Catatan Cak A. Cholis Hamzah: Arek Arek Suroboyo bukan A Gang of Collaborators

author optika

- Pewarta

Rabu, 10 Nov 2021 00:14 WIB

Catatan Cak A. Cholis Hamzah: Arek Arek Suroboyo bukan A Gang of Collaborators

i

kondisi-surabaya-setelah-perang-10-november-1945

Optika.id. Surabaya. Dalam agama Islam ada ketentuan Fardlu Ain dan Fardlu Kifayah; yang pertama itu menjelaskan tentang suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap individu, yang kedua menjelaskan tentang kewajiban yang harus dilakukan salah satu/beberapa orang diantara banyak orang.

Contoh Fardhu Ain itu tentang kewajiban sholat, contoh yang kedua tentang sholat jenazah. Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan kita mencatat Bung Karno presiden RI pertama pernah meminta pendapat KH. Hasyim Asyari pendiri NU tentang sikap kita menghadapi penjajah Belanda dan masuknya pasukan Inggris ke Surabaya.

Baca Juga: Food Truck Ramaikan Harkopnas ke-75 di Jembatan Surabaya

Lalu pada tanggal bulan Oktober 1945 KH. Hasyim Asyari mengeluarkan fatwa jihad fi sabilillah mengatakan:

Berperang menolak dan melawan penjajah itu fardlu Ain yang harus dikerjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki perempuan, anak-anak, bersenjata atau tidak bagi yang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari tempat masuk dan kedudukan musuh. Bagi orang-orang yang berada di luar jarak lingkaran tadi, kewajibannya menjadi fardlu kifayah (yang cukup dikerjakan sebagian saja).

Faktor Fatwa Jihad dan Persatuan

Fatwa Jihad Fi Sabilillah dari ulama kharismatik itu merupakan salah satu faktor begitu kuat dan semangatnya para pemuda Surabaya berperang melawan tentara Inggris pada tanggal 10 Nopember 1945 itu disamping faktor-faktor lain seperti kuatnya persatuan rakyat, kuatnya semangat untuk merdeka dsb. Karena itu menjelang peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November nanti, bangsa ini terutama kalangan generasi muda harus tahu tentang suatu komitmen rakyat untuk menjaga marwah bangsa yang ditunjukkan mereka ketika menghadapi bangsa lain yang ingin menjajah negeri.

Kita semua mengetahui ada beberapa pertempuran besar yang terjadi selama perang dunia ke 2 yang dicatat dalam sejarah misalnya Battle of Normandy, Battle of Berlin, Battle of Iwojima, dan Battle of Midway dan Battle of Stalingrad dsb.

Yang terakhir ini adalah pertempuran hebat yang menentukan berakhirnya PD II itu antara pasukan Nazi Jerman dan pasukan Uni Sovyet (yang sekarang menjadi Rusia), yaitu Pertempuran Stalingrad atau the Battle of Stalingrad pada tanggal 23 Agustus 1042 2 Februari 1943.

Pertempuran itu merupakan pertempuran yang paling besar di sejarah PD II, melibatkan 2,2 juta tentara, menelan korban 1,8-2 juta orang meninggal, berlangsung lebih dari lima bulan. Pertempuran yang masiv itu merupakan pertempuran dalam berbagai front, darat, udara, sampai satu lawan satu didalam kota Stalingrad (sekarang namanya Volgograd).

Pertempuran hebat ini melibatkan ribuan tank, kendaraan lapis baja, artileri besar, roket, pesawat terbang dan persenjataan lainnya. Pertempuran itulah yang menyebabkan kota Berlin jatuh setelah tentara Sovyet menyerbunya dan membuat Nazi Jerman menyerah.

Battle of Surabaya

Namun yang tak kalah hebatnya dari Battle of Stalingrad itu adalah pertempuran pertempuran yang terjadi di negara kita dulu salah satunya adalah Battle of Surabaya (BS).

BS ini meiibatkan ribuan pejuang Indonesia dari berbagai suku melawan pasukan Inggris dan India, itu adalah sebuah pertempuran yang sebenarnya tidak seimbang. Sebab  tentara Inggris menggunakan kapal kapal perang besar, tank, kendaraan lapis baja, dan pesawat terbang (ada 6.000 pasukan  British Indian, di susul tambahan 24.000 tentara Inggris dengan 24 tank Sherman buatan Amerika Serikat dan beberapa tank kelas ringan, 24 pesawat tempur dan lima kapal perang dua berjenis Cruiser dan tiga jenis Destroyer).

Sebaliknya para pejuang Indonesia bersenjatakan bambu runcing, klewang, clurit, senjata rampasan dari tentara Jepang dan senjata seadanya lainnya (bandingkan dengan pertempuran Stalingrad dimana kedua pihak sama-sama memiliki persenjataan modern).

Pertempuran yang dimulai tanggal 10 November 1945 itu menelan ribuan nyawa para pejuang Indonesia (ada yang mencatat 16.000 jiwa) dan ribuan orang mengungsi keluar kota Surabaya almarhumah ibu saya dan para familinya mengungsi sampai didaerah Batu-Malang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kalau kita melihat catatan sejarah yang ditulis orang Barat maka disebutkan dalam pertempuran Surabaya itu British Victory atau pememangnya adalah Britain atau Inggris karena akhirnya berhasil menguasai kota Surabaya beberapa selama tiga hari.

Bagi kita meskipun jumlah korban jiwa pihak kita lebih besar dan banyak yang lari meninggalkan kota Surabaya- yang menang dalam pertempuran itu adalah kita bangsa Indonesia.

Berhasil Bunuh Jenderal Inggris

Bayangkan para pejuang kita berhasil membunuh Jendral Inggris, dan melawan habis-habisan tentara Inggris, pemenang perang dunia II, selama tiga minggu dengan persenjataan seadanya tadi.

Pejuang Indonesia menyatukan semua suku yang berlatar agama berbeda-beda bersatu berjuang demi harga diri bangsa; dan pertempuran itu berhasil menunjukkan kepada dunia kala itu bahwa bangsa Indonesia itu ada dan tidak sudi dijajah oleh siapapun.

Pertempuran 10 November itu juga menunjukkan kepada Belanda bahwa para Freedom Fighter kita itu bukan a gang of collaborators atau sekelompok preman akan tetapi merupakan pejuang kemerdekaan yang memiliki popular support dari seluruh rakyat Indonesia.

Dalam hal ini termasuk fatwa K.H  Hasyim Asyari pendiri NU dengan Fatwa Jihadnya itu yang menyebutkan bahwa melawan penjajah itu hukumnya fardlu ain bagi semua penduduk ummat Islam; ditambah dengan seruan Allah hu Akbar! dan mengobarkan semangat berperang dari Bung Tomo di radio menyebabkan perlawanan para pejuang kita itu menjadi-jadi.

Disebutkan pula dalam catatan sejarah bahwa akhirnya pihak Inggris kecewa terhadap Belanda yang awalnya memberikan informasi bahwa para pemuda Indonesia yang bertempur itu adalah para extremist. Karena menyaksikan sendiri bahwa para pemuda Indonesia itu adalah pejuang yang memiliki komitmen tinggi membela negaranya dengan ideologi kebangsaan yang kuat.

Negara-negara barat yang tergabung dalam sekutu dalam perang dunia ke II seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis setiap tahun memperingati Battle of Normandy; negara Rusia juga memperingati pengorbanan para pejuangnya dalam Battle of Stalingrad setiap tahun dengan parade militer besar-besaran agar para generasi mudanya faham akan sejarah bangsanya.

Sepatutnya bangsa Indonesia terutama generasi mudanya juga tidak boleh lupa dengan semangat para pejuang bangsa dalam menegakkan marwah nya sebagai bangsa yang berdaulat dalam pertempuran di Surabaya atau Battle of Surabaya itu.

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU