk dari lima pilar ini dapat menopang lahirnya kreativitas masyarakat yang berujung ekonomi," pungkas AH Thony di ruang kerjanya ketika berdiskusi bersama Dekan FEB Unesa dalam melihat peluang dan potensi nasional yang bisa dimulai dari Surabaya.

Penulis: Nanang Purwono (Pegiat Sejarah Surabaya/Begandring Soerabaia)

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU