Dari Gerakan Pemuda ke Pintu Gerbang Kemerdekaan

author Seno

- Pewarta

Sabtu, 22 Okt 2022 17:09 WIB

Dari Gerakan Pemuda ke Pintu Gerbang Kemerdekaan

i

IMG-20221022-WA0008

[caption id="attachment_34017" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Nanang Purwono[/caption]

Optika.id - Pameran bersama antar museum Cross Musea Bangkit Pemuda digelar di Gedung Nasional Indonesia (GNI) di jalan Bubutan Surabaya oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober. Pameran ini diikuti oleh Museum Pos Indonesia Bandung, Museum Sumpah Pemuda Jakarta, Museum Tubuh Kota Batu dan Museum Olahraga Nasional Jakarta.

Baca Juga: Peringatan 100 Tahun Perjalanan HP Berlage ke Surabaya

Dari peserta pameran ini, adalah Museum Sumpah Pemuda yang menyajikan riwayat terkait dengan sejarah Surabaya. Yakni artefak majalah dan jurnal yang diterbitkan oleh dr Soetomo. Diantaranya adalah Majalah Suluh yang diterbitkan oleh Indonesiach Studie Club Soerabaia. Dokter Soetomo sendiri dikenal sebagai salah satu tokoh pendiri Perkumpulan Boedi Oetomo.

Boedi Oetomo adalah organisasi pemuda yang didirikan oleh dokter Soetomo dan para mahasiswa School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) pada 20 Mei 1908. Organisasi ini sebetulnya digagas oleh Wahidin Sudirohusodo.

Boedi Oetomo adalah organisasi yang bersifat sosial, ekonomi, dan budaya, yang tidak bersifat politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal pergerakan yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada awalnya organisasi ini hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Berdirinya Perkumpulan Boedi Oetomo pada awal abad 20 ini menjadi arah baru bentuk pergerakan untuk memerdekakan bangsa Indonesia. Sebelumnya, di sepanjang abad 19, serangkaian gerakan yang melawan penjajahan dilakukan secara parsial kedaerahan. Diantaranya adalah Perang Pattimura 1817, Perang Jawa 1825 dan Perang Aceh pada 1873.

Memasuki abad 20, upaya untuk lepas dari belenggu penjajahan memasuki babak baru. Perjuangan tidak lagi dalam bentuk perlawanan fisik yang bersifat head to head. Tetapi melalui upaya bersama dari jalur pendidikan, kebudayaan dan perekonomian. Maka muncullah Perkumpulan Boedi Oetomo yang resmi berdiri pada 20 Mei 1908 yang selanjutnya diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Di abad ini Indonesia mulai bangkit secara bersama sama melalui jalur jalur yang lebih elegan. STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen), sebuah sekolah kedokteran yang pada akhirnya mencetak para cendikiawan, dokter dokter dan tokoh-tokoh aktivis yang kelak membuka jalan menuju kemerdekaan Indonesia.

Sebut saja dr. Sutomo, dr. Cipto Mangunkusumo, Gunawan, Suraji, dan R.T. Ario Tirtokusumo. Mereka semua adalah para aktivis intelektual sekaligus pendiri Boedi Oetomo, yakni organisasi pertama di masa pergerakan nasional.

Dokter Soetomo ada di Surabaya. Tidak hanya berprofesi sebagai seorang dokter tapi kiprahnya juga menggelora di bidang pendidikan dan pengajaran. Ia sadar bahwa dengan pendidikan sebagai tulang punggung kehidupan akan mampu menjadi kekuatan besar di negeri ini. Ia pun mendirikan klub belajar yang dikenal dengan Soerabaijasch Studie Club pada 1924.

Studie Club ini melahirkan beberapa produk media, salah satunya adalah majalah Suluh Indonesia. Pada penerbitan 23 November 1927, Suluh Indonesia menuliskan seberapa pentingnya pendidikan.

Kita poenja pengadjaran dan pendidikan haroes memberi soeatoe dasar pada marika (anak anak kita), jalah soeatoe pertanggoengan jang koekoeh dan lengkaplengkap, agar kelak, apabila anak anak kita hidoep di dalam pergaoelan hidoep bersama, dapatlah marika meneroeskan sendiri oentoek kesempoernaan hidoepnja, baik di doenia maoepoen di achirat, begitulah tulis Suluh Indonesia tentang pendidikan.

Tidak hanya Suluh Indonesia, dokter Soetomo juga membuat penerbitan bahasa Jawa Panjebar Semangat yang hingga kini masih terbit. Penerbitan penerbitan itu menjadi penyambung lidah kebangkitan dan kebangsaan Indonesia.

[caption id="attachment_44851" align="aligncenter" width="780"] Penerbitan di Surabaya oleh dr Soetomo.[/caption]

Baca Juga: Menyongsong Hadirnya Badan Pengelola Cagar Budaya (BPCB) Kota Surabaya

Masih ada penerbitan lainnya yang menunjukkan bangkitnya kebangsaan dari para muda. Yaitu Soeara Tjabang Soerabaja yang dibuat oleh Perkoempoelan Jong Java. Apapun penerbitannya, semuanya demi kebebasan, yang terlebih dahulu harus melewati tangga sumpahnya para muda. Sumpah ini dikenal dengan Sumpah Pemuda yang tercetus pada 28 Oktober 1928.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Artefak artefak dari bentuk pergerakan di bidang pendidikan, pengajaran, kebudayaan dan perekonomian ini dapat dilihat di ajang pameran museum bersama Cross Musea yang digelar di Gedung Nasional Indonesia (GNI) di jalan Bubutan Surabaya dimulai dari 19 Oktober hingga 21 Oktober 2022.

Dari Studie Club ke Partai Politik

Hal yang menarik dari Studie Club Soerabaja ini adalah bahwa klub ini tidak semata mata menjadi sebuah wadah belajar. Tetapi justru memiliki kegiatan kegiatan investigatif dalam masyarakat, khususnya yang berhubungan dengan teori yang diperoleh mahasiswa Indonesia dari bangku kuliah di Belanda. Mereka ini kerap mendiskusikan persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat dan kadang-kadang hasil diskusi itu dikemukakan dalam rapat-rapat umum.

[caption id="attachment_44852" align="aligncenter" width="788"] Lagu Indonesia Raya dalam bentuk piringan hitam, yang dilantunkan pada Kongres Pemuda ke II di Jakarta pada 28 Oktober 1928.[/caption]

Jika Studie Club Soerabaja didirikan dr Soetomo di Surabaya pada 1924, maka Soekarno yang baru lulus dari Technische Hoge School (ITB sekarang) mendirikan Algemene Studie Club pada 1926. Club ini lebih banyak berdiskusi soal-soal teori dan cenderung mengadakan kegiatannya dalam bidang politik. Dalam perkembangannya, Studie Club ini melahirkan sebuah partai yang bernama Partai Nasional Indonesia (PNI).

Pemerintah Belanda menganggap partai ini berbahaya, lebih-lebih setelah terjadi pemberontakan PKI tahun 1926. Sehingga tokoh-tokoh PNI seperti Ir. Soekarno sempat dibuat meringkuk dalam penjara lebih lama atau pembuangan.

Baca Juga: Badan Pengelola Cagar Budaya Masuk Perda Cagar Budaya Kota Surabaya

Berbeda dengan dr Soetomo yang menjalankan aktivitasnya berdasarkan asas kooperasi insidental terhadap pemerintah Belanda sehingga dr. Sutomo sebagai pemimpin pergerakan tidak pernah ditangkap oleh Belanda. Studie Club dr Soetomo ini akhirnya juga menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI).

Kesadaran akan kebangsaan ini semakin memperkukuh rasa kebangkitan nasional yang pada akhirnya mendorong hadirnya gerakan pemuda yang disebut Sumpah Pemuda. Disana Pemuda Pemuda dari berbagai daerah seperti: Jong Java, Jong Ambon, Jong Madura, Jong Sunda, Jong Sumatera, Jong Sulawesi dan Jong Bali berkumpul di Jakarta dalam Kongres Pemuda ke II pada 27-28 Oktober 1928. Akhirnya, tercetuslah keputusan Sumpah Pemuda.

Keputusan ini menegaskan cita-cita akan tanah air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia. Keputusan ini diharapkan menjadi asas bagi setiap perkumpulan kebangsaan Indonesia dan agar disiarkan dalam berbagai surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan.

Penulis: Nanang Purwono (Pegiat Sejarah Surabaya/Begandring Soerabaia)

Editor: Pahlevi 

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU