Deteksi Dini COVID-19 Hanya dengan Suara Batuk

author Jenik Mauliddina

- Pewarta

Rabu, 19 Jan 2022 17:33 WIB

Deteksi Dini COVID-19 Hanya dengan Suara Batuk

i

Dok: Humas ITS

Optika.id, Surabaya - Melakukan Deteksi dini Terhadap pasien Covid-19 kini tidak perlu melakukan kontak langsung, alat diagnosis kesehatan elBicare Cough Analyzer hanya perlu mendengarkan suara batuk berdasarkan suara paru-paru. 

Tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menginovasikan, elBicare Cough Analyzer yang bisa diimplementasikan di rumah sakit mampu memberikan perlindungan awal bagi tenaga kesehatan yang rentan tertular Covid-19 dari pasien.  

Baca Juga: COVID-19 Melonjak Lagi, Kemenkes Ingatkan Masyarakat Lengkapi Vaksin Booster

Inovasi ini tak hanya dikembangkan untuk menangani pandemi saat ini, namun juga ditujukan untuk penyakit pernapasan yang menular lainnya, ujar Ketua Tim, Dr Dhany Arifianto ST ME, Rabu (19/1/2022).

Dosen Departemen Teknik Fisika ITS ini menjelaskan, bahwa elBicare Cough Analyzer dilengkapi dengan mikrofon bersensor tipis dan kecil yang berguna untuk menangkap suara di sekitar alat. Suara yang masuk selanjutnya akan dianalisis, apakah termasuk suara batuk atau bukan oleh algoritma pada prosesor alat yang telah dirangkai tim peneliti. 

Daya jangkau tangkapan suara oleh alat ini mencapai 10 meter, tambah Kepala Pusat Penelitian Internet of Things dan Teknologi Pertahanan ITS ini.

Suara batuk akan diklasifikasikan lagi ke dalam dua kategori, yaitu batuk yang terindikasi Covid-19 dan non Covid-19. Batuk yang dikategorikan sebagai batuk non Covid-19 pun akan dideteksi lagi penyebabnya, misalnya batuk normal, batuk gejala tuberkulosis (TBC), bronkitis, dan gejala lainnya.

Hasil analisis elBicare Cough Analyzer terhadap penyebab batuk akan tersimpan dan terintegrasi otomatis yang kemudian didistribusikan ke perangkat pengguna dengan bantuan bluetooth.

Pengelompokan ini didasarkan pada penyesuaian frekuensi, amplitudo, dan komponen harmonik suara paru-paru, papar lelaki yang melanjutkan studi magister dan doktoralnya di Tokyo Institute of Technology, Jepang ini.

Bersama delapan anggota tim lainnya ini pun memastikan bahwa ke depannya tim akan mengembangkan distribusi data menggunakan bantuan wi-fi. 

ElBicare Cough Analyzer mampu bertahan selama 20 jam penggunaan yang terus-menerus, ungkap lelaki kelahiran Pangkalan Brandan, Sumatera Utara ini.

Baca Juga: Epidemiologi Imbau Peningkatan Covid-19 Jelang Libur Nataru

Data pengolompokan batuk non Covid-19 sendiri didapatkan melalui penelitian mandiri tim. Anggota tim terdiri dari tiga mahasiswa ITS jenjang sarjana (S-1), dua mahasiswa ITS jenjang magister (S-2), dan tiga orang dokter (salah satunya spesialis paru) dari Universitas Airlangga (Unair). 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sementara untuk data penelitian batuk gejala Covid-19 didapatkan melalui penelitian yang bekerja sama dengan University of Cambridge, Inggris. 

"Penelitian alat ini memakan waktu hampir dua tahun lamanya yang pengujiannya dilakukan di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA), terangnya. 

Dhany mengungkapkan bahwa saat ini bidang software memang lebih banyak diminati dibandingkan bidang hardware. 

Kendala lain ialah sulit mendapat pasien Covid-19 untuk melakukan uji coba alat, ucap Kepala Laboratorium Vibrasi dan Akustik, Departemen Teknik Fisika ITS ini.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Naik Jelang Nataru, Kemenkes: Masih Terkendali

Dhany berharap bahwa dengan hadirnya elBicare Cough Analyzer ini mampu membawa kebermanfaatan bagi masyarakat Indonesia, serta dapat memberikan fasilitas kesehatan yang layak dan akurat dengan harga yang lebih ekonomis. 

Kami juga berharap bahwa ke depannya mahasiswa dapat lebih terlibat aktif dalam penelitian yang kolaboratif seperti ini, tutupnya. 

Reporter: Jenik Mauliddina

Editor: Amrizal

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU