Di San Francisco Ketemu Orang Surabaya

author optikaid

- Pewarta

Kamis, 25 Nov 2021 04:50 WIB

Di San Francisco Ketemu Orang Surabaya

i

Di San Francisco Ketemu Orang Surabaya

[caption id="attachment_8166" align="alignnone" width="300"]Oleh: Cak A. Cholis Hamzah Oleh: Cak A. Cholis Hamzah[/caption]

Optika.id. Surabaya. Jujur waktu saya keliling ke luar negeri tahun 1980 an masih menjadi orang ndeso.  Terpana kemajuan negara lain yang lebih maju dari Indonesia. Maklum, saya generasi yang dilahirkan pada tahun 1950 an: menyaksikan persoalan kemiskinan dengan mata kepala sendiri.

Jakarta sebagai ibukota negara pada tahun 1970an, disebut orang Barat sebagai the Big Village atau Kampung Besar yang kondisinya masih kumuh. Di kota Kelahiran saya Surabaya masih di penuhi kampung yang kumuh di berbagai sudut. 

Waktu saya mengikuti program pertukaran pemuda ASEAN Jepang tahun 1982 saya saksikan sendiri, seluruh peserta dari negara-negara lain (masing-masing Negara di wakili 35 orang) hampir sebagian besar punya telpon rumah. Hal itu tertulis di buku profil peserta. 

Hanya 2 Orang punya Telpon

Peserta dari Indonesia hanya 2 orang yang punya telpon rumah, itupun mereka yang di Jakarta. Dengan pengalaman kejiwaan seperti itu, saya jadi orang ndeso yang plonga-plongo. Kagum lihat kondisi kota di berbagai negara maju. 

Kekaguman itu saya alami pula saat kuliah di Inggris. Soal gedung gedung tinggi, soal kebersihan, kedisiplinan, kemajuan teknologi dan sebagainya. Saya merasa heran dan takjub.

Ditahun 1960-1980an saat kita ke luar negeri jarang bertemu orang Indonesia. Biasanya hanya para pejabat yang bertugas ke luar negeri atau mahasiswa yang belajar di luar negeri atau pengusaha yang berdagang di pasar internasonal. Jumlah mereka sedikit sekali,bisa dihitung dengan jari. 

Saat pertama saya ke luar negeri, merasa sedih kalau melihat TV acara ramalan cuaca. Kota-kota besar di dunia disebut kondisi cuacanya, namun tidak disebut kota Jakarta. Saya sedih karena Indonesia yang besar itu tidak dikenal. Orang asing hanya mengenal 2 hal yaitu kata Bali dan Sukarno. 

Mereka hanya Kenal Bali dan Soekarno

I am from Indonesia, maka jawaban orang asing Bali, Sukarno. Sampai tahun 1987 pun ketika saya belajar di University of London, Inggris, jumlah mahasiswa Indonesia hanya beberapa saja, sedangkan mahasiswa dari Malaysia disatu kota bisa ratusan.

Sekarang sudah berubah. Dari segi wisatawan, missal, saya melihat sudah banyak wisatawan atau pelajar dari Indonesia di kota-kota Eropa, Amerika dan Australia. Memang jumlah kita masih kalah dengan Malaysia, Pilipina dan Cina. 

Berbagai kemajuan Indonesia menyebabkan banyak orang mampu melancong ke luar negeri. Bahkan cucu saya sekitar 7 tahun lalu, masih sekolah di SD Muhammadiyah Sidoarjo, study tournya ke Malaysia. 

Disaat Eropa menerapkan kebijaksanaan lockdown karena pandemi Corona 2020, wartawan TV yang menanyakan keuntungan kepada pedagang souvenir di Paris, pedagang itu mengatakan rugi karena tidak ada wisatawan yang datang dari Amerika, Cina, dan Indonesia. Nama Indonesia sudah disebut. Siaran ramalan cuaca di stasiun-stasiun TV dunia seperti CNN, CNBC, ABC, BBC, CCTV, RT, dan TRT sudah menyebut kota Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ketemu Orang Surabaya di San Francisco

Bulan November 2016 saya dan Aribowo, dosen FISIP Unair, berjalan-jalan menyusuri jalan ramai didekat jembatan Golden Gate San Francisco Amerika Serikat. Di sana banyak toko-toko yang berjualan cinderamata dan depot-depot makanan.

Kami kaget disapa 3 orang penjualnya.

Dari Indonesia ya? sapa mereka dengan akrab. Para penjual itu ternyata dari Surabaya, Jember dan Malang. Orang Indonesia sudah jualan di sana.

Di Las Vegas, kami berdua kebetulan satu kamar di hotel. Rata-rata di dalam hotel di  Las Vegas, ada tempat perjudian yang mau tidak mau harus kita lalui. Diantara ratusan mesin judi ada banyak depot makanan atau toko kecil yang menjual minuman, T-Shirt, souvenir dan sebagainya. 

Salah satu toko kecil yang kami kunjungi, memasang poster memanjang dari atas ke bawah dan di belakang kursi kasir berisi tulisan terima kasih dari berbagai negara. Pakai huruf besar: Thank You, Danke, Arigato, Salamat po, Syukran, Merci, Gracia dan ternyata ada kata TERIMA KASIH

Kontan kami berdua kagum. Kami saling berguman wah banyak orang Indonesia berkunjung di sini ya. Kami tentu tidak tahu apakah orang Indonesia yang datang di Las vegas itu hanya wisatawan yang tolah-toleh seperti kami, melihat-lihat pemandangan saja, atau datang khusus untuk berjudi.

Di atas semua itu saya bangga karena orang Indonesia sekarang sudah bisa ditemui dimana-mana di dunia ini.

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU