Di Rusia Makan di Warteg Pakai Gadget

author optikaid

- Pewarta

Minggu, 07 Nov 2021 13:27 WIB

Di Rusia Makan di Warteg Pakai Gadget

i

Di Rusia Makan di Warteg Pakai Gadget

Optika.id. Surabaya. Perkembangan kehidupan di Rusia saat ini relatif sama dengan negara Eropa Barat. Pola kehidupan masyarakat serba modern dan terbuka. Sebagian besar kehidupan di Rusia sudah menggunakan teknologi digital. Apalagi di kota besar macam Moscow dan St Petersburg.

 Semuanya serba digital saat ini. Berbagai bidang kehidupan pakai gadget, tutur Joaquim Rohi. Inyo (sapaan akrabnya) adalah Arek Suroboyo yang sedang studi di Politologia, RUDN (Rossiysskiy Universitet Druzhby Narodov Universitas Persahabatan Bangsa-Bangsa Russia) University, Moscow. Dulu, bernama Universitas Patrice Lumumba, yang dibangun untuk menampung mahasiswa dari negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang baru merdeka. RUDN juga membidani pembangunan Rumah Sakit Persahabatan di Jakarta.  

Inyo mengisahkan gampangnya kehidupan sehari-hari di Moscow. Jika ingin mengelilingi Moscow, melihat ibu kota Rusia dari pinggir atau tengah kota bisa pakai bus, trem (Light Rail Transit atau LRT), dan kereta api bawah tanah. Pembayarannya melalui kartu atau hp (hand phone atau mobile). Orang melakukan pembayaran dan top up saldo, juga membayar bus-trem dengan tapping(ketukan atau gesek), melalui hp. Mesin pembayaran sensitif, jadi tapping kartu dan gadget tak perlu menempel pada mesin atau contactless

Bagi pengguna kereta bawah tanah (Metro), ada perbedaan tarif antara pengguna tiket sekali jalan (karcis merah 57 Rubel sekali jalan) dan Troika (kartu isi ulang 42 Rubel sekali jalan). Satu lagi, kartu khusus yang disebut Sosialnaya Karta, bisa dimiliki pelajar dan para pensiunan. 

Sosialnaya Karta untuk Semua Transportasi Publik

Dengan kartu ini, orang bisa melakukan abonemen (685 Rubel per tanggal 1 hingga akhir bulan), untuk semua moda transportasi pbulik. Tentu saja lebih murah daripada model isi ulang Troika. Abonemen sebaiknya dilakukan di awal bulan, karena setiap tanggal 1 bulan baru, semua orang harus lakukan abonemen ulang.

Di Rusia sekolah dan Universitas melakukan kerjasama dengan Kantor Layanan Masyarakat Mai Dokumenti (di Indonesia tak ada padanannya, meski mungkin layanan ini ada di PT Pos), yang ada di banyak tempat. Untuk mahasiswa, mereka melapor dan isi blanko di Mai Dokumenti. Lalu Mai Dokumenti akan menghubungi Universitas tempat kita terdaftar, jika semua beres, kita hanya akan menunggu kartu selesai dalam 2-3 minggu. 

Jika ada administrasi yang harus dilengkapi, Mai Dokumenti akan memberi selembar dokumen untuk distempel oleh pihak Universitas, lalu pihak Universitas yang menghubungi Mai Dokumenti. Apa yang harus dilakukan mahasiswa kemudian? Tinggal menunggu kartu jadi. Sesederhana itu. 

Sosialnaya Karta (Sosial Card) juga berlaku sebagai kartu diskon, selain kartu pelajar mahasiswa. Kartu pelajar dan atau mahasiswa yang dikeluarkan RUDN University, sebagaimana juga kampus lainnya, tak hanya berfungsi sebagai kartu akses asrama dan gedung kampus, tapi juga sebagai, Troika, ATM, dan kartu pembayaran di semua tempat belanja, dengan diskon khusus harga pelajar. 

Untuk akses ke museum, konser, pameran misalnya, kita bisa mendapatkan diskon dengan menggunakan Kartu Mahasiswa. Bahkan bisa masuk Kebun Binatang Moskow dengan gratis dengan menunjukkan kartu ini. Padahal tarif masuk untuk umum sebesar 800 Rubel.  

Orang Moscow mengisi Troika Card (TC) maksimal 3000 Rubel. TC semacam E-money khusus untuk transportasi Metro, Bus dan Trem di Rusia. Harga per perjalanannya bisa lebih murah dibanding beli tiket satuan (karcis merah). Pakai Troika Card sekitar 42 Rubel (sekitar Rp. 8.450), sementara beli tiket satuan sekitar 57 Rubel (sekitar Rp. 11.470) di Moscow.  Dalam kurun 90 menit, jika kita pindah moda dari Bus ke Trem, dan sebaliknya, maka kita tak perlu membayar lagi, alias gratis. 

Bus Tanpa Kenek

Kalau naik bus di Moscow nggak ada keneknya. Cukup kita tapping Troika Card atau hp lalu menyetel tujuan kita. Selesai, kata Inyo yang jebolan Fisip Universitas Airlangga.

Keliling kota Moscow yang besar itu tidak mungkin sehari bisa tuntas. Diperlukan berhari-hari. Apalagi jika berhenti di beberapa tempat wisata. Di Moscow ada Red Square, St. Basil Cathedral, GUM Department Store, State Historical Museum, Lenin Mausoleum, dan Kremlin. Red Square menjadi lokasi upacara, perayaan, juga parade militer Rusia.

Menurut Inyo saat ini jika masuk ke beberapa tempat wisata penting Moscow itu cukup tapping dengan hp saja. Pembayaran digital di Rusia, urai Inyo, sudah menjadi budaya masyarakat sehari-hari.

Di Moscow sistem transportasi sudah interconnection (saling keterkaiatan atau saling berhubungan) antara satu moda transportasi satu dengan lainnya. Tak ada tempat yang tak terjangkau oleh transportasi publik. Sistem transportasi ini memudahkan mobilitas setiap orang di Moscow. 

Nyumbang di Gereja Pakai Hp

Moda transportasinya bagus-bagus dan nyaman. Ada banyak petunjuk di dalam bus atau LRT. Penumpang tinggal memprogram perjalanannya, urainya. Menurut Inyo, moda transportasi Indonesia masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Moscow.

Di sini, sama dengan kota besar di Eropa Barat atau Amerika Serikat, tuturnya lebih lanjut. 

Tidak hanya transportasi pakai hp, masuk mall atau toko lainnya juga dengan sistem digital

Kalau ke mall, beli macam-macam, dan belanja apa pun bisa pakai hp kita, tulis Inyo. Orang tinggal membeli pulsa untuk berbagai macam kebutuhan. Termasuk di kampus, berbagai hal bisa pakai hp, tutur mantan aktivis mahasiswa ditahun 1998 itu.

Bahkan amalan di gereja juga bisa pakai hp. Persembahan di gereja yang di Indonesia diedarkan dengan 'kantong kolekte' maka di sini bisa gesek atau pakai hape itu, cerita Inyo antusias. 

Ulang Tahun di Warteg Rusia Pakai Hp

Inyo menggambarkan Moscow saat ini bukan lagi kota angker jaman Komunisme Uni Soviet. Moscow sudah seperti kota besar di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat. Modern, ramah, terbuka, dan gampang diakses.

Beberapa hari lalu saya ulang tahun, traktir makan beberapa teman di 'warteg'nya Russia, (Caikhana Fauzi, milik orang Selatan  - sebutan untuk orang Uzbekistan, Kazakhstan, Turkmenistan, Azerbaijan, dsb.) di sana bayarnya langsung dari hp, urainya. 

Caikhana sendiri artinya kedai teh. Cai teh. Tempat makan murah meriah, setara Warteg di Jakarta. Namun, tentu saja kondisinya berbeda. Di sini Caikhana masih mirip restoran dengan pilihan kursi atau sofa.  

Makanan sepiring atau sup semangkuk di Moscow, baik foodcourt mall, kedai, dll. berkisar antara 350-400 Rubel (sekitar Rp. 70.000-80.000). Sementara harga beberapa jenis vodka yang termurah ada di kisaran 250-380 Rubel. Di Moskow, harga buku dan vodka memang lebih murah dari biaya sekali makan. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun bagaimanapun, orang di Moskow terbiasa dengan mengolah masakannya sendiri. Oleh karena itu, di tempat tinggal mereka selalu ada dapur, tempat kompor, oven, microwave tersedia secara cuma-cuma. 

Anak Kos Bisa Jago Masak

Berbeda dengan konsep dengan kos di Indonesia yang lebih murni sebagai tempat istirahat. Mahasiswa yang berkuliah di Moskow, laki-perempuan dijamin pulang akan jago masak. Karena memasak itu bagian dari tradisi dan tuntutan hidup sehari-hari. 

Lagian, soal kuliner, tak ada makanan Rusia yang bisa mengalahkan kuliner Nusantara. Orang Rusia tak tahan pedas dan tak menyukai rempah-rempah. Masakan mereka biasanya hanya dibumbui garam dan merica. 

Tempat tinggal mahasiswa paling murah di RUDN University, kurang dari 1000 Rubel/bulan, atau 12000 Rubel (Rp. 2.400.000) per tahun. Harga ini ada di Blok Soviet, bangunan lama, lima lantai tanpa lift. Setiap lantai ada dapur dan kamar mandi, namun untuk mencuci dan mandi semua dikonsentrasi di basement. Mesin cuci ada di lantai dasar. 

Biasanya pada akhir pekan para mahasiswa keluar makan, selebihnya mereka memasak di Blok masing-masing. 

Air Kran Bisa Diminum

Dengan harga tersebut, seorang mahasiswa tak perlu lagi membayar biaya lain seperti air, listrik, dsb. Air kran di Moskow bisa langsung diminum. Di kampus dan gedung publik lainnya, biasanya juga tersedia kran minum. Mahasiswa cuma butuh membawa botol minum saja. 

Dengan model hidup seperti itu, biaya yang dikeluarkan oleh mahasiswa bujangan bisa ditekan menjadi lebih murah daripada di Jakarta misalnya. Soal laundry, tak usah dipikirkan. Semua mahasiswa, termasuk dari Indonesia biasa laundry 2-3 bulan sekali (150 Rubel sekali cuci 5-6 kg). 

Maklum, kita akan lebih banyak kedinginan daripada ke luar keringat selama di sini. Panas dan matahari adalah kemewahan tiada tara, yang hanya akan dijumpai di musim panas. Selebihnya, Rusia dingin, apalagi untuk ukuran mahasiswa dari Indonesia.

Selain Moskow dan St Peterseburg, sebenarnya sangat banyak kota dengan universitas dengan kualitas hampir setara. Hanya saja orang Indonesia lebih akrab dengan dua kota tersebut. Hanya saja, ada larangan tak tertulis di sini. Jangan memuji Moskow di kota, atau di depan orang, St Pestersburg, dan sebaliknya.   

 Transportasi Publik Moscow

Transportasi Publik Moscow, terkenal indah, aman, nyaman, terkonek sehingga menjangkau nyaris semua tempat, sungguh memanjakan warga, juga turut mengurai kemacetan dan mengurangi polusi.

Pada Pertemuan Transportasi Publik Global yang dihelat International Public Transport Association (UITP - Union Internationale des Transports Publics) di Montreal, 15 17 Mei 2017 lalu, Moskow menerima  penghargaan transportasi paling prestisius, sebuah  pengakuan terhadap pencapaian Moskow dalam pembangunan infrastruktur dan transportasi perkotaan, melewati kota besar lainnya di Eropa.

Pemerintah Moskow menempuh jalan panjang untuk mendapatkan penghargaan ini. Dimulai dari 2016, ketika pemerintah membangun 19 ribu lahan parkir sepeda dan 330 pos penyewaan sepeda. Pemerintah merombak sistem parkir dengan sistem pembayaran yang lebih mudah pada 81 ribu area parkir berbayar.  Biaya parkir 200 Rubel/jam.

Membangun Transportasi Publik

Sejak 2010, Otoritas Transportasi Kota Moskow telah membarui armada transportasi daratnya secara bertahap, sebagian Bus berubah menjadi Elektrobus. Hingga akhir 2016, 95 persen trem, bus, dan pengangkut Metro telah diganti secara bertahap, dan model terbarunya menelan biaya sekitar 12 miliar rubel (2,8 triliun rupiah). 

Langkah ini telah membantu mengurangi polusi udara di Moskow hingga 11 persen dalam lima tahun terakhir, sekaligus membantu mengurangi kemacetan dan kecelakaan: jumlah kecelakaan di jalan menurun 46 persen (dari 609 ribu pada 2010 menjadi 329 ribu pada 2016), sementara rata-rata kecepatan kendaraan meningkat 13 persen pada periode yang sama.

Metro (kereta bawah tanah) Moskow yang beroperasi pertama kali 1935, kini telah memiliki lebih dari 180 stasiun, yang sekaligus berfungsi sebagai museum dengan keindahannya yang terkenal seantero Eropa. Berbeda dari konsep Commuter Line di Jakarta, Metro tentu saja tidak menimbulkan kemacetan sebagaimana di Jakarta, saat kereta lewat. 

Metro di Moskow beroperasi setiap hari mulai pukul 05:25-01:00, dengan fasilitas wifi dan charger. Setiap 2 menit kereta datang di jam padat, dan 3 menit di jam longgar.  Soal charger, baik di Metro maupun Bus dan Trem juga ada. Bukankah itu kebutuhan manusia modern? 

Joaquim Rohi (Inyo Rohi) adalah mahasiswa Politologia RUDN University, Moscow. Inyo Rohi Arek Surabaya dan lulusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. Inyo adalah aktivis mahasiswa 1998. Dia salah seorang mahasiswa yang turut menjatuhkan Soeharto.

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU