Di Kairo Naik Mobil Ugal-Ugalan, Kayak Main Game Playstasion

author optikaid

- Pewarta

Rabu, 01 Des 2021 00:23 WIB

Di Kairo Naik Mobil Ugal-Ugalan, Kayak Main Game Playstasion

i

CATATAN CAK A. CHOLIS HAMZAH (catatan perjalan di Kairo Mesir)

[caption id="attachment_8166" align="alignnone" width="300"]Oleh: Cak A. Cholis Hamzah Oleh: Cak A. Cholis Hamzah[/caption]

Optika.id. Kairo. Kalau kita lihat dari atas udara, kota Kairo yang terletak di padang pasir, dipenuhi gedung berbentuk kotak atau kubus. Gedung-gedung itu berwarna coklat. Penuh coklat karena berdebu. Di Kairo ada dust strom (bagai debu). Kota jarang ada pohon dan taman. 

Gedung berbalut debu, seperti kue putri mandi yang berbalut bubuk gula pasir. Bubuk pasir ber warna putih. Tapi Gedung-gedung itu berbalut debu coklat. Kalau gedungnya dicat biru atau kuning, akan pudar. Percuma. 

Kota Kacau Penuh Debu

Saya tanya hal itu kepada para ahli bangunan, Iqbal yang berasal dari Sumatra Barat juga sama jawabannya: penuh debu. Iqbal yang menjemput kami di Bandara, berkesimpulan sama dengan orang Kairo. 

Jadinya situasi kota kairo seperti di film-film Hollywood yang menggambarkan sebuah kota kacau balau di penuhi debu akibat perang nuklir atau diserang alien dari luar angkasa. 

Saya cari second opinion dari seorang petugas hotel. Kenapa warna Gedung coklat? 

Sejak dulu hingga jaman Salahuddin Al Ayubi ya warnanya coklat, jawabnya mantap. Dia jelaskan bahwa bagai debu sebabkan Gedung diwarnai coklat semua. Coklat, padang pasir, dan badai debu.

Ada beberapa gedung gedung tinggi, di pusat kota Kairo, seperti hotel-hotel internasional berbintang, warnanya bukan coklat, tapi itu tidak banyak.. 

Jaman Presiden Mesir Abdel Fattah El Sissi meminta masyarakat untuk mengecat gedungnya dengan warna yang beragam, dan cat nya di siapkan gratis oleh pemerintah, namun hal itu belum jalan.

Mungkin karena pernah dijajah Perancis, maka struktur lokasi gedung-gedung yang ada di pusat kota, seperti di sekitar Tahrir Square mirip yang ada di kota Paris Perancis, misalnya yang ada disekitar Arc de Triumph. 

Kairo Kotor

Kairo memang terkesan kotor. Di di trotoar terlihat sampah dan botol-botol plastik berserakan. Orang membuang sampah sembarangan. Mereka tidak malu buang sampah seenaknya. Malah orang Indonesia yang di Kairo lebih disiplin. Bahkan jadi contoh orang Kairo.

Lagian pedestrian atau trotoar lantainya masih lama sepertinya tahun 50an, sampai sampai dalam hati saya berguman 

kalau Bu Risma mantan walikota Surabaya atau Pak Anies Baswedan jadi gubernur di Kairo, lantai trotoarnya sudah diganti dengan tegel baru yang berarna warni, 

Jarang terlihat pepohonan atau taman yang hijau, badan jalan juga tidak ditanami tanaman. Hanya saja daerah di sekitar sungai Nil yang nampak hijau dengan rerumputan dan pohon-pohon besar. 

Rumput Sintetis

Di kawasan elit dimana banyak kanor Kedutaan Besar juga banyak pohon yang asri. Di lapangan Tahrir (Tahrir Square tempat dimana pernah terjadi demo besar-besaran/Arab Spring yang menjatuhkan presiden Husni Mubarak) juga ada rerumputan hijau, seperti rumput padang golf, tapi dik Hudi mahasiswa Al Azhar University dari Riau yang mengantar saya mengatakan 

itu rumput sintetis Pak, dan betul setelah saya pegang memang dari plastik !. Saya jadinya ingat beberapa kota besar di Indonesia kebersihannya masih lebih baik.

[caption id="attachment_9174" align="alignnone" width="300"] Foto koleksi pribadi. Tahrir Square[/caption]

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Naik Mobil Ugal-Ugalan

Cara mengemudi mobil di Kairo, mengerihkan. Persis seperti video atau film kejar-kejaran antara anggota polisi LAPD (Los Angeles Police Department) dengan bajingan. 

Mobil berjalan kencang seperti dalam racing, lalu tiba-tiba mengerem karena ada mobil di depannya. Eh begitu jalan, menghindar dan tancap gas lagi, tiba-tiba ada mobil lain menghadang. Moncong mobil sudah masuk di depan mobil kita sehingga terjadi gridlock (macet karena masing-masing mobil saling mengunci/menghalangi mobil lain). 

Itu tidak dilakukan satu mobil tapi semua kendaraan termasuk truk besar 

ya begitu pak cara orang berkendaraan di Kairo kata Iqbal alumni Al Azhar yang menemani kami kemana-mana yang juga nyetirnya seperti itu. 

Saya yang duduk di kursi depan mobil rasanya seperti anak kecil yang lagi main game balapan mobil/racing di sebuah playstation!!! Tegang. Iqbal pernah bercerita dimarahi banyak orang di tanah air, karena waktu pulang dia mengemudi mobil seperti di Kairo.

Nyeberang Sembarangan

Yang membuat tegang lagi adalah melihat cara orang-orang Kairo menyeberang jalan, orang-orang yang dimaksud tidak hanya rakyat jelata, tapi juga orang-orang middle class, berjas dan berdasi, ibu-ibu dan wanita-wanita cantik. 

Mereka menyeberang dengan enakya, kadang tanpa menoleh kanan kiri, bahkan sambil menggunakan handphone ditengah-tengah jalan yang penuh dengan mobil-mobil mewah, angkot, sepeda motor, bemo berkecepatan tinggi. 

Jarang ada zebra cross di jalanan. Akibatnya jalanan di Kairo mengerihkan. Jadinya saya bisa menyaksikan mobil kami mengerem mendadak karena ada satu atau tiga orang menyeberang. Gak sampai 20 meter ada lagi kejadian serupa, berikutnya ada lagiuh. Saya yang duduk di kursi depan mobil sering berteriak 

Astaghfirullah..!.Waduuuh.!! karena moncong mobil hanya berjarak satu kepalan tangan dengan penyeberang. Belum lagi semua, semuuaaaa pengendara sepeda motor tidak ada yang mengenakan helm, tak terkecuali polisinya.

Yang tak kalah menariknya melihat suasana Kairo itu adalah cara orang memanggil temannya dari jauh, tidak memanggil misalnya Hey Ahmad! tapi mulutnya hanya mengeluarkan suara desis seperti suara ular..ssssst, ssssst! 

Saya tanya Iqbal -apa memang seperti itu, dia jawab iya.Tapi kalau yang dipanggil dengan suara desis tidak menoleh, baru mereka berteriak Ahmaaaaaad..!!!

Memang lain tempat lain budayanya.

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU